Satu hembusan napas keluar dari hidung Icha. Ia mengamati sekeliling, tidak ada yang berubah dari kamar sahabatnya, Bianka.
Bahkan poster-poster anime Jepang masih saja, memenuhi dinding kamar gadis berusia 21 tahun itu.
"Lo kayak nggak tahu gue aja, Ca!" Bianka membuka pintu kamar, berjalan ke arah nakas menaruh dua gelas sirup dingin buatannya di sana.
"Kamu, masih One Piece Lovers?"
"Iya dong, gue mah Zoro garis keras! Calon suami gue tuh, harus mirip Zoro." Bianka menatap poster paling besar yang ia miliki, di mana tepampang jelas wajah dari tokoh animasi berambut hijau yang sangat disukainya.
"Susah sih kalau anak wibu!" Icha hanya melirik singkat ke arah Bianka.
Icha membuka labtobnya, menjelajahi google cukup lama. Mencari-mencari bahan untuk jurnal pemahaman matematika tugas dari salah seorang dosen killer di kampus.
Jadi, mahasiswi matematika ternyata melelahkan. Namun, sudah tidak bisa mundur lagi, bagi anak semester 4 seperti Icha dan Bianka.
Mereka berdua yakin, bahwa mereka telah salah memilih jurusan. Rumus, akar, X, Y, koordinat titik, aljabar.
Matematika itu gila.
Yang menyukai matematika bisa dibilang psikopat, seperti Icha dan Bianka dulu saat SMA.
"Lo tahu nggak Cha, Kak Miftah yang sering jadi muadzin di mushala kampus itu naksir sama lo."
"Bukannya sama kamu ya, Bi?"
"Nggak tahu, sih! Soalnya dia DM gue, tanya-tanyain tentang lo gitu. Dia masih nggak percaya kalau lo bakal menikah sama Iqbaal."
"Aku pun merasa ini masih mimpi, kalau dalam beberapa hari lagi aku dan Kak Iqbaal menikah."
"Kalau gue sih lebih nggak nyangka ya, Ca. Kenapa dari sekian banyak orang ... Iqbaal malah suka sama lo. Coba lo pikirin, secara Iqbaal tuh ganteng, iya, cakep, banget, orangtuanya kaya, ketua BEM pula. Pokoknya, tipekal cowok perfect deh!" Bianka bercerita heboh sendiri, mendefinisikan sosok Iqbaal yang tidak lama lagi akan menjadi suami Icha, sahabatnya.
"Aku sama dia kelihatan jompang banget, kan?"
"Iya, tapi nggak terlalu sih. Mungkin, selera Iqbaal emang suka cewek sederhana kayak lo kali, Ca. Yang kalem dan biasa aja gitu!"
"Jadi, secara nggak langsung kamu bilang selera Iqbaal buruk kan? Karena mau menikah sama aku?!" Icha mendesis pelan ke arah Bianka, lalu melemparkam bantal ke arah sang sahabat yang gemar berpakaian terbuka itu.
***
"Saya terima nikah dan kawinnya Annisa Shaletta binti Alm. Bapak Rahim Prasetyo dengan mas kawin di seperangkat alat sholat dibayar tunai." Dengan lancar Iqbaal mengucapkan ijab kabul di depan Penghulu, begitu tenang dan santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU! ISTIMEWA
Literatura FemininaOn going! Update : Friday Bisa lebih kalau tidak sibuk. *** Annisa atau yang lebih akrab dipanggil Icha benar-benar terkejut ketika seorang pria melamarnya di tengah-tengah keramaian kampus. Pria itu bukan sembarang pria, dia adalah Iqbaal, ia aktif...