01 : PROLOG

46 4 0
                                    

Rintik-rintik hujan mulai turun membasahi jalan. Seorang gadis berdiri di halte menunggu sang kekasih menjemputnya, kekasihnya bilang dia sedang ada urusan itu sebabnya ia di suruh menunggu di halte.

Namun dua jam telah berlalu, tetapi belum ada juga tanda-tanda kedatangan kekasihnya datang menjemput. Ponsel yang ia pegang bergetar dan membuka pesan yang masuk.

Seketika Serena tersenyum saat tau siapa pengirim pesan itu, namun seketika senyumannya pudar saat ternyata kekasihnya mengirimkan pesan jika di tidak bisa menjemput karena ada pekerjaan mendadak.

Serena kembali dikecewakan.

Bukan hanya sekali maupun dua kali hal seperti ini terjadi, tetapi Serena selalu berusaha berpikir positif dan memakluminya. Serena mematikan daya ponselnya, ia tidak ingin di ganggu oleh siapapun.

Serena memutuskan untuk tidak pulang ke rumah, ia merasa sangat malas karena ujung-ujungnya akan di datangi kekasihnya untuk meminta maaf.

Dengan terpaksa dirinya harus menerobos hujan untuk pergi ke kos salah satu sahabatnya yang kebetulan dekat dengan tempatnya bersekolah.

Dengan baju seragamnya yang basah Serena mengetuk pintu di hadapannya. Setelah dipersilakan masuk duduk di salah satu kursi di sana.

"Astaga Ren, lo kenapa main hujan-hujanan begini sih? Ntar lo sakit." Ucap Nabila yang khawatir dengan keadaan sahabatnya yang tiba-tiba datang dengan keadaan basah kuyup. Serena hanya tersenyum.

"Ini keringin dulu badan lo trus pake baju gue dulu."

"Makasih ya Bil."

Nabila merasa sedih dan prihatin melihat keadaan Serena, sahabatnya yang dulu ceria kini berubah menjadi pemurung dan tidak seceria dulu.

Setelah berganti pakaian, Serena kembali bergabung bersama Nabila.

"Duduk sini Ren, gue mau denger cerita lo. Tapi minum dulu teh angetnya biar badan lo juga anget," Nabila memberikan secangkir teh hangat untuk Serena.

"Makasih ya Bil, maaf jadi ngerepotin lo."

"Santai aja lah Ren, kita kan prend. Yekan." Serena hanya terkekeh mendengar ucapan Nabila, Serena tau kini sahabatnya itu tengah berusaha menghibur dirinya.

"Sekarang waktunya lo cerita."

Serena tersenyum lalu meletakkan cangkir tehnya. "Tadi gue nunggu jemputan Arsen di halte selama dua jam, tapi tiba-tiba di chat gue kalo gk bisa jemput karena ada urusan mendadak. Karena rumah lo deket jadinya mampir kemari deh."

Mendengar cerita Serena, Nabila hanya menghela nafas. Sudah sering Serena bercerita seperti itu.

"Gue kan udah bilang, mending putusin aja si Arsen, cowok brengsek kayak dia tinggalin aja. Gue sebagai sahabat kesel sendiri liat lo di perlakuin kayak gini terus sama si Arsen. Masih banyak cowok yang lebih baik daripada dia Ren." Nabila mengeluarkan seluruh kekesalannya.

"Tapi gue cinta sama Arsen, Bil. Mungkin semua orang nganggep gue bodoh karena terus bertahan walaupun sering di kecewain. Gue marah, gue kesel, sayangnya rasa cinta gue lebih besar. Itu sebabnya gue masih bertahan sampai sekarang." Serena menangis. Di benar-benar tidak bisa memutuskan Arsen, rasa cintanya yang begitu besar membuat dirinya bertahan sampai sekarang.

Nabila yang melihat Serena menangis langsung memeluknya untuk memenangkan. Ingin rasanya Nabila datang dan menonjok wajah pria bernama Arsen yang menyakiti Serena, tapi Nabila tidak melakukannya karena menghargai keputusan Serena.

"Udah jangan nangis dong, gue tau lo kuat. Serena yang gue kenal gak gampang nangis gini lo, bukan Serena kan lo." Ucap Nabila berusaha menghibur Serena dengan candaannya.

My Cool BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang