Chapter 3

271 48 7
                                    

"Jadi pacar saya beneran, mau?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi pacar saya beneran, mau?"

---------

Karina menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Ia benar-benar sendirian diacara pernikahan Lea, tidak ada yang ia kenal disini. Teman kantornya rata-rata datang dengan pasangan mereka masing-masing. Hanya dia yang datang seorang diri.

Karina mendengus pelan kemudian kakinya berjalan menuju pelaminan untuk bersalaman dengan kedua pengantin baru diatas sana. Rasanya percuma saja dia membeli gaun baru jika dia hanya tampil untuk dirinya sendiri.

"Tahu kayak gini, gue pake daster aja sekalian." Gerutu Karina.

Karina tersenyum ke arah Lea yang tampak cantik dengan kebaya biru dan riasan pengantinnya. "Gue enggak nyangka akhirnya lo resmi sama cowok lo. Gue doain semoga jadi keluarga yang sakinah, mawadah, warrahmah. Gue ikut bahagia, Lea."

Lea tersenyum lebar. "Oho, makasih, Mbak. Semoga lo cepet nyusul juga ya."

Karina tertegun sejenak namun tak lama senyum tersungging di bibirnya. "Semoga aja."

"Oh iya, Mbak, jangan lupa amplopnya ditaro di kotak depan. Gue baik nih, jadi gue ingetin lo."

Karina mendelik mendengarnya. Ini orang sama saja dengan mempermalukan dirinya, meski nadanya berupa candaan saja.

"Bawel lo!" Sentak Karina. Seringai jahil muncul di bibirnya. Ia menundukkan sedikit kepalanya dengan tangan yang menyuruh Lea agar mendekat.

Meski merasa ragu, Lea tetap menuruti perintah temannya itu. "Apaan, Mbak?"

"Gue nitip satu ponakan, request maunya cewek. Kalo belum dapet, ya harus dapet."

Karina menjauhkan kepalanya. Ia tertawa lebar melihat wajah Lea yang memerah. Suami Lea mendadak bingung melihat keterdiaman istrinya. Padahal tadi mereka berdua berisik, tapi mengapa tiba-tiba menjadi diam seperti ini? Pikir si pria itu.

"Gue makan dulu ya, laper." Pamit Karina.

"Lo pikir gue toko roti bisa request!" Tekan Lea.

Karina tertawa kecil. Tangan kanannya terangkat dan memberikan jempolnya sebagai balasan. Ia menghampiri bagian prasmanan, mengambil sebuah piring kemudian mengisinya dengan lauk yang dia inginkan.

"Rin."

Hanya satu orang yang selalu memanggil namanya seperti itu, Angga. Dengan cepat Karina menoleh ke belakang dan benar saja Angga berada di belakangnya. Tangan pria itu membawa se-cup es krim sembari menggendong seorang anak kecil.

Dia sudah beranak ternyata. Batin Karina.

"Oh, hai Angga. Kita ketemu lagi." Sapa Karina dengan ceria. Dalam hati dia mengutuk pertemuan ini.

"Kamu--"

"Ini anak lo ya? Umur berapa? Kok cantik banget." Ujar Karina lagi. Ia sengaja terus menyela perkataan Angga.

Call U BabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang