Prolog

11 1 0
                                    

Kalau kamu menyipitkan mata di ruangan sunyi yang enggak benar-benar sunyi dan gelap yang enggak benar-benar gelap ini, bakal kelihatan bibir seorang Dyna yang maju-maju dengan jeleknya.

Kasihan Dyna. Lampu belajarnya udah redap-redup, tapi dia enggak punya uang buat beli yang baru.

"Ck. Nyala dulu doooong, dikit lagi selesai. Uhuhuhu,"

Nah, sekarang anaknya malah menabrakkan kepala sendiri ke meja sambil merentangkan tangannya lebar-lebar. Enggak jelas apa maksudnya.

"Apa sih, Na? Malem-malem jangan nangis-nangisan gitu, ah. Kayak kuntilanak, bego." kata suara berat menginterupsi.

Ada cowok di sana. Tinggi, bertatap tajam, dan tampan.

Tapi, jelas enggak buat Dyna. Cowok yang tiba-tiba nongol dengan bertelanjang dada ditambah rambut basah itu malah lebih kelihatan kayak curut yang baru diangkat dari comberan dari pada tipikal cowok seksi di mata Dyna.

Ya iya lah, itu adiknya. Mau anak itu dapat predikat "The Most Handsome Face 2021" pun tetap aja kelihatan kayak curut kurang gizi.

"Dasar jelek," ejek Dyna. Serius, dari dulu, tiap wajah adiknya itu terlihat di matanya, Dyna pasti bakal mengejek bahkan sebelum satu detik kemunculannya.

"Najis. Gue enggak ngapa-ngapain, ya," sekarang, giliran mulut adiknya Dyna, Naufal, yang maju-maju bak minta ditabok.

"Beliin lampu, dong." pinta Dyna pada akhirnya.

Habis ngatain adiknya, sekarang dia minta dijajanin lampu.

Mendengar permintaan kurang ajar itu, Naufal cuma menghela napas sambil melipir dan menghilang melalui celah pintu.

"Gue doain lo putus besok!" teriak Dyna sambil menyambar kunci motor. Ia berniat pergi sendiri dan mengorbankan uangnya lagi untuk membeli lampu belajar.

Tepat setelah Dyna menutup pintu rumah, terdengar teriakan Naufal yang lebih mirip rengekan anak SD dibanding geraman jantan.

"Gue baru jadian kemarin, stres!"

Dan setelah mendengar suara motor di depan rumah, si adik baru mulai mengamuk laksana jantan yang sebenarnya.

"Na? Motor gue! Nana! AAAAH, NANAAA!"

Gagal lah rencana Naufal untuk malam mingguan sama ceweknya, cuma gara-gara Dyna. Padahal, karena itulah Naufal mandi sore setelah dua hari jadi anak bau bawang.

___

Dyna paling enggak bisa menulis kalau enggak ada lampu belajar. Buat dia, lampu belajar itu kayak cahaya suci yang mendatangkan karunia berupa ide dari atas langit.

Setelah mendapatkan lampu belajarnya yang baru-iya, yang sekarang sedang bersinar terang tanpa redap-redup lagi-, akhirnya Dyna bisa menyelesaikan kewajiban hariannya.

Kewajiban sebagai mahasiswa yang jadi penulis kontributor di sebuah kanal media mainstream.

Satu naskah sudah dikirim satu menit sebelum deadline. Sekarang, waktunya Dyna menghalu.

Tapi, kayaknya Dyna gagal lagi. Nama seseorang muncul di layar ponselnya.

《Alfa》

"Bodo amat, gak mau angkat," kata Dyna tak acuh. Tapi, dia malah bergumam 'halo' tiga detik setelah bilang begitu.

Dasar enggak tegaan.

DynaMiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang