Red Thread -[Prt.10]

361 40 1
                                    

© [Naruto punya sensei Masashi Kishimoto!!]
∘₊✧──────✧₊∘
꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚꒷︶꒷꒥꒷‧₊˚

-Happy Reading-

<■■■■>

Hinata tidak tahu lagi sudah berapa kali menguap, pada hal yang menyetir bukan dirinya tapi Sasuke.
Namun mau bagaimana lagi? Hinata mana pernah pergi sejauh ini sebelumnya, dan kalau mau kembali pun tanggung sekali. Jika tahu perjalanan nya akan sejauh ini, Hinata akan pikir dua kali. Tapi apalah daya jikalau nasi sudah menjadi bubur.

Beda lagi dengan sisi Sasuke, dia selalu menyempatkan diri untuk memonitor Hinata dari ekor matanya, bahkan tidak habis pikir mengapa gadis ini malah sebegitu ingin terbebas dari pengawasan Hiashi selaku orang tua dari gadis tersebut. Namun balik lagi, Sasuke masih belum bisa mengorek apapun dari gadis ini sebelum pertunangan keduanya dilaksanakan sesuai dengan persetujuan dari kedua belah pihak.

"Tidur saja jika mengantuk, jangan paksakan diri untuk terjaga. Tubuhmu itu masih dalam masa pertumbuhan." Hinata menghela nafas, memang maunya begitu.. tapi gengsi yang teramat sangat tinggi bagi seorang Hyuga mana mungkin membiarkan orang-orang melihat sisi rapuh saat tertidur.

Tidak, tidak, Hinata tidak bisa melakukannya. Bagaimana jika saat tertidur, dirinya malah terbangun di tengah hutan dalam keadaan tanpa bus- akhh! Tidak, tidak, tidak boleh! Tekadnya sudah bulat, Hinata harus menahan dirinya agar tidak tertidur. Membayangkan bagaimana jadinya dia tertidur bukan di tempat seharusnya membuat gadis itu gelisah, apa lagi dirinya tidak sendirian disini.

Ugh~ menyebalkan! Jika tahu akan sejauh ini, Hinata akan dengan senang hati menolak tawaran pria ini untuk mengantarnya dengan mobil! Sial! Tipu muslihat orang dewasa itu sungguh berbahaya!

••••○○○○••••

Hinata begitu menikmati sinar mentari hangat yang menyinari pantai, terbebas dari hiruk pikuknya kota, dan mengingatkan gadis itu lagi dengan memori masa kecilnya bersama sang ibu. Hyuga Hanna.

Meski kebersamaan mereka sudah tidak lagi bisa diulang, Hinata diam-diam bermimpi tentang sang ibu yang selalu memberinya pelukan penguat di saat dirinya terpuruk, waktu upacara kematian sang Nenek, tapi Hinata tidak menyukai orang-orang diacara pemakaman tersebut. Semuanya selalu memanjatkan harapan yang berlebihan seakan-akan Hinata adalah boneka untuk mencapai tujuan tersebut.

Begitu pun dengan sang ayah, memberinya gelar penerus yang sudah pasti dituntut 'harus' sempurna sejak usianya yang ke 4. Hinata harus merelakan masa kecilnya demi mewujudkan tujuan perfectionist sang ayah, keduanya punya pemikiran yang bertolak belakang.

Namun, karena tidak ada pilihan lain Hinata harus memenuhi kewajiban dari tuntutan keluarga, Hinata yang waktu itu masih kecil tidak bisa berbuat apapun selain menuruti permintaan egois Hiashi.

Dan tahun demi tahun berlalu, Hinata saat itu sudah dimasukkan ke taman kanak-kanak dengan harapan dapat mempraktekkan langsung hasil pembelajaran yang selalu dipatenkan sejak turun temurun.

13 tahun berlalu, Baik Hinata dan masa lalunya, semua itu tidak luput dari peran Hanna dalam meneguhkan hati sang putri yang begitu rapuh. Bahkan, di hembuskan nafas terakhir, Hanna tetap mengkhawatirkan masa depan kedua putrinya. Setelah berjuang keras melahirkan putri bungsu, Hanabi.

Padahal Hinata tidak sempat bertemu sang ibu, tapi justru malah mendapat kabar bahwa dirinya sekarang adalah kakak dari bayi yang baru saja dilahirkan oleh sang ibu.

Your Light [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang