32

813 109 1K
                                    

Tiga hari berlalu begitu saja untuk Rara. Al masih menemani Nadia yang mengurung diri di kamar hotel. Saat tengah malam, Al baru sempat menelepon Rara. Setelah Nadia bisa tidur, Al baru akan kembali ke kamarnya.

Adit seringkali menawarkan diri untuk menemani dan mengantar Rara untuk berkeliling. Tapi Rara lebih suka duduk berdiam diri memandangi pantai di malam hari. Di siang hari, terkadang dia pergi jalan-jalan bersama Fani dan Thalita. Tapi Thalita lebih sering menghabiskan waktunya bersama Dika.

Malam ini Fani memaksa Rara untuk menikmati liburan mereka. Fani mengajaknya ke pasar kuliner yang menyajikan aneka makanan yang menggugah selera.

Setelah puas berkeliling, mereka akhirnya memilih duduk sambil beristirahat.

Saat menunggu Fani ke toilet, Rara mengecek ponselnya. Dia membalas satu per satu pesan dari Faldo, Bima, Om, Tante juga dari Mama. Rara bersyukur memiliki mereka dalam hidupnya.

Ingatan Rara melayang ke makan bersama sore tadi bersama yang lainnya, minus Al dan Nadia tentunya. Setelah selesai makan, yang lainnya pamit untuk jalan-jalan, selain Tissa dan Zella. Mereka berdua melakukan panggilan VC pada Nadia dengan ponsel yang ditaruh di atas meja. Sehingga Rara dan Fani pun bisa ikut melihat dengan jelas ke layar ponsel Tissa.

Rara sedikit bersimpati saat melihat kedua mata Nadia yang tampak sembab dan bengkak. Mungkin gadis itu terlalu banyak menangis, pikir Rara. Nada suara Nadia pun terdengar tak bersemangat seperti biasa. Dia terkesan menjawab pertanyaan-pertanyaan Tissa dan Zella seadanya.

Tapi saat Tissa menanyakan apakah Nadia sendiri atau tidak, Nadia tidak menjawab. Gadis itu hanya mengarahkan layar ponselnya ke sosok cowok yang berbaring tengkurap di sampingnya.

Dia, Al. Dia tampak tertidur pulas dengan posisi tengkurap di atas ranjang di sebelah Nadia yang duduk bersandar pada kepala ranjang.

Fani pun bisa melihat dengan jelas layar ponsel Tissa itu. Fani ingin mendekat, tapi Rara segera memegang pergelangan tangannya. Hingga akhirnya Fani mengajaknya jalan-jalan.

Lamunan Rara buyar seketika saat mendengar suara seorang cowok menyapanya.

"Cantik-cantik kok ngelamun, Neng..... ntar kesambet loh," sapa cowok itu.

Rara pun menoleh ke sumber suara dan terlihat sedikit kaget. "Eh, Gio. Kebetulan banget ketemu di sini."

Ya, cowok itu adalah Gio. Dan dia tampak tersenyum menatap Rara.

Masih inget Gio kan?

"Bukan kebetulan sih sebenernya. Temen loe si Fani yang ngajak gue kemari," ucap Gio lalu dia pun duduk di hadapan Rara.

Fani yang baru datang bersama seorang cowok pun ikut duduk bergabung dengan mereka.

"Kok bisa?" tanya Rara.

"Tadi Galang gak sengaja nabrak gue. Dia numpahin makanan panas nih ke tangan gue," jawab Fani sambil mengulurkan tangannya pada Rara yang kemudian dipegang Rara. "Gue marahin dia tadi. Gak taunya dia saudaraan sama Gio."

"Maaf sekali lagi ya, Fan," ucap Galang, cowok yang datang bersama Fani tadi.

"Iya, udah gue maafin. Gio udah janji mau nraktir kok," sahut Fani.

"Fan, kok loe gitu sih. Kalo mau maafin ya maafin aja udah, kok jadi minta traktir sih," semprot Rara.

Fani mencebikkan bibirnya mendengar ucapan Rara. Gio tersenyum melihat tingkah mereka berdua.

"Gak gitu, Key. Bukan Fani yang minta traktir tapi tadi emang gue yang nawarin," ucap Gio.

"Makasih, Yo..... tapi kita udah kenyang kok, tadi udah nyobain banyak makanan," balas Rara.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang