Tigapuluhempat

4.5K 480 20
                                    

"Mark awas." Teriak Haechan, dengan berlari lalu memeluk Mark erat bahkan Haechan memutar posisi berdirinya sehingga dia yang berada di posisi Mark dan membuatnya terkena tikaman dari orang asing itu. Seketika taman menjadi riuh akibat jeritan orang-orang yang menyaksikan kejadian naas yang menimpa Haechan.

Mark mendengar jeritan orang-orang dan membelakkan matanya, kala netra hitam miliknya menangkap orang asing yang tengah memundurkan langkahnya perlahan, bahkan dia tengah melemparkan sebuah benda tajam ketanah, dimana benda itu telah dipenuhi oleh darah. Tunggu darah! Mark menatap kekasihnya dan mendengar beberapa orang berteriak kepada Mark, lalu melihat kebelakang dimana anak buah Lucas seperti sedang mengejar orang yang berada dibelakang Haechan.

Menatap kembali sang kekasih, Mark melihat Haechan tengah tersenyum kecil dengan pegangan tangan pada leher Mark yang semakin erat, lalu tiba-tiba saja Haechan ambruk dipelukan Mark.

"Haechan." Seru Mark dengan panik.

"Haechan tidak, buka matamu." Paniknya.

Mark terus saja menepuk pipi Haechan beberapa kali dengan tangannya yang telah dilumuri oleh darah milik Haechan. Tapi nihil Haechan seperti tidak mendengar teriakan Mark.

"Haechan, kubilang buka matamu jangan menutupnya." Teriak Mark masih dengan kepanikan nya, keringat pun mulai terlihat dari kening Mark.

Suasana taman berubah menjadi lebih riuh, suara ambulans telah terdengar dan Mark masih tetap saja sibuk mengguncangkan tubuh Haechan meskipun dia tau itu semua percuma saja. Mark hanya ingin agar Haechan tidak menutup matanya.

"Mark, bawalah Haechan, aku akan menyusul dengan membawa mobilmu."tiba-tiba saja Lucas datang.

Mark memandang Lucas dengan matanya yang memerah. "Seret orang-orang itu kehadapanku."katanya sambil berusaha mengangkat tubuh Haechan yang telah dilumuri oleh darah.

"Aku dan anak buahku tengah berusaha, lebih baik segera bawalah Haechan kerumah sakit." Setelah mengatakan itu Lucas pergi meninggalkan Mark menuju tempat dimana Mark memarkirkan mobilnya.

Tujuan Lucas hanya satu memburu orang yang telah mencelakai Haechan.

Akhirnya Mark mengangguk, dan berberjalan kearah ambulan yang memang telah datang beberapa waktu yang lalu, memasuki ambulan Mark membaringkan Haechan di bed pasien yang memang telah tersedia. Ambulan mulai berjalan membelah jalanan kota Seoul.

Disepanjang perjalanan menuju rumah sakit Mark terus menggenggam tangan Haechan dengan lembut, bahkan sampai bergumam tidak jelas raut wajahnya pun terlihat begitu kacau.

"Kumohon bertahanlah." Gumamnya dengan menempelkan lengan Haechan pada keningnya.

Ambulan semakin melambat dan mulai berhenti, itu artinya mereka telah sampai dirumah sakit. Mark melihat kesegala arah, dan dapat dia lihat gedung Rumah sakit terlihat menjulang genggaman tangannya pun tidak terlepas sejak tadi, hingga pintu belakang ambulan terbuka.

Sebelum Haechan benar-benar diturunkan Mark kembali menciumi lengan Haechan dengan lembut.

"Haechan-ah aku tau kau wanita kuat, jadi bertahanlah."

Akhirnya beda pasien pun diturunkan dan beberapa suster mulai mendorongnya kedalam rumah sakit dengan sedikit berlari, Mark pun membantu mendorongnya dengan terus memperhatikan wajah pucat sang kekasih, sungguh ini seperti mimpi buruk baginya. Saat telah memasuki sebuah ruang IGD Mark dihentikan untuk tidak ikut masuk kedalam oleh dokter.

"Maaf tuan, anda tidak bisa masuk."

"Dokter saya mohon, izinkan saya masuk."

"Sekali lagi maaf anda tidak bisa masuk."

"Tapi Dok, dia membutuhkan saya." Kekehnya.

"Tenanglah. Saya memang tidak bisa berjanji tapi saya akan berusaha melakukan yang terbaik."setelah mengatakan itu Dokter pun mulai membawa Haechan masuk kedalam ruang IGD dengan diikuti beberapa suster.

Luka yang dialami oleh Haechan memang sangat serius hingga mengharuskan nya dibawa ke IGD, setelah aksi penikaman itu bahkan darah Haechan tidak berhenti mengalir.

Mark memundurkan langkahnya, mengusap wajahnya dengan kasar bahkan ntah sadar atau tidak, Mark sama sekali belum mencuci darah ditangannya yang sepertinya mulai mengering.

Bergerak dengan gusar Mark terus saja berjalan kesana kemari seperti setrikaan kadang menyenderkan tubuhnya pada tembok rumah sakit dengan sesekali menggigit ibu jarinya.

"Mark." Seru seseorang, dan Mark membalikkan tubuhnya lalu menatap orang itu dengan tatapan sendu dan rasa bersalah yang telah menyelubungi perasaannya. Itu adalah ibunya Haechan, darimana Ten tau soal kecelakaan ini, lalu bagaimana caranya Mark menjelaskan semuanya pada Ten.

Ten berjalan menghampiri Mark dengan langkahnya yang terlihat begitu sulit jika saja Sungchan tidak membantunya.

"Di-dimana Haechan, apakah dia baik-baik saja." Tanyanya dengan gugup.

Mark tidak kuat, dia bersimpuh dihadapan Ten dan menundukkan kepalanya dengan air matanya yang mulai turun tanpa permisi.

"Maafkan aku bibi, ini salahku. Aku tidak bisa menjaganya dengan baik hingga dia terluka seperti ini." Katanya disela tangisannya.

"M-ark, ba-bangunlah aku bertanya dimana Haechan, kenapa kau malah menyalahkan dirimu sendiri."Ten memegang bahu Mark lalu menuntunnya untuk bangkit, menatap wajah kacau Mark.

"Katakan apa yang terjadi."tanyanya lagi dengan berusaha setenang mungkin.

"Ada orang asing yang menikam Haechan, bibi." Jawabnya dengan pelan, tapi masih terdengar oleh Ten dan Sungchan.

Mark menundukkan kembali kepalanya dan menunjuk kearah ruang IGD, Ten dengan refleks menutup mulutnya bahkan dia seperti akan terjatuh jika saja Sungchan tidak menahannya. Sungchan sebenarnya juga terkejut, hanya saja jika dia masih bisa mengendalikan nya karena Sungchan harus menjaga Ten disaat seperti ini.

"Bibi hati-hati lah." Sungchan membawa Ten yang setengah tidak sadar, untuk duduk dikursi rumah sakit.

Sedangkan Mark kembali merasa bersalah saat melihat ibunya Haechan tidak bergeming sedikitpun. "Bibi sungguh, aku minta maaf." Mark kembali bersimpuh didepan Ten yang sedang menangis dipelukan Sungchan.

Ten menggeleng pelan dia tidak menyalahkan siapapun terlebih Mark, dia hanya tidak menyangka putrinya akan terkena musibah seperti ini.

"Tidak Mark, berhentilah meminta maaf."

Ten kembali memegang bahu Mark yang bergetar, dan mengelus nya lembut untuk menenangkan Mark.

"Tapi bibi, ini se-"

"Ini kecelakaan Mark, berhenti merasa bersalah kita hanya perlu berdoa agar Haechan selamat."sela Ten.

"Benar hyung, Haechan noona adalah orang yang kuat. Aku yakin dia akan selamat."akhirnya Sungchan membuka suara setelah hanya menyaksikan pembicaraan antara Ten dan Mark.

Hai, Hai, hai. Kembali lagi dengan si 'Stupid' yang gk tau lagi arah jalan ceritanya kemana, tapi tetep di lanjut aja wkwkwk.

Holla holla semangat semuanya. 😁

Stupid [Markhyuck Gs]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang