Arkan baru saja sampai di rumah sakit, ia tidak mengerti mengapa ia tiba-tiba memperhatikan ambulan yang menuju ruang UGD mendadak hatinya tergerak untuk menuju ke sana untuk menangani, lagipula itu juga salah satu tugasnya saat ini. Namun, seketika langkahnya terhenti melihat siapa pasien itu ia terpaku cukup lama sampai seorang dokter, konsulen menegurnya.
Mau tidak mau Arkan harus terlibat menangani pasien itu, setelah usaha tim dokter selesai Arkan tidak langsung beranjak dari ruangan tersebut seperti para medis lainnya.
"Ibu, apa kabar?" Ucap Arkan pada istri pasien itu yang tak lain adalah Ibu tirinya, Ibunya Zakhwan.
"MasyaAllah, Arkan?" Ibu Zakhwan langsung memeluk Arkan, terlihat jelas ia sangat menyayangi Arkan
"Ibu sehat kok nak, kamu gimana?" ucap Ibunya Zakhwan penuh haru
"Arkan, Arkan, Arkan ke ruangan lain dulu ya bu, nanti InsyaAllah balik kesini lagi, " ucap Arkan yang terburu-buru keluar dari ruangan itu.
Arkan pergi menuju tempat dimana rekan sesama koas berkumpul, namun kali ini Arkan hanya terdiam memikirkan apa yang telah ia saksikan. Gambaran Ayahnya yang terbaring lemas tak berdaya di kasur rumah sakit terbayang di fikirannya.
Tiba-tiba terlintas sebuah kalimat di fikirannya, Sejahat apapun dia, dia tetap ayah kandung mu!
Ia terus terdiam, pikirannya seakan beradu
Aku tidak bisa terus seperti ini, tidak masalah jika aku terluka, aku tidak bisa membiarkan orang lain terluka. Papa pasti akan sangat terluka jika aku tidak juga menemuinya aku harus menahannya walaupun rasanya sakit sekali, batin Arkan
Arkan berusaha mengatur nafasnya, ia berusaha mengendalikan dirinya. Setelah melihat ayahnya, seketika sekujur tubuhnya terasa nyeri seakan semua luka di tubuh yang ia dapatkan di masa kecil kembali ia rasakan. Arkan memejamkan matanya, ia bersikeras mengendalikan pikirannya agar tidak mendapatkan serangan panik. Setelah cukup lama ia berusaha melawan dirinya sendiri, ia berhasil.
Saat waktunya pulang, Arkan memutuskan untuk lewat di depan ruangan tempat papanya di rawat namun, ia kembali mengurungkan niatnya untuk melihat papanya karena ia belum bisa mengendalikan trauma masa kecilnya. Di lorong rumah sakit ia bertemu dengan Zakhwan, mereka pun pergi ke kantin untuk berbincang.
"Ar gue minta maaf ya, gue benar-benar merasa bersalah. Harusnya gue gak hadir di kehidupan lo, gue gak pernah ada maksud untuk ngambil alih papa atau apapun," Zakwan membuka pembicaraan,
"Kalau papa ga ketemu ibu dan lo mungkin gue udah mati, justru kehadiran kalian yang bikin gue selamat" ucap Arkan,
"Gue minta maaf, " ucap Zakhwan
"Gue juga, maafin gue karena selama ini kasar banget sama lo," Arkan
"Gue minta maaf karena gak bisa jadi kakak yang baik buat lo," Zakhwan
"Lo gak salah wan, udah takdir gue aja yang terlahir dari dua orang yang saling mencintai sesaat lalu saling membenci berkepanjangan," ucap Arkan
"Tapi, lo jangan ragukan cinta, tidak semua cinta itu menyakitkan," Zakhwan
"Gue tau, tapi perjalanan hidup memaksa gue untuk tidak mempercayai cinta," Arkan
"Maafkan kedua orangtuamu ya nak, ibu tau mereka memiliki banyak kesalahan padamu, maafkan mereka InsyaAllah hatimu akan jauh lebih tenang, terlebih maafkan papamu atas segala hal yang ia lakukan dahulu," ucap Ibu Zakhwan yang ternyata sedari tadi mendengarkan pembicaraan Zakhwan dan Arkan,
"Ibu, ibu jangan nangis. Ibu doain Arkan aja ya," ucap Arkan sembari memegang tangan ibu Zakhwan lalu mencium punggung tangannya.
Arkan mengusap air mata Ibu Zakhwan, "Ibu jangan buang air mata ibu InsyaAllah Arkan akan berusaha. Arkan pamit dulu. Ibu sehat sehat ya, wan Gua pamit Assalamu'alaikum," ucap Arkan
KAMU SEDANG MEMBACA
SM 2 : Unsecret Marriage ✅(COMPLETE)
Teen Fiction⚠️ DON'T COPAST!⚠️ (Sequel Secret Marriage) Start : January 2021 End : April 2021 Di dunia ini masih banyak manusia yang berfikir bahwa menikah adalah jalan keluar terbaik untuk mengukir bahagia. Padahal pada kenyataannya menikah terkadang tidak s...