Setelah dipikir, cerita ini tuh kaya mafia vs gangsta. Vibes cerita kaya gitu kan cukup dark. Kedepannya atau bahkan sebelumnya juga udh cukup banyak kekerasan didalam cerita ini. Dan ga akan menutup kemungkinan kedepannya bakalan ada kekerasan seksual ataupun yang lainnya. Jadi w memutuskan untuk memberi trigger warning dari sekarang.
Tw// abuse, murder, sexual harassment, drugs, discrimination.
ᵈᵃⁿ ᵐᵉⁿᵍᵃⁿᵈᵘⁿᵍ ᵇᵃⁿʸᵃᵏ ᵏᵉᵘʷᵘᵃⁿ
Happy reading!
~~"Who are you?"
"Yours.." jawab Gracia sembari tersenyum.
Gracia menarik Shani yang sedang menatap bingung kearahnya. Gracia mendorong pelan bahu Shani agar Shani duduk disofa, lalu ia pun duduk disamping Shani.
"Waktu lo 15 menit untuk jelasin semuanya" ucap Shani menoleh sekilas pada Gracia lalu mengeluarkan ponsel miliknya.
Alih-alih menjelaskan, Gracia malah bertanya pada Shani. "Gimana kabar kamu? Kesehatan kamu udah membaik? Disana kamu ga telat makan kan?"
Shani tidak menghiraukan pertanyaan Gracia, ia fokus memainkan ponselnya.
"Shani aku lagi nanya!" ucap Gracia kesal.
Shani tetap tidak menghiraukan Gracia. Meskipun ragu, Gracia merebut ponsel yang berada ditangan Shani. Shani sontak menatap tidak suka pada Gracia, Gracia menelan ludahnya sendiri saat Shani menatapnya seperti itu. Entahlah aura Shani yang sekarang cukup menakutkan bagi Gracia. Shani dengan cepat kembali merebut ponsel miliknya, lalu duduk menghadap Gracia.
"Kabar gw baik. Kesehatan gw juga baik. Gw makan tepat waktu. Ada pertanyaan lain?" ucap Shani dengan menatap malas pada Gracia.
"J-Jinan itu siapa kamu?" tanya Gracia ragu.
"Sebelum gw jawab, lebih baik lo jelasin dulu lo itu sebenernya siapa"
"Pacar kamu.." ucap Gracia, namun saat melihat reaksi Shani yang biasa-biasa saja dan tidak terkejut sama sekali, membuat Gracia menatap bingung pada Shani.
"Kamu ga kaget gitu?" tanya Gracia penasaran.
"Kaget? Ngapain? Di luar sana banyak yang ngaku-ngaku jadi pacar gw. Jadi udah biasa" ucap Shani mengangkat bahunya acuh.
"Tapi aku beneran pacar kamu!" ucap Gracia yang tidak terima disamakan dengan yang lainnya.
"Mereka juga selalu bilang kaya gitu.." ucap Shani tersenyum remeh pada Gracia.
Gracia menghembuskan nafas kasarnya, sangat sulit untuk meyakinkan Shani tentang masa lalunya. Akhirnya mau tidak mau, Gracia harus menceritakan semuanya dari awal. Saat Gracia bercerita, Shani hanya memperhatikan wajah Gracia tanpa berniat untuk memotong sesi bercerita Gracia. Dan tak terasa Gracia sudah selesai bercerita, dan Shani baru saja tersadar jika sedari tadi ia terlalu fokus memperhatikan kecantikan Gracia.
"Harusnya aku ceritain semua ini dari dulu, mungkin itu bisa nyegah kamu buat pergi. Tapi dulu aku terlalu takut sama semuanya. Takut sama Papa kamu, takut kalau aku cuman jadi beban dihidup kamu-"
"Lo cantik!" ucap Shani tanpa sadar.
Saat melihat respon Gracia, Shani merutuki dirinya sendiri karna sudah tanpa sadar memuji Gracia. Shani merasakan pipinya memanas, ia mengalihkan pandangannya dari Gracia.
"Tapi sayang hobi ngarang cerita" lanjut Shani, membuat Gracia menatap sedih kepadanya.
"Aku ga ngarang Shani, semua itu beneran.." ucap Gracia dengan nada lemasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LB BOOK II: ENDLESS PAIN [END]
Fanfiction"Kenapa rasa sakit ini ga ada habisnya?" "As long as you're here, I'll enjoy this endless pain" [28 Feb 2021 - 08 Agust 2021]