33

244 49 16
                                    

"Eommonie !!!" teriak Ra-On sambil berlari ke arahku.

Salah. Ke arah wanita paruh baya yang juga baru turun dari mobil bersamaku yang benar.

"Aigoo, anak ini makin cantik saja," kata wanita ini sambil membelai rambut panjang Ra-On.

"Tentu saja. Kan aku makan dengan baik," jawab Ra-On dengan senyum lebarnya.

Dia memeluk wanita yang kupanggil ibu ini dengan erat seakan sudah seabad mereka tidak bertemu, padahal baru dua bulan yang lalu ibuku menemuinya.

Sifat manja Ra-On langsung keluar. Terbukti dari tangannya yang tidak mau dia lepaskan di lengan ibuku. Terus saja menempel layaknya ibu dan anak.

"Kurang baik bagaimana, eomma lihat pipi bakpaunya ini," kataku sambil mencubit pipi Ra-On. Wajahnya berubah cemberut, tanda protes.

"Eommonie, Ungie jahat," rajuknya pada ibuku. Tangan eomma melayang dan mendarat ke punggungku lumayan keras demi membalas kekesalan putri temuannya itu.

"Cantik begini kau panggil bakpau. Kau ini yang seperti dimsum," kata eomma sambil mengusap pipi Ra-On. Yang diusap makin tersenyum lebar kesenangan. Merasa ada yang membela.

"Makanya kami cocok kan? Sama-sama putih dan gembul," kilahku.

"Sama-sama menggemaskan," kata eomma menengahi.

"Mau tinggal lama di sini kan? Terakhir kali hanya dua hari saja."

"Sama seperti sebelumnya."

"Yah ..."

"Kalau eomma terlalu lama di sini, kalian bisa terganggu kalau mau berduaan."

"Aku sudah hampir mual tiap bersamanya," kata Ra-On yang masih menyimpan kesal.

"Sayang, jangan dengarkan eommamu ya. Dia memang begitu," kataku sambil mengusap perut Ra-On.

"Ra-On hamil?" tanya eomma dengan mata membesar. Ra-On tentu saja menggeleng keras guna menyangkalnya.

"Dia mual tiap melihatku. Itu sepertinya efek dari ini. Sabar ya, Sayang," kataku kini berganti mengusap kepalanya dan menepuknya pelan.

"Apa itu artinya eomma akan segera punya cucu?" kata ibuku dengan wajah berbinar.

"Eommoni, tidak. Itu hanya ..."

"Eomma mau cucu perempuan atau laki-laki?"

"Apa saja. Yang penting ibu dan anaknya selamat. Keluargamu sudah tahu? Bagaimana kalau malam ini kita makan malam bersama. Sekalian membahas masalah kalian."

"Masalah kami? Memangnya kami ada masalah apa eommoni?"

"Tentu saja masalah pernikahan kalian. Lebih baik secepatnya, sebelum perutmu membesar."

Aku tidak waspada pada serangan yang mendadak diluncurkan oleh wanita gila yang sedang kugoda ini. Tangannya tiba-tiba saja sudah menjambak kuat rambutku hingga rasanya semua rambutku terangkat dari kepala.

"Kau jelaskan semuanya, atau kau benar-benar akan comeback dengan kepala botak," ancamnya dengan tangan masih menarik rambutku.

"Baik. Baik kujelaskan. Lepaskan dulu."

"Cepat," perintahnya setelah melepaskan serangan padaku.

"Jadi eomma ... Sebenarnya ..."

"Ya? Bagaimana?"

"Ra-On sebenarnya dia ..."

"Choi Yoongi, kau sedang belajar mengeja?" kata Ra-On tidak sabaran.

The Tangled Red String (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang