"Gus saya minta waktu untuk menerima semua ini, hanya selama saya menyelesaikan sarjana saya,4 tahun paling lama,"
****
Siapa yang mau berpisah dengan orang yang amat di cinta, pasti tidak ada kan, begitupula dengan gus Raden, namun situasi mendesaknya kala itu hingga ia harus rela berpisah sementara dengan sang istri tercinta.Begitu malangnya cinta sang gus kala itu,cintanya tak terbalas,orang yang dicintai menolaknya mentah mentah, namun sang gus yakin suatu saat Allah pasti akan membuat cintanya terbalaskan.
Saat saat inilah yang paling mendebarkan bagi sang gus, sebentar lagi ia akan merasakan nikmat dari sebuah pertemuan, rindu itu memang berat namun gus Raden menikmatinya, Allah menganugerahkan rindu agar hambanya dapat merasakan indah dan nikmatnya sebuah pertemuan.
Sedari subuh senyum gus raden tak pernah luntur dari wajahnya, membuat sang gus terlihat 100 kali lebih tampan, hingga beberapa santri yang berjumpa dengan sang gus dibuat terheran heran, tak biasanya sang gus berlaku sedemikian rupa,dari mengumandangkan adzan subuh di masjid pesantren, hingga tak memberikan kesempatan bagi satu orangpun santriwan memegang mic mengisi tadarus selepas subuh.
Well.. Nyatanya aura ceria yang keluar dari diri sang gus semenjak pagi memberikan pengaruh baik pada seluruh lingkungan pesantren, membuat seluruh penghuni pesantren merasakan semangat yang manis pagi itu.
****
Halaman pesantren An-Nur tampak ramai,santri berlalu lalang saling bahu membahu membersihkan halaman.Begitu pula dengan gus raden yang ikut membantu para kang santri membersihkan halaman seputar ndalem utama.
Asap yang di sebabkan oleh pembakaran sampah menyelimuti seluruh halaman pesantren,hingga dari sekian banyaknya mata,tak ada satu pun yang menyadari kehadiran wanita baru turun dari taksi online dengan dua koper di masing masing tangannya.
"Ngapunten kang, kulo bade kepanggeh gus raden" Terang wanita itu setelah menurunkan kacamata hitam yang sempat bertengger manis di hidungnya.
"Oh njehh.. Monggo" Ramah kedua santriwan mempersilahkan masuk, sembari salah satunya memandu jalan menuju tempat keberadaan sang gus.
Keberadaan nertaja yang berjalan ditengah tengah banyak nya santri yang tengah berlalu lalang melaksanakan ro'an sungguh menarik perhatian.
Ujung gamis yang dikenakannya melambai lambai tertiup angin, berbagai macam tatapan terarah padanya, memang tak bisa di pungkiri pesona yang dimiliki pemilik hati sang gus.
Tak terasa sosok gus raden terlihat di depannya, hanya terlampau jarak 5 meter di depannya, nertaja berhenti sejenak menarik napas panjang dan menghembuskan dengan lembut,kini hati dan raganya telah siap.
"Assalamu'alaikum gus"
Suara tegas namun lembut di saat bersamaan menyapa halus indra pendengaran gus raden, membuat jantung sang gus berdetak kencang dengan refleks nya, sang gus sangat mengenali suara ini, suara milik orang yang sangat dirindukan nya.
Sang gus terdiam lebih tepatnya terbengong selama beberapa saat, tak percaya jika sosok yang berdiri di hadapan nya adalah sang istri.
Sedangkan semua mata yang ada di sana menatap terheran pada tingkah laku sang gus yang tak pernah di tampakan nya.
Nertaja yang melihat sang gus hanya terdiam menatapinya, dengan cepat menggapai tangan sang gus tuk di kecup nya, guna menyadarkan sang gus dari keterdiaman nya.
"Nyuwun pangestu ipun gus" Di kecup nya tangan sang gus dengan penuh hikmat.
Gus raden segera tersadar saat sentuhan hangat menyentuh punggung tangan nya,beruntunglah sang gus tanggap menilai situasi, bahwa ia dan sang istri tengah menjadi pusat perhatian semua santri, walau rasa penasaran tak ditunjukkan secara terang terangan oleh para santri.
"Enjih ning sak wangsulipun, kenapa ning mboten nelpon saya buat nyuwun jemput ten stasiun"
Sang gus menggenggam halus tangan sang istri tak ingin melepasnya, berjalan beriringan dengan masing masing koper di tangan keduanya, berjalan beriringan menuju ndalem sang gus.
****21.3.2021
Udara dingin ruang UGD menjadi saksi aku menyelesaikan part ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS RADEN
General FictionJangkar telah dijatuhkan, tak bisa ditarik kembali,sang gus telah memilih, pelabuhan terakhir tuk perahu cintanya. ~Gus Raden