3 hari setelah kejadian Gun pingsan, Tay menjadi merasa semakin bersalah. Gun mengurung dirinya di kamar, ia tidak mau melihat wajah sang suami sedikitpun. Bahkan untuk mengantar makanan untuknya, Tay harus meminta bantuan asisten rumah tangga mereka yang biasanya hanya bekerja 2 minggu sekali.
Selama itu pula Tay tidak pergi ke kantor dan mengabaikan ponselnya. Ia dengan sengaja mematikan ponselnya karena ia tahu New akan terus mencarinya. Tay ingin menenangkan diri, berpikir sejenak tentang keputusan yang akan ia ambil.
Dilain sisi ia tidak ingin menyakiti Gun, tapi dia juga tidak mau meninggalkan New untuk kedua kalinya.
Kantung mata menghitam yang sangat kentara membuat penampilan Tay terlihat berantakan.
Tay memutuskan untuk memulai membujuk Gun untuk mau berbicara dengannya lagi.
"Bii, bagaimana kondisi nong gun?"
Tanya Tay ketika melihat bibi asistennya keluar dengan nampan kosong di tangannya."Tuan Gun sudah membaik bahkan ia sudah bisa menghabiskan semua makananya. Ia juga tidak pernah melupakan obatnya tuan"
Tay bernafas lega mendengar penuturan bibi Nom.
" Terima kasih bii.. taruh saja mangkuknya di wastafel, bibi bisa pulang sekarang"
Tay merasa sudah saatnya mereka untuk berbicara.
'tok tok tok'
Tay mengetuk pelan pintu kamar mereka sebelum masuk ke dalamnya. Ia melihat Gun sedang memainkan ponselnya.
"Kita perlu bicara"
Gun menatap sekilas sebelum menaruh ponselnya dan memfokuskan atensinya pada Tay.
"Apa yang ingin P'Tay bicarakan?" Nada ketus sangat kentara keluar dari bibir yang biasa berucap nada penuh kelembutan dan manja.
Tay menghampiri Gun duduk tepat di samping Gun di tepi ranjang mereka. Ia mengenggam tangan Gun, mengelusnya pelan sebelum mendaratkan ciuman disana.
"maafkan aku, sungguh maafkan aku"
Mata Gun mulai memerah menahan air mata. Sungguh ia ingin memaafkan suaminya tapi hatinya menolak begitu saja. Selama ini ia mempercayai suaminya dengan sepenuh hati tetapi dengan teganya sang suami mengkhianati pernikahan mereka.
Gun menatap langit langit kosong kamar mereka berharap dengan begitu air matanya tidak akan jatuh.
"Maafkan aku.." Tay berucap dengan tulus memohon maaf pada Gun.
"kenapa P'Tay? Kenapa" Gun tidak mampu menahan air matanya dan mulai terisak, menatap mata Tay dengan raut penuh kekecewaan.
"kenapa kau tega mengkhianatiku? kenapa harus begini.. sakit.. sakit sekali rasanya"
Tay hanya diam menundukkan kepala, karena ia mengakui semua memang kesalahannya.
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu lagi? katakan bagaimana?!!" Teriak Gun kalap, ia memukuli dada Tay melampiaskan semua kekecewaannya yang coba ia redam selama ini.
"aku sudah menyadari bagaimana kau akhir akhir ini berubah, tapi kenapa P'Tay... kenapa kau harus berkhianat? aku masih tidak bisa menerima semua ini"
Tay tetap dalam kebisuannya, membuat Gun semakin geram.
"siapa? siapa p'tay? katakan siapa dia yang telah mengambilmu dariku?! apa dia lebih baik dariku? apa dia lebih cantik? katakan katakan P'Tay"
Gun menangis tersedu sedu, pandangannya mengabur karena lelahan air matanya yang kian deras turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Left
FanficCast : - Tay Tawan - New Thitipoom - Gun Atthaphan - Off Jumpol - Other Genre : Rate-M, Married Life Summary : Ketika kehidupan pernikahanku yang masih berumur jagung ini, sebelumnya berjalan mulus...