Percaya. Satu hal yang perlu kau lakukan adalah terus percaya. Percaya pada dirimu, takdirmu, dan.. Percayalah, bahwa semua yang sedang terjadi padamu adalah nyata.
.
.
.Begitu aku membuka mata, langit-langit kamar bernuansa kuno menyambut penglihatanku. Dengan perlahan aku bangun, menyandarkan tubuh pada dinding batu yang dingin dan lembab, kemudian otakku berkelana begitu saja.
"Putri, hamba sudah menyiapkan air mandi untuk anda" ucap Shan Shan membuyarkan lamunan ku. Entah sudah berapa lama aku termenung, matahari kini sudah naik cukup tinggi.
Namun, ada yang berbeda pagi ini, entah mengapa, wajah dayang muda itu sama sekali tidak menunjukkan senyum seperti biasanya. Ia hanya menatap datar pada lantai, sama sekali tidak menatapku.
"Shan Shan, katakan padaku. Apa yang kau tau?"
"Ha-hamba tidak tau maksud anda, tuan putri"
Dayang cantik itu mengalihkan pandangan. Dalam sekali lihat saja, dapat kusimpulkan bahwa ia memang menyembunyikan sesuatu.
"Shan Shan, aku tau kau tau"
gadis itu tak langsung menjawab. Ia terdiam cukup lama, sampai akhirnya ia mengangkat wajahnya dan menatapku tepat.
"Kupikir kau sudah bertemu dengannya" ucap gadis itu, hilang sudah kesan formal yang selalu ia berikan padaku. Sekilas, aku dapat melihat senyum tipis pada wajahnya.
"Apa maksudmu?"
Shan Shan mencebik pelan, "Begitu aku masuk ke kamar pagi ini, aku dapat merasakan hawa dari putri Mingmei. Meski terasa samar, tapi aku yakin, aku tak mungkin salah. Kupikir beliau menemui mu"
Entah mengapa aku merasa geli, dengan kekehan pelan, aku menjawab, "ya, aku memang bertemu Mingmei. Tapi ngomong-ngomong, terdengar menyenangkan kini kau berbicara santai denganku"
Shan Shan terkekeh pelan, oh astaga.. Semakin hari aku merasa bahwa ia nampak semakin manis.
"Aku harap kau tak keberatan. Karena sejak awal, kau memang bukan majikan ku" ucapnya
"Aww.. Terdengar menyakitkan"
Gadis itu kini tertawa merdu, tawa lepas yang pertama kulihat sejak aku datang ke dunia ini. Namun pada detik Berikutnya, wajahnya menjadi murung, "Putri Mingmei.. Apakah beliau baik-baik saja?"
Ah.. Gadis ini
Terlepas dari gelarnya yang merupakan kesatria hebat di seluruh benua, dapat kulihat kasih sayangnya untuk Mingmei begitu tulus. Mungkin mereka memang terikat dalam suatu hubungan yang tidak sederhana.
"Hm. Tentu. Masih cantik dan.. Terlihat lebih bercahaya"
"Jika begitu, aku bisa bernapas lega" Ucapnya tersenyum, "Pada hari dimana aku kehilangan ikatan dengan putri Mingmei, aku melihatmu membuka mata menggantikannya. Saat itu juga, aku berpikir 'aahh.. Mungkin saja kau adalah jawaban dari doaku dan putri Mingmei selama ini'" Shan Shan berkata pelan.
Dengan yakin, ia menatapku. Ia memberiku sebuah tatapan tanpa sedikitpun keraguan kearaahku, sembari melanjutkan dengan lantang, "Maka dari itu aku, Xiao Shan Shan, mulai hari ini aku akan mengabdi padamu dan membantumu untuk mencapai apa yang kau tuju, meski jika nyawaku adalah taruhannya"
"Hmm.. Aneh"
"Apa maksudmu"
"Biasanya, dalam beberapa drama yang kutonton, ketika ada adegan seperti ini, posisimu kini seharusnya berlutut dengan satu kaki sembari mengucapkan sumpahmu padaku"
"Maaf saja, kedudukanku terlalu tinggi jika dibandingkan dengan dirimu. Melakukan hal seperti itu bukanlah levelku"
Haha. Menyebalkan
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Dimensions|| Psychologist, Mr(s). Liu
FantasySebagai mahasiswa psikologi klinis, otakku selalu memaksa untuk berpikir secara rasional. Aku selalu skeptis pada anggapan mengenai keberadaan dunia fantasi atau dunia lain yang menurutku tidak mungkin ada. Hingga hari itu tiba. Dimana semua nalar d...