Hari ini Jimin berniat menyejukkan otaknya setelah seharian bergelut dengan pelajaran yang cukup menguras energi. Memberhentikan kendaraan mesin itu diparkiran yang terdapat di tempat ini. Melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul tiga sore, masih siang lantaran jam pelajaran terakhir tiba-tiba semua guru dipanggil ke ruang kantor untuk melakukan rapat dadakan dan hal itu menjadi rasa syukur tersendiri bagi semua murid-murid karena dipulangkan lebih awal dari jadwal yang tersedia.
Mengedarkan pandangannya menyapu seluruh tempat yang cukup ramai ini. Lantas berjalan dan memilih untuk mendudukkan tubuhnya disalah satu bangku di sana. Memejamkan manik ketika angin berhembus menerpa tubuh letihnya yang kini berangsur mulai berkurang. Sampai ketenangan Jimin sedikit terusik lantaran telinganya menangkap suara yang cukup familiar.
Ia membuka kelopak mata dan mencari sumber suara itu berasal. Hingga pandangannya kini jatuh pada punggung seorang gadis yang sedang membawa keranjang berisi beberapa buket bunga di depan sana. Mengamati dari kejauhan bagaimana gadis itu menorehkan senyum manis pada pelanggannya.
"Kenapa dia berjualan bunga?" Batinnya penasaran.
Di satu sisi Jehan perlahan memilih untuk mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada di bawah pohon sembari mengelap keringatnya yang bercucuran. Walau hari kian sore nyatanya hawa panas tak begitu berkurang sedikitpun membuatnya benar-benar mandi keringat. Disaat ia fokus mengipasi tubuhnya dengan kertas, sebuah tisu terulur di depannya. Ia mengernyit seraya mendongak dan mendapati sepasang mata hazel tengah menatapnya malas.
"Pakai ini jika kau tidak punya sapu tangan" Ujarnya sedangkan Jehan masih terdiam dan pindah menatap tisu itu dengan lamat.
Melihat respon lambat dari lawan bicaranya membuat Jimin mendengus lantas menarik pergelangan tangan gadis itu dan meletakkan tisu yang ia bawa padanya "Lambat sekali" tukasnya lalu ikut duduk di samping gadis tersebut.
Sedangkan Jehan masih diam tak berkutik ditempat sembari mengamati tisu yang berada ditangannya, hingga sebuah suara terdengar membuat manik hazel itu meliriknya.
"Tenang aku tidak memberikan obat bius di sana. Kau bisa memakai tisunya dengan aman. Itu juga baru saja kubeli jadi masih higienis"
Dengusan lolos dari hidung Jehan dibukanya tisu tersebut lalu mulai memakainya. Ia sama sekali tidak mempermasalahkan tentang keadaan tisu ini namun otaknya sedikit lelet memahami keberadaan sosok disampingnya ini.
Apakah dunia memang sesempit ini?padahal aku berharap tidak akan pernah bertemu atau bahkan berbicara lagi kemarin malam.
"Hari ini kau bolos sekolah?" pertanyaan Jimin yang terlontarkan itu membuat Jehan tersadar dan memilih menghela sejenak.
"Bukan urusanmu. Kau tidak perlu ikut campur"
Jimin mengangkat alisnya sebelah "Wah....ck, ck ternyata selain ketus dan suka menyendiri ternyata kau hobi bolos juga ya" ejeknya sambil tersenyum yang berhasil membuat Jehan menoleh ke arahnya.
"Ya!!! Asal kau tau saja aku bukan orang yang suka membolos dari sekolah, mungkin saja itu kau. Aku termasuk golongan anak rajin di kelasku kau tau itu"
"Hmm...lalu kenapa kau berada disini di jam pelajaran sekolah? Kau juga tidak terlihat seharian ini di sekolah?"
Jehan memicingkan matanya menatap Jimin "Kau..." Ia menjeda kalimatnya membuat Jimin mengutuk diri karena keceplosan "Mencariku di sekolahan?"
Jimin memilih untuk mengalihkan pandangannya membuat Jehan mendengus "Jangan bilang kau kemari karena menguntitku? Wah, bung takku sangka kau ternyata penggemarku?" Ia bertanya dengan begitu bangga seakan ia adalah seorang idol yang memiliki banyak fans dimana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL
FanfictionRyu Jimin dipertemukan dengan seorang gadis yang berhasil menghentikan aksi bunuh dirinya. Pertemuan yang tak disengaja tersebut membuat mereka saling mengetahui problematik kehidupan satu sama lain. Dari hal terkecil hingga menguak kebenaran yang s...