Bab 35

13 1 0
                                    

STOP! Klik bintang di kiri bawah sebelum baca chapter ini!

Terima kasih :)

Sudah dua hari Nayla tidak keluar dari kamarnya. Mama Ana semakin khawatir melihat keadaan anak gadis satu-satunya yang sangat ia sayangi. Nayla duduk di dekat jendela kamar, tatapan kosong, dan TV menyala menayangkan berita terbaru tentang pencarian korban pesawat Neo Air NA-127. Di malam hari, Nayla menangis dan berteriak menyebut nama 'Ali' tanpa henti.

Makanan yang disiapkan sejak pagi masih utuh, tak tersentuh sama sekali. Sang Ibu, yang mengambil makanannya, bingung mencari cara agar anak gadisnya mau makan. Terakhir kali Nayla makan adalah kemarin, sebelum Bang Al pergi ke tempat KKN, dan itu pun hanya beberapa suap.

Tidak perlu ditanya lagi, perasaan Nayla jelas hancur dan lelah. Yang diharapkan hanyalah adanya pelangi dari insiden ini, harapan bahwa Ali selamat dan akan datang ke hadapannya.

"Ali, kamu kemana sih?"

"Kamu gak kangen sama aku apa?"

"Aku kangen lho sama kamu"

"Cepet pulang ke aku ya"

Racauan Nayla seperti itu terdengar setiap waktu. Jujur, Nayla belum siap kehilangan orang yang dicintainya selain Mama, Papa, dan Abangnya. Apakah ia sanggup hidup tanpanya? Apakah dirinya siap untuk mengikhlaskan dan melupakannya?

Entahlah, saat ini Nayla hanya merasa kesepian. Yang biasanya ada pesan dari pacarnya, sekarang hanya ada pesan dari operator atau kawan sekolahnya. Yang biasanya ada telepon dari pacarnya, sekarang hanya ada telepon dari abangnya. Yang biasanya ia sedih, pasti kekasihnya itu menemuinya dan memeluknya. Tapi sekarang.. kekasihnya entah ke mana.

Mama Ana mendekati anak gadisnya, duduk di kasur membawa sepiring nasi goreng. Ia berharap Nayla mau makan. "La, makan yuk nak? Ada nasi goreng kesukaanmu nih, pake telur setengah mata," bujuk Mama Ana.

Nayla menoleh ke Mama tercintanya, lalu menggeleng lemah dan menatap jendela kamar. Nasi goreng itu mengingatkannya pada Ali. Rasa rindu semakin mendalam. "Aku mau makan asal masakannya Ali, Ma. Aku ingin Ali kembali," kata Nayla dengan lirih.

Mama Ana menangis mendengar ucapan anaknya, yang sangat berharap agar orang yang dicintainya kembali. Namun, peluang untuk itu sangat kecil. Mama Ana tidak ingin anaknya mengalami kehilangan seperti dulu saat berpisah dengan Dikha. Ia memeluk sang anak, mencium pucuk kepala Nayla, sambil berdoa yang terbaik untuk anaknya.

Bel rumah Nayla berbunyi, memberi tanda bahwa ada tamu yang datang berkunjung. Mama Ana menaruh piring makan di atas nakas dan meninggalkan Nayla untuk membuka pintu.

Ternyata Dikha, Nia, Theo, dan seorang anak laki-laki yang tidak dikenali oleh Mama Ana datang ke rumah. Mereka satu per satu memberikan salam kepada Mama Ana. Setelah itu, Mama Ana mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah, dan mereka duduk setelah mendapat izin dari sang pemilik rumah.

"Bagaimana kabarnya, Lala, Tante?" tanya Dikha.

"Huft, semakin buruk nak. Dia tidak mau makan dari kemarin. Malam-malam dia menangis dan berteriak-teriak menyebut nama Ali," ungkap Mama Ana.

Melihat sosok anak laki-laki yang asing baginya, Mama Ana bertanya dengan sopan, "Maaf nak, kamu siapa? Kok saya baru pertama kali melihat kamu?"

"Oh, iya Tante. Saya adiknya Kak Ali. Nama saya Dhani. Saya merasa kasihan dengan keadaan Kak Nayla sekarang. Saya minta maaf atas kejadian seperti ini, semoga Kak Nayla bisa segera pulih," kata Dhani, memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan permintaan maafnya.

MUJIGAE (무지개): Scout Love Story✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang