Jaehyun termenung. Secarik kertas lusuh membuat bibirnya seketika tersungging tipis, semu namun terlihat sangat manis. Entah apa yang ia lihat, tapi siapapun dapat menerka dengan jelas. Jaehyun, sedang berbahagia?
"Oit!!" Seseorang menyenggol pundaknya cukup kasar membuatnya teralih dan menyembunyikan secarik kertas di tangannya dengan tergesa gesa.
"Hey, kau menyembunyikan sesuatu!?" Perawakan pria yang lebih tinggi darinya itu membuatnya kewalahan untuk menghindar dari serangan dadakan yang di buru rasa penasaran membuat Jaehyun bangkit dan..
"Dapat!!" Sialnya Jaehyun tidak menyadari seseorang dari arah berlawanan berhasil mengelabuinya.
"Hyung! Kembalikan!" Berusaha berontak, namun nihil. Yuta sudah membuka kertas itu lebar lebar, dan Johnny sudah siap berposisi sebagai pendengar tatkala Yuta akan membaca isi secarik kertas itu dengan lantang.
"Jung Jaehyun" satu helaan nafas Yuta berhasil membuat Jaehyun pasrah terpaku ketika namanya tersaut dengan lantang dan nada yang tegas.
"Maaf, hanya sempat terucap lewat surat. Terima kasih pinjaman buku yang sempat saya lupa kembalikan. Jangan lupa tersenyum. Langit di luar sedang berbahagia. -Sky blue"
Helaan berat Jaehyun mengakhiri suara lantang Yuta yang sudah berhasil membaca surat itu sampai selesai. Jaehyun merrbut kasar surat itu, lalu berdecik kesal membanting pintu kamar, dan mengurung diri menahan rasa malu. Namun, ada sedikit perasaan semu? Tunggu, untuk apa Jaehyun tersipu?
Sekali lagi Jaehyun kembali memperhatikan kertas lusuh di tangannya, refleks atensinya teralihkan oleh sudut jendela yang menampilkan langit biru siang itu. Jaehyun tersenyum.
🎃
Suara ketukan pintu kamar membuat atensi Jaehyun teralih, bangkit dan membuka knop pintu tanpa ragu. Sempat mematung seperkian detik, namun tak lama Jaehyun berusaha kembali acuh.
"Jae, pinjam buku yang lain"
"Masuk dulu hyung"
Sosok yang di persilahkan masuk tanpa ragu berjalan mendudukan diri diatas ranjang sembari menunggu sang empunya kamar memilah beberapa buku.
Jaehyun menghampiri Doyoung dengan tiga buah buku di tangannya. Entah ada keberanian dari mana, Jaeyun berhasil tanpa ragu mendudukan diri di samping Doyoung, dengan posisi saling berhadapan, di atas ranjang.
"Yang mana?" Tawarnya sembari menunjukan ketiga buku itu hampir menutupi wajahnya. Doyoung memicingkan mata tajam bak kelinci miliknya. Memperhatikan sederetan buku di hadapannya. Sialnya, atensi Doyoung teralihkan pada hal lain. Semburat manik semu dibalik buku membuat Doyoung terpaku.
"Jae?" Tanya Doyoung penasaran.
"I-iya? Kenapa hyung?" Wajah tersipu masih berusaha Jaehyun sembunyikan di balik buku.
"Telinga kamu, merah" sial, Jaehyun melupakan satu fakta tentang dirinya yang satu ini.
"I-ini bukunya hyung-! ambil semua!" Gugupnya tergesa sembari berusaha bangkit dan memberikan ketiga buku itu dengan kasar.
"Tunggu!" Pergerakan Jaehyun terkunci ketika Doyoung berhasil meraih lengannya.
"Maaf" Jaehyun terpaku. Menoleh, menemukan sosok yang masih terduduk diatas ranjang sembari memegang lengannya erat. Kenapa dia minta maaf?
"Tentang pertanyaanmu waktu itu" Doyoung tertunduk. Jangan tanya tentang Jaehyun saat ini. Jaehyun mengernyit penuh tanya.
"Aku- tidak pernah menyukai pria lebih dari sekedar teman" genggaman tangan Doyoung melonggar begitu saja. Jaehyun, mematung. Menuntun pikiran, apakah pernyataan itu dapat dia cerna oleh hatinya saat ini? Ya, sialnya hanya dengan satu kalimat itu Kim Doyoung mampu meruntuhkan dunia Jaehyun saat ini. Lalu, apa yang sedang Jaehyun harapkan saat ini?
"Tak apa hyung, aku hanya bergurau saat itu" Jaehyun melepas genggaman tangan Doyoung dengan paksa. Meninggalkan sosok yang sedang tertunduk diatas ranjang itu menyendiri.
"Maaf, Jae" keluhnya hampir tanpa suara. Percuma, toh sosok itu sudah pergi entah kemana.
🎃
Jaehyun memperhatikan langit biru siang itu. Tersenyum, entah makna apa di balik senyuman itu. Bahagiakah? Sedihkah?
Tenggelam larut dalam benak, kalut. Jaehyun sedang tidak baik baik saja.
L
angit siang itu begitu indah, cukup dirinya saja yang kalut akan kesedihan, biarkan langit menyapanya dengan ceria.
"Ah? Rupanya jalan kita tak sama" sedikit bergumam, namun terdengar seperti keluhan.
Tak apa, anggap saja sosok indah itu seperti langit biru kala ini.. hamparan keindahan yang tak mungkin bisa di raih, namun tetap ada.
"So, wanna be my blue?"
"Ofc, there's no choice anymore.. you, only u can be my blue.. blue sky above there, there is you. Jauh di ujung sana, ada seberkas harapan, tentang keinginan, penyatuan dan mungkin cinta?"
Jaehyun menghela nafas, menghirup udara segar siang itu. Biarlan dirinya menenangkan diri seperti ini saja.
#Meanwhile, another side:
"Doyoung, acara tunangan kalian akan diadakan minggu depan. Persiapkan dirimu dengan baik"
"T-tapi.."
"Tidak ada penolakan, Sejeong sudah menunggu di luar"
Kenyataan pahit Doyoung, terpaksa harus menerima pertunangan untuk menutupi fakta bahwa dirinya penyuka sesama jenis.
fin.
🎃
Gak baca ulang kalo aneh maaf ya 🙏