Tanggerang Balaraja, 21 Mei 2021
Sebaik-baiknya bacaan adalah Al-Qur'an
________
Aku menghela napas frustasi setelah mengetahui jumlah uang untuk biaya pengobatan nenek. Dua juta itu uang yang cukup banyak untuk aku yang pengangguran seperti ini. Darimana aku dapat uang sebanyak itu? Tidak mungkin 'kan aku meminjam pada Maira? Ah tidak-tidak, wanita itu sudah terlalu banyak membantuku.
Aku harus usaha. Iya, aku harus usaha. Percaya pada Allah Zhifa kalau rezeki tidak akan kemana. Aku duduk di depan kamar rawat nenek sambil memijit pelipisku yang sedikit pusing. Bundaku berada di dalam menunggu nenek sadar dan barusan aku sudah melihat kondisinya. Cukup menyedihkan, ah aku belum siap kehilangan nenek Ya Allah.
Suara derap langkah itu menujuku, aku sontak menatap ke arahnya. Pria dengan baju polos hitam dan celana jeans-nya mendekatiku lalu duduk di sampingku.
"Gimana kondisi nenek?" tanyanya, dia Farhan Alfairuz Mubarak, adik kandungku.
"Kritis, kamu liat aja ke dalam," kataku.
"Gue ke sini cuman mau nganterin baju Bunda, lo aja yang ke dalem," dia memberiku sebuah tas yang cukup besar menaruhnya di pangkuanku.
"Ada duit nggak?" katanya lagi membuatku menatapnya kesal.
"Kamu bisa lihat kondisi nggak sih? Nenek lagi kritis masih aja mintain duit," semburku.
"Lo kakak gue, jadi nggak salah kalo gue minta duit ke lo." Benar. Benar apa yang dikatakan Farhan, aku ini kakaknya tapi kenapa rasanya aku gagal menjadi seorang kakak yang baik untuk adik-adikkku.
Aku menatapnya sinis lalu membuka dompetku mengeluarkan uang selembaran lima puluh ribu rupiah, "Untuk tiga hari," kataku.
Dia membelakakan matanya terkejut, "Lo gila Kak?! 50 ribu untuk tiga hari? Beli rokok aja abis!" demonya.
"Kakak nggak mau tahu pokoknya 50 ribu untuk tiga hari!" tekanku lantas pergi meninggalkannya. Berhadapan dengan Farhan hanya membuatku kehilangan kesabaran, aku tidak ingin lagi bertengkar dengannya. Sungguh.
Daripada aku marah-marah tidak jelas lebih baik aku pergi ke masjid yang dekat dari sini. Aku memilih untuk menunaikan solat dhuha, karena hanya solat obat dari segalanya ditambah mencurahkan semuanya pada Allah. Itu benar-benar mujarab karena setelahnya pikiranku sedikit tenang.
Setelah selesai mengaji, aku membuka ponselku men-scroll instagram untuk mencari lowongan pekerjaan. Aku tidak seberapa percaya mencari lowongan di sosial media seperti ini, tapi hanya itu yang aku bisa. Saat lagi asik-asiknya men-scroll Instagram, tiba-tiba ponselku berdering dan nama Maira terpampang di sana. Aku langsung mengangkatnya dan menempelkan ponselku di telinga lalu mengucapkan salam dan Maira menjawab salamku.
"Zhifaaaaa aku ada lowongan pekerjaan buat kamu!!!" teriaknya histeris, aku sontak menjauhkan ponselku dari telinga.
"Mairaaaaaa bisa nggak nggak usah teriak-teriak!?!" balasku sedikit berteriak.
"Afwan-afwan, aku terlalu histeris karena pekerjaannya itu nggak tanggung-tanggung langsung jadi sekretaris CEO!" katanya masih berteriak.
Aku senang bercampur khawatir mendengar itu. Masalahnya, apa aku akan diterima? Apalagi itu menjadi sekretaris perusahaan. Huft, manusia selalu seperti itu. Belum dicoba tapi sudah khawatir takut gagal, itu sama saja berpikir kalau takdir Allah buruk? Right? Come on Zhifa ini kesempatan emas buat kamu!
Setelah bertelepon dengan Maira aku bergegas pulang ke rumah dan pamitan pada Bunda. Aku harus menyiapkan semua berkas-berkasnya untuk besok. Aku juga harus menyiapkan baju yang rapi serta sopan, tentu menutup aurat. Satu lagi, aku harus menyiapkan hati, pikiran, dan mental.
Wish me luck.
°°°
Insecure. Entah mengapa aku sedang berada di tahap itu sekarang. Aku insecure melihat banyaknya orang-orang yang melamar di perusahaan ini. Rata-rata mereka lulusan S2 bahkan S3 Sedangkan aku? Lulus S1 saja sudah sujud syukur.
Perusahaan ini memang sangat terkenal dengan gaji yang sangat memuaskan. Jadi, menurutku lulusan S3 tidak akan rugi bekerja di sini. Aku sedang mengantre untuk panggilan interview, jantungku tak berhenti berdetak dengan kencang karena sesi interviewnya langsung berhadapan dengan pemilik perusahaan. Aku takut dan panik, sangking paniknya aku menggigiti kuku sampai patah.
Ayo Zhifa istighfar banyak-banyak.....
Tepat jam sembilan pagi, namaku dipanggil dan diperintahkan untuk masuk ke dalam ruangan CEO. Aku mengambil napas banyak-banyak sebelum masuk, lalu setelahnya aku merapihkan bajuku dan mengetuk pintu sambil mengucapkan selamat pagi tapi tak ada balasan dari CEO itu.
Pria dengan setelan jas hitam mengkilat itu duduk membelakangiku, aku tidak bisa melihat wajahnya bahkan sedari tadi aku menunduk ketakutan. Saat aku menarik kursiku, dia membalikkan kursinya lantas mataku dan matanya langsung bertemu.
Deg.
Dia?
"K....ka–"
"Loh kamu yang masuk ke mobil saya 'kan?"
Mampus! Dia ingat!
"Bbbb....bapak.... ingat saya?" tanyaku terbata-bata. Aku meremas ujung rokku berharap rasa gugup dan panik ini sedikit mereda. Tatapan pria di depanku ini sangat menyeramkan sekali apalagi setelah dia tahu aku adalah orang yang masuk mobilnya pada waktu itu.
"Kok malah nanya balik? Kamu yang masuk mobil saya waktu itu 'kan?"
Duh?!! Gimana ini?!! CEO di depan kamu ini pasti nggak bener Zhifa! Udah ayo kabur aja jangan kerja di sini! ucapku dalam hati.
"Saya nggak nyuruh kamu bengong."
Saat itu aku langsung tersadar dan menatapnya sekilas. "Ah maaf Pak, saya tidak jadi melamar di perusahaan ini." Setelah itu aku langsung keluar tanpa permisi, aku takut, sungguh. Pria itu cukup misterius dan menyeramkan, aku tidak mau berurusan padanya apalagi setelah melihatnya berciuman mesra dengan pacarnya itu. Sangat mengerikan.
Pria berjas hitam itu tersenyum smrik."Aneh," ucapnya, lalu sorot matanya melihat map coklat yang berada di mejanya dan mengambilnya.
"Dia meninggalkan berkasnya...."
_____
To be Continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong My Boss?
SpiritualSPIN OFF UNTUKMU IMAMKU What's wrong my boss? Sesuai judulnya, ada apa dengan bosku? Iya bosku, dia adalah pria teraneh yang pernah aku kenal selama hidupku, terkesan lebay memang tapi itu kenyataannya. Ingin mengatakan kalau dia adalah pria red fla...