Aku pernah menjadi orang lain untuk membahagiakan orang lain. Dan aku juga pernah menjadi orang lain untuk menyakiti diriku pribadi:)
HAPPY READING GUYS 🥳🥳
"KANIA LO ADA KELAS PAGI?" teriak Alee dengan kencang.
"Apaan sih le, ntar dimarahin penghuni lain loh!" kesal Kania.
"Hehehe, sorry Nia. Lo ada kelas pagi?"
"Kan setiap hari emang kuliah pagi. Gimana sih!" sewotnya.
"Berangkat bareng yuk! Gue juga ada kelas pagi nih. Kan udah lama kita nggak berangkat bareng!" jelasnya.
"Yaudah, saya mau beberes dulu." Lalu Kania berjalan menuju kamar meninggalkan Alee.
"Eh ditinggal!" lesunya.
~~~
Kania dan Alee sudah bersiap untuk pergi ke kampus bersama.
"Mau jalan kaki atau angkot?" tanya Alee ketika sampai di depan gang.
"Angkot aja kali ya? Nanti nggak keburu."
Lalu mereka berdua naik angkot bersama. Seperti angkot lainnya, angkot yang dinaiki mereka juga sesak dan berhimpit.
Beginilah menjadi orang biasa. Berdesak-desakan sudah menjadi rutinitas. Masih untung bisa naik kendaraan, kalau nggak ada ongkos ya harus jalan kaki. Kadang, hidup memang sesederhana itu.
Sekitar beberapa menit, mereka tiba di kampus.
"KANIAA TUNGGUIN FIKA DONG!!"
Mungkin sudah menjadi takdir Kania untuk mendapatkan teriakan memecahkan gendang telinga di pagi hari. Tadi Alee, sekarang Fika. Nasib!
Alee dan Kania berbalik sebab mendengar teriakan Fika. Sebenarnya sih Alee malas meladeni Fika, tapi Fika teman Kania. Ya sudahlah.
"Jangan teriak, berisik!" sinis Alee.
"Ih apaan sih Lo. Mulut mulut gue." balas Fika tak kalah sinis.
"Udah-udah, kita ke kelas masing-masing aja. Dadah Alee!"
Mereka berpisah untuk ke kelas masing-masing. Alee berjalan sendiri menuju fakultasnya. Sedangkan Fika dan Kania berjalan beriringan dan sesekali bercanda.
"Aduh, mataku kelilipan!"
Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba di depan mereka hadir tiga curut yang berwujud manusia.
"Apaan sih Lo niel, ganggu!"
Ya, mereka adalah Daniel cs. Siapa lagi yang suka mengganggu Kania dan Fika.
"Neng Fika udah makan belum? Kalau belum, ke kantin yukk!" ajak Daniel menggoda.
"Ogah!" sinis Fika.
Kania yang memang suka tak enak hati terhadap orang, berinisiatif membawa Fika pergi agar tidak terjadi pertumpahan darah. Bahasa halusnya bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Rindu (Hiatus)
General FictionJujur, aku merindukannya. Sangat-sangat rindu terhadapnya. Baginya, aku adalah hujan. Disaat dia berjalan, dia akan singgah, atau justru ia menebus air untuk menuju tempat pulang.