Manik hijau tua mulai menampakkan dirinya. Cahaya matahari sangat terang menembus kaca jendela membuat pemuda itu mengerjapkan matanya berkali-kali untuk membiasakan bias cahaya yang menyapa pupil matanya.
"Kapten! Dia sudah bangun!" teriak seseorang yang berada di sebelah ranjangnya.
Pemuda itu terus saja mengerjapkan matanya, namun pandangannya tetap saja kabur. Ia tidak bisa melihat dengan jelas objek yang ada disekitarnya.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya seseorang dan pemuda itu yakin, ia adalah pemilik suara yang berbeda dari sebelumnya.
"Ma-mata... Ma-ta.." ucap pemuda itu sembari meraba daerah disekitar matanya.
"Tenanglah! Aku tahu penglihatanmu sekarang tidak bagus karena lukamu yang cukup parah. Ini pakailah!" suara cempreng dari seorang perempuan membuat dirinya menoleh dan menerima sesuatu darinya. Ternyata itu adalah kacamata.
Dengan terburu-buru, ia pun memakai kacamata berbingkai persegi berwarna hitam itu.
Perlahan, penglihatannya pun mulai kembali.
Terlihat seorang pemuda berbadan tegap juga tinggi memakai kemeja biru dongker, berambut hitam keunguan serta memiliki netra merah delima menatapnya datar. Juga seorang gadis yang sepertinya seusia dengan dirinya mengenakan dress cokelat dengan pasangan rok hitam serta mengenakan hijab persegi berwarna cokelat menatap dirinya jengkel dengan manik cokelat muda miliknya.
"Bagaimana? Apa kamu ingat apa yang terjadi padamu?" tanya gadis itu sambil bersingkap dada.
Pemuda yang duduk di atas bed patient itu hanya menatap kedua orang asing itu dengan tatapan bingung.
"Si-siapa?" tanyanya sedikit gagap.
"Kamu! Masa' kamu tidak ingat apa-apa? Apa yang dikatakan lelaki licik itu? Apa dia sudah membocorkan markas besar mereka?" tanya gadis itu bertubi-tubi.
Pemuda itu tampak semakin kebingungan. Gadis itu menggeram kesal, lalu mendekati pemuda itu, namun ditahan oleh pemuda disebelahnya.
"Diamlah sebentar," ucapnya datar pada gadis itu. Seolah ucapan pemuda itu adalah perintah, gadis itu hanya menuruti.
"Apa kau ingat, siapa dirimu?" tanya pemuda bermanik merah delima itu. Yang ditanya hanya menggeleng pelan sebagai jawaban.
"Aku Kaizo. Panggil aku Kapten saat kita hanya bertiga disini. Tapi, panggil aku Bang Kasim saat di luar menjalankan misi," pemuda bernama Kaizo itu memperkenalkan dirinya. Pemilik manik hijau tua itu hanya mengangguk kaku. Ia masih tidak mengerti keadaan saat ini.
"Sebutkan apa saja yang masih kau ingat," ucapan Kaizo dengan nada datar itu terdengar seperti perintah baginya.
Pemuda itu menatap langit-langit, mencoba mencari sesuatu di lemari ingatannya.
'Ibu! Nama adiknya ———'
'To-long ja-ga ——'
Suara itu tiba-tiba saja muncul dalam ingatannya. Lalu, kepalanya terasa sangat berat dan suara yang terdengar mengerikan mulai terputar dalam otaknya.
Suara pukulan, tawa jahat, makian, juga kata-kata kotor terdengar jelas dan menakutkan. Pelipisnya mulai berkerut dengan tetesan keringat membasahi wajahnya. Detak jantungnya terpompa sangat cepat hingga napasnya mulai terengah-engah. Kepalanya terasa sangat sakit membuat ia menitikan air matanya.
"AAARGGH!!" erangnya menahan sakit.
Tiba-tiba ada seseorang memeluknya, dan mengelus surai putihnya lembut. "Jangan dipaksakan!" ujar gadis berkerudung cokelat itu sambil mengeratkan pelukannya. Pemuda itu tampak lebih tenang setelah perlakuan si gadis padanya.
"Sepertinya tidak ya? Huh... Sebaiknya ia dipanggil apa?" Kaizo mulai bersuara lagi.
"Panggil dia Boboiboy saat kita menjalankan misi," jawab gadis itu dengan nada sedikit bergetar, namun tetap mendekap pemuda itu.
"Chalsun.. Kamu sendiri sudah tahu, dia diculik karena Si B mengira ia adalah Boboiboy. Apa kamu ingin buat ia terluka lagi?"
Gadis yang dipanggil Chalsun itu melepaskan pelukannya dan menghadap Kaizo dengan sorot mata sedih tetapi tetap tegas.
"Mayat Bang Boy sudah dimakamkan dengan nama lain. Ini untuk sementara saja Kapten. Kita tidak boleh memberikan celah dengan kabar kematian Bang Boy pada musuh. Lagi pula, aku akan melindunginya dan mengajarinya mulai sekarang tentang tugas-tugasnya. Tolong, berikan kesempatan padaku kali ini, Kapten!"
Kaizo menatap bawahannya dengan sangat tajam, namun perlahan tatapan tidak yakinnya itu mulai melunak melihat kegigihan yang terpancar dari manik cokelat muda miliknya.
"Baiklah. Sepertinya kamu tahu tentang dirinya. Siapa dia sebenarnya?" pandangan Kaizo beralih pada pemuda bermanik hijau tua itu. Chalsun pun ikut menoleh padanya.
Dengan senyum tipis, ia mendekatkan wajahnya pada pemuda itu. Manik cokelat mudanya menatap pemuda itu lekat-lekat.
"Aku sedikit kecewa karena kamu melupakanku. Tapi, senang bertemu kembali, Thorn Nature!"
***
Ogheyy ini volume 2 dari LoE
Maap... Chalsun masih belum bisa buat jadwal updatenya..Oh iya.. Kalo sempat, Chalsun buatin deh cast nya :v
Bay muachhh
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE or EVIL 2 (Boboiboy Fanfiction)
FanfictionThorn yang seharusnya sudah tewas setelah kecelakaan yang juga merenggut nyawa kedua orang tuanya, ternyata masih diberikan kesempatan untuk menjalani hidupnya, meski harus kehilangan ingatannya dan mengalami trauma berat yang akhirnya merubah kepri...