Note: Sebelum menulis, mau ingetin ya jangan jadi pembajak novel. Baru aja ngurusin tentang ebook yang dibajak dan nyatanya nggak semudah membalikkan telapak tangan. Mereka merasa tidak bersalah telah menyebarkan karya kita, maka penulis memang untuk saat ini tidak ada ebook terlebih dahulu ya. Hanya ada novel cetak saja, karena rasanya itu sakit banget setelah tahu novel kita yang kita tulis dengan susah payah malah disebarin dengan cuma-cuma oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Jadi sekali lagi hargai kita para penulis yang hanya sekedar menghibur untuk kalian.
>>>>>
Suara benda jatuh dari arah ruang depan membuatku seketika terjaga. Astaga. Aku baru saja terlelap setelah menyelesaikan baju seragam yang akan diambil siang nanti. Sepertinya baru 1 jam aku memejamkan mata. Tapi mendengar suara gaduh di depan sana, otomatis aku segera beranjak bangun dari kasur yang ada di ruangan kecil ini. Aku memang menginap di sini, karena pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan.
Saat aku sampai di depan, mataku membelalak melihat pemandangan di depanku. Hendra tengah terkapar di atas lantai dengan Abimanyu kini ada di atasnya dan siap untuk menghajar. Aku tentu saja langsung menghambur ke arah mereka, lalu menyentuh lengan Abimanyu yang sepertinya membuat Abimanyu tersadar.
"Mas, ada apa?"
Aku tidak berani menatap Hendra karena sepertinya dia sudah menerima pukulan di wajahnya dari Abimanyu."Dia menghina kamu, Ndis. Biadab!" Tapi aku langsung memeluk Abimanyu agar tidak berbuat nekat lagi. Ini masih sangat pagi, kalau terdengar ada keributan pasti ada yang bisa mendengar dan aku tidak mau itu. Abimanyu masih kaku saat dia akhirnya mau aku tarik untuk mundur. Masih memeluk lengan sampingnya, kini aku menatap Hendra yang terhuyung bangun dan mengusap darah dari hidung dan sudut bibirnya. Aku memejamkan mata sejenak melihat kekacauan ini.
"Urusan kita belum selesai."
Hendra langsung melangkah keluar dari toko dengan terhuyung. Abimanyu langsung melingkarkan lengannya di bahuku dan menunduk untuk menatapku. Saat ini aku yang gemetaran, entah kenapa melihat luka Hendra di wajahnya akibat pukulan tangan Abimanyu membuatku sedikit takut.Netra kami bertemu, dan aku hanya menganggukkan kepala, Abimanyu sepertinya mengerti apa yang aku rasakan. Dia menuntunku untuk duduk di atas sofa, dan kini mengusap punggungku.
"Maaf membuat kamu takut. Tapi aku bukan orang seperti itu Ndis."
Kali ini Abimanyu menatapku lekat "Aku tidak mudah memukul orang kalau aku tidak terlalu emosi. Tapi tadi kata-kata yang dilontarkan Hendra membuat aku benar-benar merasa marah."
Abimanyu mencoba untuk menenangkanku. Kuhela nafasku dan kini mengusap wajahku dengan kedua tangan."Apa yang dikatakannya Mas?"
Pertanyaanku membuat tangan Abimanyu mengepal "Dia, tadi datang ke sini, dan marah melihatku yang membukakan pintu."
Abimanyu memang menemaniku lembur, bahkan dia sempat tertidur di atas sofa saat aku bekerja. Lalu saat aku beranjak ke kamar belakang, dia juga masih terlelap."Lalu dia mengumpat dan mengatakan kepadaku, aku sudah membayarmu berapa agar mau ditiduri."
"Astaghfirullah."
Aku tidak menyangka Hendra melontarkan kata-kata kejam seperti itu. Apa aku benar-benar terlihat wanita nakal yang mampu menerima setiap pria selain dirinya? Hatiku merepih dan merasa sakit hati. Padahal dia sudah berpacaran denganku selama 5 tahun, selama masa pacaran itupun aku tidak pernah mau disentuhnya selain pegangan tangan, cium pipi dan bibir. Hanya sebatas itu, setelah menikah, Hendra juga tahu kalau dialah yang pertama untukku. Hendra bahkan dulu sempat tidak percaya kalau aku masih sepolos itu dan dia merasa bangga mendapatkan semuanya dariku untuk pertama kali. Sekarang, Hendra seperti orang lain setelah menghinaku seperti itu."Ndis, maafin aku sudah membawamu ke situasi seperti ini ya?"
Ucapan Abimanyu membuatku menatapnya. Dia tampak sangat prihatin dan memang tatapan matanya mengisyaratkan dia sangat peduli denganku. Kugelengkan kepala untuk menjawabnya."Aku nggak apa-apa Mas, hanya tadi sempat shock mendengar itu semua. Lagipula posisi kita memang memancing orang untuk beranggapan yang..."
"Husst.... aku di sini hanya ingin melindungimu, tidak ada maksud lain."
Kuhela nafasku untuk menenangkan diri lagi. Statusku ini memang sangat rawan sekali terkena hinaan dan caci maki. Jadi aku sadar diri kalau aku juga salah.
"Mas..."
"Ya..."
Abimanyu kini menoleh ke arahku dan menatapku lekat. Aku sepertinya memang harus memberi jarak.
"Kita nggak usah bertemu dulu kalau nggak ada Icha ya?"
Tatapan Abimanyu tampak terkejut,dia mengernyitkan kening."Ndis, tapi aku hanya ingin melindungimu, aku tidak bisa membiarkan kamu sendirian di toko. Ini pinggir jalan, kalau ada seseorang yang ingin memanfaatkan keadaan, aku tidak bisa Ndis."
Aku tahu, dia sayang sama aku. Aku merasa tersanjung dengan sikapnya itu.
"Tapi statusku Mas, itu yang membuat kita harus membatasi diri. Status sebagai janda itu banyak yang menganggap negatif. "
Abimanyu akhirnya paham dengan arah pembicaraanku. Dia mengusap wajahnya dengan gusar. Menghela nafas lagi, tapi kemudian menganggukkan kepala."Maaf ya. Aku paham maksud kamu."
Akhirnya dia mengatakan itu, lalu mengusap kepalaku dengan lembut."Aku akan berusaha menjaga jarak wajar kepada kamu. Tapi kamu harus tetap ada dalam radarku. Kalau kondisi ibu sudah lebih baik, kita bicarakan ini lagi. Aku tahu, Ibu itu suka sama kamu, tapi hanya karena masalah keluarga jadinya..."
"Mas, pelan-pelan saja ya."
Aku memotong ucapan Abimanyu. Dia mengerti apa yang aku maksudkan. Lalu menggenggam jemariku."Sabar ya sayang."
Bersambungsegini dulu ya... jangan ditanyain kalau belum up ya.... tunggu saja dengan sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repihan Hati
RomanceGendis Rahayu Putri terpaksa harus menerima kenyataan pahit ketika menemukan suaminya sudah menikah siri dengan sahabatnya sendiri. Dia memutuskan untuk berpisah dan berusaha menjadi single mom untuk buah hatinya yang baru saja berumur 5 tahun. Dal...