04 :: Pesan

296 57 43
                                    

Jave menghentikan pergerakan ketika melihat ke arah rumah seberang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jave menghentikan pergerakan ketika melihat ke arah rumah seberang. Dimana ada Nadira yang baru saja naik ke boncengan seorang pria ber-hoodie cokelat susu. Sepertinya gadis itu sudah memutuskan untuk berdamai dan membuang rasa curiganya terhadap sang kekasih.

"Omah, Jave berangkat!" teriaknya ke arah wanita paruh baya yang sedang menyiram tanaman, lalu menancap gas pergi.

Sesampainya di sekolah, kebetulan sekali Jave menghentikan motornya tepat di sebelah motor Kenneth. Mata mereka beradu tatap selama beberapa detik sebelum pada akhirnya Jave membuang muka.

Rasanya sangat malas kalau harus bertegur sapa dengan saingan.

"Dia cowok yang ngajak kamu ngobrol di kantin itu, kan?" tanya Kenneth ke arah Nadira yang masih memperhatikan punggung Jave.

Anggukan pelan Nadira berikan. "Hm, bener. Dia orangnya."

Terlepas dari obrolan kecil, keduanya lantas melangkah bersama memasuki area gedung sekolah.

Detik dan menit terus berlalu, mata pelajaran pertama langsung di mulai setelah bel masuk berbunyi. Nadira duduk di barisan ketiga sambil fokus mencatat materi penting yang di jelaskan oleh guru, begitupun dengan yang lainnya.

"Ra, gua denger-denger lu di deketin sama anak pindahan itu ya?" bisik Ellen sangat pelan.

Kedua alis Nadira tertaut bingung dengan mata sedikit membelalak. "Si Jave maksud lu? Gila, enggak lah. Lagian dia udah tau kalo gua pacarnya kak Kenneth."

Ellen mengatupkan bibir sesaat. "Semua penghuni sekolah juga tau soal jabatan lu sebagai pacar ketua OSIS yang sangat di idamkan itu. Tapi, Ra. Pas kemarin lu gak masuk, kak Kenneth makan siang bareng sama kak Jennifer di kantin."

Pernyataannya berhasil membuat pergerakan tangan Nadira terhenti. Tubuh dia mendadak kaku, dan jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. "Sumpah, Len?"

"Sumpah, tadinya gua mau langsung bilang, tapi takut di sangka ikut campur hubungan kalian." Ekspresi wajah Ellen tidak bisa di ragukan lagi.

.

.

.

Bel istirahat sudah berbunyi tiga menit yang lalu. Kenneth melangkah masuk kedalam kelas Nadira sambil melempar senyuman manis. "Mau ke kantin?"

"Enggak."

Nadira menjawab tanpa menatap lawan bicara. Sementara Ellen langsung beranjak karena sudah tahu pasti akan terjadi perselisihan di antara sepasang kekasih itu.

"Kamu kenapa? Ada masalah pas di kelas tadi?" tanya Kenneth khawatir, lalu berjongkok di hadapan Nadira. "Hey, coba bilang ke aku ada apa? Jangan jutek-jutek gini."

"Kenapa gak ngajak kak Jennifer aja?" ketus Nadira dengan ekspresi kesal. Kedua alisnya menukik tajam menatap Kenneth penuh dendam. "Coba jelasin sekarang, kenapa kemarin kakak makan siang berdua sama Jennifer di kantin? Karena gak ada aku?"

(✓) Rumah untuk NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang