"Cinta adalah hal yang tidak bisa diungkapkan namun bisa dirasakan, cinta juga bisa dibuktikan."
(Rumah Vella)
Pagi hari terasa begitu nyata ketika sinar matahari yang perlahan mulai menunjukkan dirinya. Udara pagi haripun terasa begitu segar ditambah kecerahan langit yang begitu terang.
"Kringg... kring...kringg..." Alaram sudah berbunyi untuk ketiga kalinya di kamar Vella, namun tetap sama seperti bunyi alaram sebelumnya yang hanya dimatikan oleh Vella.
Suara pintu terbuka terdengar di kamar itu dan terlihat mamanya Vella yang mulai memasuki kamar tersebut dan menggeleng heran melihat Vella yang masih tertidur pulas di kasurnya.
"Vellaa, bangun sayang kamu nanti terlambat ke sekolah." Ucap mamanya.
"Iya ma... " Ucap Vella sambil membuka matanya.
"Cepetan udah jam delapan." Ucap mamanya yang sontak membuat Vella langsung berlari ke kamar mandi untuk segera mandi dan bersiap siap ke sekolah.
"Yaudah ma Vella berangkat dulu." Ucap Vella yang terburu buru memakai sepatu.
"Kamu gk sarapan dulu?" Tanya mama Vella.
"Enggak ma udah telat." Ucap Vella yang dibalas angukan oleh mamanya.
Suara mobil terdengar jelas berhenti tepat di depan rumah Vella. Mobil tersebut bukan lain adalah taksi online yang dipesan Vella saat memakai sepatu tadi.
Dengan cepat Vella memasuki mobil tersebut dan menunjukkan tujuannya. Taksi berwarna biru tersebut melintasi jalan jalan yang menuju sekolah tersebut hingga berhenti di tempat yang ingin dituju.
(Sekolah)
Dari kejauhan sudah terlihat gerbang sekolah yang mulai ditutup oleh satpam di sekolah tersebut. Vella yang melihat hal itupun segera berlari ke arah gerbang. Namun sayang gerbangnya sudah benar benar tertutup.
"Pak bukain gerbangnya pliss." Pinta Vella kepada satpan disana.
"Maaf neng ini udah peraturan sekolah." Tolak satpam tersebut kepada Vella.
"Sekali ini aja pak plisss, bapak gak kasian sama saya, saya ada ulangan jam pertama pak, pliss... " Pinta Vella sekali lagi dengan raut wajah andalannya.
"Maaf neng gak boleh." Ucap satpam tersebut yang membuat Vella menundukkan kepalanya pasrah.
Vellapun mulai melangkahkan kakinya perlahan untuk meninggalkan gerbang tersebut. Namun langkahnya terhenti ketika seseorang berdiri tepat di depannya.
"Telat lagi?" Tanya orang tersebut dengan nada datar yang dibalas anggukan oleh Vella.
Vella mendongakkan kepalanya untuk melihat orang tersebut. Raut wajah kaget terlihat jelas di wajahnya ketika ia tau orang itu adalah Vano.
Deg.
Jantung Vella berdetak begitu cepat ketika Vano yang tiba tiba menarik tanganya pelan dan berjalan menuju gerbang sekolah.
"Pak buka gerbangnya." Ucap Vano yang dengan cepat diangguki oleh satpam tersebut.
Mereka mulai berjalan memasuki sekolah area sekolah tersebut. Vano menyadari Vella yang sedari tadi terus menatapnya tanpa henti namun ia tidak menanggapinya.
Vanopun melepas genggaman tangannya ketika mereka sudah berada di dalam sekolah.
"Makasih ya kak." Ucap Vella dengan senyum manis yang terlukis di bibirnya. Namun ucapan tersebut hanya dibalas Vano dengan tatapan datar dan memilih pergi meninggalkan Vella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvano
Teen FictionHanya cerita seorang bad boy dan seorang good gril dengan kepribadian yg berbeda namun dengan perasaan yang sama. Thanks