Warning!
Cerita ini beralur maju mundur. Perhatikan tanda (***)sebagai alur mundur atau ceritamasa lalu saat Mark dan Haechan masih kuliah.
Happy Reading...
***
"Mark-ah... YAA MARK LEE..!!"
Dengan cepat, seorang pria berperawakan tinggi dengan warna kulitnya yang kecoklatan berlari. Sebisa mungkin menggapai pria lainnya yang juga tengah berlari cepat seolah mengejar sosok lain. Adegan saling mengejar itu berlangsung cukup lama sebelum akhirnya terhenti ketika Wong Xuxi, bisa menggapai lengan pria lainnya yang memiliki warna kulit berlawanan.
"Shit, sampai kapan kau akan bersikap seperti ini, hah?!" Wong Xuxi, pria yang lebih sering mereka panggil dengan sebutan Lucas itu mengutuk, mencoba untuk menstabilkan nafas dengan satu tangan yang masih mencengkram lengan pria di depannya. Dia pun menarik lengan pria yang sempat ia panggil dengan sebutan Mark Lee hingga membuat pria itu berbalik menggeram.
"Lepaskan berengsek, aku tidak memiliki ur-"
"KAU YANG BERENGSEK, BAJINGAN!" potong Lucas dengan umpatan kasar bahkan sebelum Mark dapat menyelesaikan kalimatnya.
"Kau yang berengsek..." suaranya pun memelan, terdengar ringkih.
"Apa kau sadar? Lee Haechan! Pria itu sudah mendaftarkan diri untuk wajib militer dan bukankah jawabannya jelas? Apa kau sebodoh itu untuk memahaminya? Bercerminlah dan lihat apa yang sudah pria itu lakukan pada mu, berengsek. Dan sekarang kau masih mencoba untuk mengejarnya seperti orang gila?!"
Lucas bisa melihat ekspresi frustasi yang Mark pasang di wajah tampanya. Sejujurnya, dia tidak memiliki niatan untuk menampar pria itu dengan kenyataan yang menyakitkan. Namun, melihat bagaimana keadadaanya saat ini membuat Lucas berpikir bahwa menghancurkan perasaan Mark sekaligus adalah pilihan paling tepat yang bisa ia lakukan saat ini.
"Dia_" satu kata meluncur dari mulut Mark dan Lucas bisa melihat bibir itu bergetar ketika mencoba untuk melanjutkan.
"Dia mengatakan kalau dia mencintai ku, Luke. Bagaimana bisa aku melepaskannya begitu saja." Dan tangisan yang sejak berhari-hari ini Mark tahan pun akhirnya meluncur begitu saja sesaat kalimat menyentuh itu ia ucapkan.
Sejak awal, sepasang mata berwarna biru itu sudah memerah hingga Lucas ingin berteriak pada sahabatnya itu untuk segera menangis, melampiaskan semuanya. Namun, entah mengapa ketika keinginannya itu terwujud, hati Lucas mencelos, tanpa bisa berkata apa-apa dia memandangi pria dengan kulit pucat yang kini terlihat sangat menyedihkan itu.
Mark begitu putus asa hingga membuat Lucas ingin menyeret dan memukuli siapapun yang sudah membuat sahabatnya terlihat menyedihkan seperti ini. Si sialan Lee Haechan. Apa sungguh pria itu adalah alasannya? Hanya karena dia pergi meninggalkan Mark tanpa memberikan penjelasan yang bisa menjadi kalimat perpisahan, setidaknya? Lucas tidak mengerti, atau mungkin karena ia tidak paham bagaimana rasanya patah hati. Hubungan keduanya terlalu rumit hingga menimbulkan banyak persoalan. Dia hanya berharap bahwa semuanya segera berakhir.
Harus ia akui bahwa semenjak Mark mengenal Haechan, sifat pria itu berubah menjadi lebih manis dan menyenangkan (walau ingin membuatnya muntah). Namun apabila semua itu akhirnya berujung pada kehancuran sahabatnya seperti ini, Lucas lebih berharap bahwa Mark akan selamanya bersikap dingin, cuek, menyebalkan, tidak tahu malu dan kurang ajar seperti yang ia kenal sebelumnya.
"Aku mengatakan kalau aku juga mencintainya. Dia tersenyum malam itu dan memberikan ku sebuah pelukan. Dan- dan bagaimana bisa hari ini Ten Hyung mengatakan pada ku kalau dia, dia pergi." Mark melanjutkan suaranya yang parau dan itu terdengar semakin memilukan di telinga Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Your Life [MARKHYUCK]
Fantasía"Apa mau mu, Mark Lee? Bukankah aku sudah membuat keputusan dengan jelas?!" Haechan membentak, merasa frustasi terhadap sikap Mark yang terlampau santai. "Aku adalah pria yang kejam, apa yang kau ingin dari pria seperti ku, hah? Apa sulitnya berhen...