Chapter 9

914 128 8
                                    

"Jackpot! Ternyata kau di sini, Putri!"

Dengan tubuh gemetar Skye mencoba menatap orang yang sedang berdiri di hadapannya. Cahaya remang dari lampu jalan yang redup membantu Skye mengenali sosok yang menyapanya. Seorang pria dengan mantel wol dan penutup wajah yang khas dan sangat Skye kenali membantu Skye mengembuskan napas leganya.

"De-Dehaan?" lirih Skye nyaris menyerupai bisikan.

"Apa yang kau lakukan di tempat gelap dan bau seperti ini, Putri? Apa menurutmu ini lebih baik daripada penginapan?" tanya Dehaan bertubi-tubi. Skye menggeleng dan tanpa sadar menggenggam tangan Dehaan yang sedikit kaget dibuatnya.

"Maaf, aku hanya bosan dengan penginapan dan berniat mencari udara segar. Kau tidak marah, kan?" bujuk Skye. Dehaan menepis tangan Skye dan melangkah menjauhi gadis itu, pulang. Skye menatapnya dengan tatapan bengong, Dehaan menoleh dan kaget dengan tingkah Skye yang menurutnya sangat aneh dan ... sedikit bodoh.

"Kau ... tidak pulang, Putri? Atau kau ingin aku meminta orang-orang di penginapan itu mengantar selimut dan bantal ke mari?" Suara Dehaan menggema di lorong dan menyadarkan Skye yang langsung bergegas mengikuti Dehaan dengan raut kaget saat melihat mayat wanita yang ia lihat barusan itu menghilang.

Galea menghampiri Skye dengan wajah cemas dan pucat nyaris bak mayat.

"Putri! Kenapa Anda pergi seorang diri? Apa Putri ingin saya mati dengan rasa cemas yang luar biasa ini? Hah?" Galea menyerbu Skye dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat membosankan bagi Skye. Namun rasa sayangnya pada Galea membuatnya mencoba menghargai kecemasan gadis itu.

"Aku tidak apa-apa, kok. Jadi jangan cemas dan aku tidak mengajakmu karena kau terlihat lelah, itu saja. Jadi jangan cemas seperti itu, okey?" Skye mencoba menenangkan Galea yang akhirnya diam dan bergelayut di lengan Skye yang masih mencuri-curi pandang ke arah Dehaan yang tampaknya ada pembicaraan serius dengan Klaus dan juga dengan 2 pengawal setia Dehaan yang menatap jijik dengan tingkah Galea. Hingga akhirnya mereka sadar bahwa Skye tengah menatap ke arah mereka yang akhirnya membungkuk hormat dan sukses mengalihkan perhatian Dehaan yang akhirnya menatap Skye yang bertingkah sok jual mahal dengan berjalan cepat menuju lantai di mana kamarnya berada. Dehaan terus menatap dengan ekspresi biasanya, dingin tak tersentuh.

"Apa dia tidak melihat pria yang tadi kulihat itu, ya? Atau hanya aku yang melihatnya? Mustahil!"

"Lalu, ngomong-ngomong ke mana pria misterius itu perginya? Juga wanita yang menjadi korbannya itu? Hmm ... semua ini aneh," gumam Skye seorang diri sambil merapikan rambut dan piyamanya tanpa menyadari bahwa Galea sudah menatapnya dengan tatapan cemas bahwa sang majikan sudah tidak waras. Skye menatap cermin di hadapannya dan terkesiap karena rasa kaget yang berlebihan melihat Galea tiba-tiba ada di belakangnya. Langsung saja dia berbalik dan menatap Galea dengan raut kesalnya.

"Sejak kapan kau berdiri di sana?" Pertanyaan Skye diabaikan Galea begitu saja dan ia melanjutkan tugasnya meletakkan piyama milik Dehaan di sisi tempat tidur tuan barunya itu dengan rapi. Merasa diabaikan, Skye menjadi benar-benar marah.

"Kenapa tidak menjawab?!" tanyanya dengan suara tinggi.

"Saya tidak bermaksud mengabaikan Anda, Putri. Hanya ingin memastikan bahwa Anda masih waras, itu saja. Dan saya harap Anda lebih bisa menjaga emosi walau kita jauh dari Amsterdam, tapi Anda tak boleh kalah dengan rasa rindu. Anda harus kuat dan hamba akan selalu di sisi Anda, Putri." Galea meninggalkan Skye setelah memeluk wanita itu dengan erat. Skye tertawa lucu saat menyadari maksud ucapan Galea barusan.

GEHEIM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang