Random 1.1

11 1 0
                                    

Waktu itu... kenapa kamu menyapaku?

Waktu itu... kenapa kamu mengajakku berbicara?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu muncul di kepalaku.

"Kenapa kamu berteman denganku?"

"Entahlah, kurasa... karena kamu orang yang menarik," jawabmu tersenyum menatapku.

"Menarik?"

Culun, membosankan, aneh, dan berbagai kata-kata kurang menyenangkan telah berkali-kali ditujukan padaku. Tapi baru kali ini kata aku mendengar kata "menarik" terucap dari mulut orang lain.

"Kurasa kamu orang pertama yang mengatakan hal seperti itu padaku."

"Benarkah? Berarti mereka tidak pandai menilai orang."

Saat itu rasa senang muncul dihatiku. Aku merasa akhirnya menemukan orang yang bisa mengerti tentang diriku.

Sejak itu kamu merubah hidupku, membuatku menjadi lebih baik. Membuat orang-orang akhirnya sadar bahwa mereka telah salah menilaiku. Bagiku kamu adalah malaikat penyelamat hidupku. Tiada hari tanpa kulewati bersamamu hingga kurasa aku mulai bergantung kepadamu. Tapi itu wajar kan? Karena tanpamu aku tidak akan pernah menjadi seperti ini.

Namun suatu hari tiba-tiba saja kamu menghilang tanpa meninggalkan satu pesanpun. Sekeras apapun usahaku mencarimu tidak pernah membuahkan hasil, seakan-akan keberadaanmu hilang ditelan bumi.

Sampai beberapa hari yang lalu aku tidak sengaja melihatmu tengah berjalan dengan orang lain. Kalian terlihat begitu dekat. Rasa penasaranku membuatku memberanikan diri untuk menyapamu, berharap mendapat penjelasan kenapa kamu menghilang begitu saja. Tapi akhirnya harapanku pun hilang ketika melihat ekspresimu yang seakan-akan tidak mengenaliku.

Akhirnya kuputuskan untuk menulis surat untukmu. Sekalipun kamu bertindak seolah tidak mengenalku tapi aku yakin kamu pasti akan datang setelah melihat isi surat itu.

Sambil menunggumu di tempat ini aku terus berpikir, apakah ucapanmu dulu hanyalah kebohongan semata atau hanya aku yang salah mengartikannya. Aku pun tersadar dari lamunanku saat mendengar suara pintu itu yang dibuka, dari balik pintu itu muncul sosokmu yang sudah lama tidak kulihat.

"Mau apa kamu?" Sebuah pertanyaan meluncur dari mulutmu dan aku hanya tersenyum melihat tatapan dinginmu itu.

"Tidak ada, cuma ingin memastikan sesuatu."

"Apa yang mau kamu lakukan?" tanyamu gusar saat aku berjalan ke arah pagar pembatas gedung ini.

"Ada apa? Kamu masih peduli?" ejekku saat melihat ekspresimu yang terlihat khawatir itu. Sayangnya aku tahu itu semua hanyalah kebohonganmu.

"Hei, jangan bercanda!"

"Jangan mendekat!" bentakku saat kamu berusaha mendekat.

Aku ini memang manusia yang lemah, oleh karena itu setidaknya aku memberanikan diri untuk melalukan hal ini. Setidaknya... dengan melihat ekspresimu itu aku akan tahu...

"Ah... ternyata kamu memang memang tidak peduli...," batinku saat melihat senyuman di wajahmu.

Ternyata kamu memanglah iblis berwujud malaikat.

Sedangkan aku dengan bodohnya secara suka rela menghilangkan nyawa hanya untuk melihat kebenaran di dalam hatimu.

Ya kurasa aku memang manusia bodoh.

Tulisan RandomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang