Jangan lupa votmen, follow sahdaelsabian, dan share cerita ini ke teman-teman kalian
Happy Reading ^^
***
Sepulang sekolah, Bulan menepati janjinya kepada Bintang. Ia menemani laki-laki tujuh belas tahun itu berlatih untuk turnamen yang akan datang.
Di sana, di lapangan, tim basket yang diketuai Bintang sudah mulai mendrible bola. Saling berebut untuk memasukkannya kedalam ring.
Namun, perhatian Bulan hanya terfokus pada satu orang, Bintang Gayfano al-Azhar. Remaja dengan jersey itu terlihat semakin keren saat terjun ke lapangan. Tubuh yang atletis, rambut yang basah, wajah yang tampak semakin sexy karena keringat. Apalagi bentuk perut laki-laki itu, tak tercetak jelas, namun Bulan masih bisa melihat otot perut a.k.a ABS milik Bintang saat ia mengelap keringatnya dengan baju yang ia kenakan.
Sempat Bulan terpana, namun ia langsung menyadarkan dirinya sendiri. Mengingat keusilan Bintang, membuat Bulan selalu mengurungkan niatnya untuk terpesona dengan laki-laki itu. Terpesona... aku terpesona...
Ditengah-tengah perhatiannya terhadap Bintang yang tengah berlatih, Bulan menoleh saat merasa ada yang duduk disebelahnya.
Alis Bulan terangkat satu saat mengetahui orang disebelahnya itu adalah Ana, gadis berkaca mata yang sedikit pendiam.
"Kenapa?" tanya Bulan.
Ana tersenyum tipis lalu menyengir. "Mau nonton, hehe."
Bulan hanya mengangguk memperbolehkan. Ia tak sejahat itu untuk melarang orang duduk di tempat umum.
"Aku gak ganggu, kan?" tanya Ana memastikan.
Bulan menggeleng. "Enggak. Santai aja," jawab Bulan ramah.
Setelah obrolan singkat itu, keduanya kembali fokus dengan kegiatan—perhatian masing-masing. Bulan yang terfokus kepada Bintang, dan Ana yang terfokus kepada satu titik lainnya.
"Devan ganteng banget!" Ana menjerit tertahan. Ia mengigit kukunya sendiri saat melihat Devan—teman sekelas Bulan yang dengan kerennya melemparkan bola kedalam ring.
Bulan yang mendengar itu memutar bola matanya malas. Pendiem ada yang modelan begini? Lagian ganteng Bintang kemana-mana, pikir Bulan.
Seolah tersadar dengan apa yang ia pikirkan, Bulan menggeleng, mencoba menepis kata-kata yang baru saja ia susun tanpa ia ucapkan tadi.
"Kamu ngapain disini?" tanya Ana yang kembali membuka obrolan, agar tidak canggung.
"Renang," jawab Bulan cuek, dengan pandangan masih mengarah ke lapangan 28×15 meter itu.
Ana terkekeh kecil. Ia sangat tahu siapa yang ada disebelahnya ini. Bulan, anak 11 IPA 1 yang terkenal sedikit dingin terhadap orang asing. Terkenal pintar dan memiliki wajah manis yang dapat memincut para kaum Adam untuk memilikinya.
Permainan basket selesai. Tentunya dengan hasil latihan tim Bintang yang menang. Hanya selisih 5 poin saja dengan tim Devan. Setelah melakukan tos ala lelaki, sepuluh anak basket itu langsung beristirahat di pinggir lapangan— Bintang menghampiri Bulan.
Tangan Bintang terulur mengambil botol minum yang ia sediakan sendiri di sebelah Bintang setelah latihan tadi.
Melihat Bintang yang dengan delapan teguk menghabiskan isi dari botol tersebut, Bulan sampai menahan napas melihatnya. Aura keren cowok itu tetap terlihat walaupun hanya dengan meminum saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patrick and Sabit
Teen Fiction[Follow dulu sebelum membaca] "Fiks, no debat. Lo pacar gue, Bulan Anastasia." "Heh, ngaco ya lo!!!" Bulan Anastasia, gadis cantik yang selama 10 tahun terakhir ini menyibukkan diri untuk mencari sahabat kecilnya. Hingga tak sadar jika sifatnya b...