• Revival ••••
Sojin cukup kesal pada Hyunsuk pagi ini.
Agenda bepergian mereka bersama Hanjae harus kandas saat baru dipersiapkan.
Hyunsuk memang sudah meminta maaf. Tapi cara meminta maaf Hyunsuk yang terburu akan panggilan mengenai pekerjaannya membuat Sojin sanksi.
Jadilah hari ini ia dan Hanjae menghabiskan waktu untuk bermalas-malasan di rumah. Tidak ada siaran radio, suami tiba-tiba pergi untuk urusan pekerjaan, agenda perjalanan gagal.
Hah.. Sojin hanya bisa membuang napas dramatis secara berulang-ulang sambil meluruskan tubuh di atas karpet ruang tengah.
“Amma?” Hanjae langsung naik ke atas pangkuan Sojin sekeluarnya anak itu dari kamarnya.
“Ada apa jagoannya, Amma?”
Wajah Hanjae justru berubah cemberut, tangannya melingkari leher Sojin, membuat Sojin tidak bisa menahan senyumnya, “ada apa, Nak? Hanjae kenapa? Sini bilang sama Amma.”
Kepala anak itu menggeleng kencang dan tiba-tiba menenggelamkan wajahnya ke perpotongan leher ibunya, “Hanjae mau pergi jalan. Hanjae bosan di rumah.”
Kedua alis Sojin terangkat tinggi. Heran. Tumben sekali putranya itu merasa bosan. Biasanya tidak pernah seperti itu, malahan putranya itu sangat betah ketika berada di rumah.
“Kenapa? Kok bosan? Hanjae bosan gambar terus?”
Lagi-lagi Hanjae menggeleng, wajahnya masih ia sembunyikan.
“Terus?”
“Hanjae nggak punya inspirasi lagi buat gambar. Haa..”
Sojin benar-benar dibuat tertawa kali ini. Astaga—Hanjae biasanya tidak pernah kehabisan ide untuk menggambar selama ini. Tiba-tiba sekali.
“Kenapa Appa harus kerja padahal sudah janji mau pergi jalan? Hanjae marah sama Appa!” rengeknya lagi, masih belum melepaskan pelukan eratnya pada tubuh ibunya.
“Kalau jalan berdua sama Amma aja, gimana? Hanjae mau?”
Akhirnya wajah anak lucu itu terangkat, wajahnya sudah basah karena air mata, hidungnya juga memerah dan sedikit tersumbat.
“Memang Amma mau bawa Hanjae kemana? Amma kalau libur ada di rumah terus, memang Amma tau jalan-jalannya? Biasa kan yang bawa mobilnya Appa.”
Duh, jika Sojin di dalam animasi atau dirinya adalah emotikon di ponsel, wajahnya sekarang pasti sudah meringis dengan keringat yang jatuh di kepala. Anaknya ini benar-benar. Jujur dan polos sekali. Benar-benar anak Hyunsuk, tingkahnya sama. Sojin semakin meringis prihatin terhadap dirinya yang di diss anak sendiri.
“Gimana kalau ajak Kak Areum, Amma?”
Lagi-lagi ringisan dan keringat imajiner terpatri di kepala Sojin, “Panggilnya jangan Kak Areum, sayang. Panggilnya Mama. Berapa kali Amma kasih tau Hanjae, Nak?”
“Tapi kan Kak Areum nggak punya anak. Kenapa di panggil Mama? Hanjae nggak mau!”
Sojin seolah jatuh tersandung dalam imajinernya. Ya Tuhan, anaknya ini. Untung saja mereka tidak bersama Areum, jika tidak, bisa dipastikan sahabatnya itu akan merasa sedih mendengar ucapan putranya.
Jadi, Sojin menjelaskan pelan-pelan sekali lagi, berharap kali ini Hanjae mengerti. Tangannya merapikan pelan rambut depan Hanjae, menatap lembut pada wajah putranya.
“Sayang, Hanjae panggil Paman Yonghee pake sebutan apa?”
“Papa,” sahut putranya cepat.
“Seharusnya, Kak Areum juga dipanggil Mama, kan Kak Areum istrinya Papa Yonghee. Kalau Hanjae panggilnya Kak Areum, pasti dia bakal sedih. Sama seperti Hanjae panggil Amma. Kalau Hanjae panggil Amma jadi Kak, Amma pasti sedih. Panggilnya Mama ya, sayang, jangan panggil Kak Areum. Sebentar lagi Mama bakal di kasih dedek lucu, loh. Nanti kalau Mama sudah punya dedek lucu, Hanjae tetap mau panggil Kak Areum?”
Hanjae menggeleng.
“Panggilnya Mama ya, Nak. Jangan Kak Areum. Iseul-Insu, adek Micha, Yejun-Sejun, panggilnya Mama loh. Cuman Hanjae sendiri nih yang masih panggil Kak Areum. Hanjae paham?”
Hanjae mengangguk.Akhirnya dan semoga saja putranya menuruti apa yang ia katakan. Jujur, ia merasa tidak enak pada Areum karena hanya putranya yang memanggil seperti itu. Meski wanita yang lebih muda darinya seringkali mengatakan tidak apa-apa, tetap saja, hal itu tidak seharusnya putranya lakukan.
“Mama sebentar lagi beneran punya dedek? Terus, Amma kapan mau punya dedek? Dedek itu nanti kayak adek Sejun, kan?”
Oke. Sepertinya ia salah bicara lagi mengatakannya. Bagaimana ia mengelak untuk ini?
“Nanti dedeknya keluar dari perut Amma, kan? Kaya adek Sejun yang keluar dari perut Bunda.”
Sepertinya ia akan tersenyum saja untuk sekarang. Dan akan berkonsultasi pada Hyunsuk sepulang suaminya itu bekerja, agar suaminya saja yang menjelaskan lebih lanjut tentang hal ini. Baik, mari kita coba alihkan pikiran Hanjae lebih dulu.
“Hanjae, ayok siapin dulu alat gambarnya. Kita pergi ke rumah Mama. Terus, kita pergi jalan-jalan keluar. Mama pasti bisa pergi keluar hari ini. Biar ide Hanjae muncul lagi. Yuk, siap-siap.”
“Oke! Hanjae siap-siap dulu!”
Dan Sojin bisa bernapas lega. Sedikit. Setidaknya putranya dapat teralihkan dari pikiran mengenai dedek dan tetek bengeknya yang sama sekali tidak bisa Sojin jelaskan.
-----------💐
🖼️ sjinyoo
liked by aareumin.cha and 432 others
sjinyoo Nanti kita marahin appa @im.svk ya, nak 😡
Terima kasih mama @aareumin.cha sudah mau nemanin hanjae jalan jalan hari ini 🤧view all comments
im.svk maaf ya nak. Appa bakal pulang cepat 😭
-----------💐
Seharusnya up tadi pagi 😩Terima kasih sudah membaca buku ini. Semangat selalu 😆✊
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Revival (Sequel of Strange Place) || CIX
FanfictionThis world is about give and take You are the only one who can heal me - Yonghee