-Cup 16-

342 91 113
                                    

-aku menyukaimu,apa kurang jelas?-

Seokjin melepas kemeja dan menggantinya dengan kaos rumahan. Mendekati meja kerja disudut kamarnya, tangan lelaki itu mengulur salah satu laci di barisan yang terbuat pada badan mejanya. Merogoh sesuatu. Sebuah kertas usang putih yang mulai menguning. Ia tenteng ikut naik ke ranjang.

Setelah menyandarkan punggung pada bantal ternyaman. Ia mulai membuka lipatan kertas yang baru saja ia bawa. Seulas senyum tipis tercetak dari bibirnya. Hanya karena membaca beberapa kalimat yang tertulis dengan pensil disana.

Aku tidak tahu ini enak, kau suka atau tidak. Tapi,aku meminta salah satu bibi tukang masak untuk mengajariku membuatnya. Kuharap kau menyukainya.

Dia ingat itu tertempel di atas sebuah kotak makan berisi masakan nasi goreng. Yang di bawa ibunya,katanya titipan salah satu putri sahabatnya. Itu bibi Yoona yang di maksud. Ketika ketika ibunya akan masuk mobil saat akan pulang, tiba-tiba salah satu pelayan memberikan itu padanya diam-diam waktu dulu. Dua hari sebelum Irene datang mengaku kalau itu adalah buatannya. Dengan alasan menyukainya, ia melakukan hal tersebut. Saat tak sengaja mereka berpapasan mendaftar tempat les belajar yang sama.

Dia akhirnya menyadari. Kalau itu bukan tulisan Irene, setelah sore tadi tidak sengaja melihat catatan kecil dari resep yang Sohyun tulis.

"Kenapa?" Monolognya sendiri. Jin tertawa sumbang menengadah ke arah langit kamarnya. "Kenapa kau selalu membuat hal mudah menjadi rumit di depanku,Sohyun..."

Lelaki itu menutup mata dengan salah satu tangannya. Sementara kertas dalam genggamannya baru saja ia remat dengan sedikit rasa kesal. Untuk menyesal, ia rasa itu sudah terlambat. Baginya Sohyun yang terlalu bodoh karena memilih diam selama ini.

"Jika kau membuka mulutmu berbicara. Cerita ini mungkin akan lain jadinya," katanya lagi dengan lirih. Seolah gadis itu ada di depannya.

-

Harusnya ia senang. Setelah kembali dari Singapura, Irene untuk pertama kali menyapanya dengan ramah. Bersikap sebagaimana mestinya kakak yang baik dengan menanyakan keadaannya. Juga sedikit menggoda soal perkembangan hubungannya dengan Seokjin. Setelah wanita itu bilang ia sudah tidak mau lagi mengharapkan lelaki itu. Setelah Suho akhirnya bisa meluluhkan hati dengan segala ketulusan cinta yang ia punya. Membuat wanita itu berjanji akan lebih mencintai suaminya lagi dan membangun rumah tangga yang benar, apalagi sekarang ia baru saja di nyatakan hamil. Dengan usia kandungan satu bulan.

Tapi hubungannya dengan Seokjin selalu saja mengalami mundur alih-alih kemajuan.

"Jadi,kau mau menyerah?" Tanya Irene dengan nada tak rela.

"Untuk apa juga aku berjuang.kalau, Gadis lain sudah lebih dulu memasuki hatinya." Jawab Sohyun malas.

Irene membenarkan posisi duduk malasnya. Menjadi tegap ia memutar tubuh kesamping menghadap sang adik.

"Sohyun," panggilnya.

"Ehm.."

"Aku salah dulu melakukan itu padamu. Tapi sekarang aku akan mendukungmu. Tolong jangan menyerah," pintanya setelah mengingat insiden nasi goreng itu.

"Tapi re-Kak maksudku," terlalu lama ia tak menggunakan embel-embel itu. Rasanya mulut masih saja tergelincir. Tapi Sohyun akan berusaha. Melanjutkan kalimatnya." Aku sudah benar-benar kehilangan kesempatan..."

"Selama dia belum menikah kesempatan masih ada. Itu tergantung kau mau berjuang lagi atau tidak." Irene berusaha menyemangati.

"Memangnya Jisso itu secantik apa? Sampai bisa menutupi wajah adikku di depannya. Kau harus memperlihatkan dia padaku,Hyun!"

Seungkwan dan Hoshi saling menatap ngeri. Kala Sohyun masuk kedalam restoran tapi tidak sendiri, tapi dengan seorang perempuan lain. Yang masih mereka ingat jelas terakhir kedatangannya kesana.

"Apa mereka sedang bersiap membuat keributan lagi?"

"Berdoa saja, semoga hari ini semua baik-baik saja."

Kedua pria itu lekas saling menjauhkan diri, ketika Sohyun mulai mendekat menyapa mereka.

"Pagi,"

"Pagi.." di jawab mereka kompak.

Gadis itu langsung berbalik ke arah orang yang datang bersamaya. Mengucapkan kata maaf karena keributan dulu, dirinya jadi lupa mengenalkan sang kakak pada mereka.

"Halo,aku lee Johyun biasa di panggil Irene. Senang  berkenalan dengan kalian," wanita itu membungkuk sopan pada mereka setelah mengenalkan diri secara langsung.

"Halo aku Seungkwan,"

"Aku Hoshi."

Irene tersenyum mengangguk. Wanita itu segera pamit memilih bangku di sebelah sudut restoran itu. Menunggu tempatnya buka dan itung-itung mau melihat sang adik bekerja.

Baru saja duduk, Ia langsung melihat Jin baru saja datang bersama dengan seorang gadis. Pasti dia,pikirnya sambil menatap dengan sinis.

-

"Apa salahnya,dia datang ingin menemaniku kerja." Kata Sohyun datar. Setelah Jin tau keberadaan Irene di restorannya, langsung memanggil meminta dia datang ke ruang kerja.

"Menemani? Apa aku tidak salah dengar?" Jin tidak percaya. Mengingat bagaimana hubungan keduanya. Irene tiba-tiba ingin menemani Sohyun itu terlihat aneh di matanya secara mendadak.

"Apa bukan ingin membuat keributan lagi di restoran. Hanya karena kisah masa la-"

"Dia sudah mencintai suaminya!" Potong Sohyun cepat sebelum lelaki itu mengungkit keributan dulu.

"Dia sudah menyadari statusnya."

"Baguslah." desah Seokjin lega mendengar berita yang lama ia tunggu. Irene akhirnya melupakan kisah mereka. Melanjutkan hidupnya dengan sang suami.

"Kalau kau bisa berdamai dengan kakakmu, bagaimana dengan Jisso?"

Membuat gadis itu membuang muka jengah. Dengan tegas menjawab," tidak akan!"

"Kenapa?" Pertanyaan yang sama lagi.

"Perlu ku jelaskan lagi?" Kata Sohyun sambil melipat kakinya menyandarkan punggung.

"Aku tidak suka wanita itu karena menyukaimu. Apa masih kurang jelas?"

Seokjin berdiri dari kursinya. Jalan memutari meja dan duduk di atas meja sisi lengan gadis itu menunduk. Untuk melihat lebih jelas wajahnya.

"Hyun," panggilnya.

Sohyun mendongak memenuhi panggilan itu.

"Apa!?" Jawabnya kesal.

"Kau sungguh menyukaiku?"

"Hmmm..."

"Sejak kapan?"

"----"

Membuat Seokjin mendesah kecewa saat gadis itu tak menyahut lagi pertanyaan.

"Kau bisa kembali ke pekerjaanmu. Terimakasih, dan maaf sempat menuduhmu dan kakakmu tadi." ujarnya sambil berdiri dan kembali ke kursinya.

Menimbulkan derit kaki kursi dan keramik. Tanpa bicara apapun Sohyun segera keluar dari ruangan pria itu.  Di sambut pemandangan yang mendadak buat kepalanya pening.

Disana, disudut restoran. Irene sedang duduk bersama wanita yang sejak dari rumah ingin ia temui. Mengintimidasinya dengan wajah sedingin es yang persis ia miliki. Yang karena membelakangi, ia tidak bisa melihat eskpresi Jisso-orang itu dari tempatnya berdiri.

"Semoga dia tidak membuat masalah..."

Gadis itu lantas kembali ke meja kasir lagi. Ia harus bekerja.

----

Terimakasih masih mencintai karya ini... maafkan segala typo dan absurd😄

Jan nyiders ya...

Pokoknya 30 lebih tak lanjut😂💜💜💜

Not one's cup of tea -End- Seokjin💜SohyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang