Moshi moshi^^
Happy reading readers-chan>\\\\<
.
.
.
"Sepertinya musuh sudah menjalankan rencana selanjutnya. (Y/N), Hanji pergi dari sini." Erwin pergi mengambil mantel Hijau.
"Hah, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Hanji.
"Aku akan menjadi wajah pasukan pengintai. Bertindak lah menurut keputusanmu sendiri. Karena yang akan menjadi Komandan pasukan pengintai selanjutnya adalah dirimu. Aku serahkan pasukan pengintai padamu, Hanji."
"Erwin, aku tidak ingin pergi. Aku ingin ikut dengan mu!" Ujar (Y/N) dengan nada yang memaksa.
"Tidak (Y/N). Ini akan sangat berbahaya. Kau ikut dengan Hanji dan pergi dari sini." Erwin mengelus kepala (Y/N) dengan lembut.
"Aku bisa menjaga diriku. Aku tak akan merepotkan mu."
"Sayang, bukan masalah direpotkan atau tidak. Tapi ini demi keselamatan mu."
"Erwin kumohon. Aku bisa dan tak akan terjadi apa-apa padaku. Tolong percayalah." (Y/N) memegang tangan Erwin dengan kedua tangan nya mencoba untuk memohon agar ia di perbolehkan ikut dengan kekasihnya.
"Baiklah." Erwin mengela nafas. "Kau harus selalu waspada dan berhati-hati. Dan ingat, kau harus tetap di dekat ku."
"Ya Erwin. Tentu saja." Jawab (Y/N) dengan antusias.
Pagi harinya...
Erwin dan (Y/N) mendatangi TKP pembunuhan Dimo Reeves dengan di ikuti oleh Polisi Militer. Banyak orang yang mengerumuni jasad Dimo Reeves. Saat Erwin dan (Y/N) melewati kerumunan, terdengar bisik-bisik orang sekitar.
"Hey dia datang..."
"Erwin..."
"Dia dengan siapa?..."
"Sepertinya kekasihnya..."
"Dia menjadikan remaja itu kekasihnya?"
"Padahal sepertinya umur mereka jauh sekali, Erwin sudah berumur."
Erwin tak menghiraukan mereka, begitu juga dengan (Y/N). Erwin menatap Istri dari Dimo Reeves yang sedang menangisi dari jarak beberapa langkah.
Salah seorang Polisi militer bertanya pada Erwin. "Kau tahu siapa pelakunnya, kan Erwin?"
Mata Erwin tertuju pada jasad yang ada di depannya. "Pemilik perusahaan Reeves. Dimo Reeves."
Polisi militer itu membuat pernyataan seolah-olah pasukan pengintai lah yang salah. (Y/N) yang mulai kesal hanya mendecak dan menatap tajam polisi militer yang sok bijak itu.
Tak lama kemudian Erwin dan (Y/N) disuruh untuk naik kereta kuda, tapi Erwin berbalik arah menuju jasad Dino Reeves. "Bisa tunggu sebentar?"
Saat Erwin menghampiri jasad Dimo Reeves, istrinya nampak tak senang. "Menjauh dari suamiku, pembunuh!" Kata-katanya sangat tak sopan, dan tentu saja (Y/N) tak terima.
(Y/N) berjongkok dan menatap tajam istri Dimo Reeves. "Di pertempuran Distrik Trost. Reeves menghalangi pengungsian karena ingin membawa hartanya."
Istri Dimo Reeves tak terima (Y/N) berbicara seperti itu. "Lalu, Apa karena itu dia pantas mati?!" Teriak nya.
(Y/N) kesal dengan tingkah wanita tua dihadapan nya. Tapi Erwin memegang pundak (Y/N) untuk menenangkan nya.
Erwin berjongkok di sebelah (Y/N) dan melanjutkan perkataan kekasihnya. "Tapi, saat situasi Distrik Trost dalam kehancuran, ia berdiri tegak menggunakan semua apa yang dia punya. Untuk membantu para korban sembari berusaha mengembalikan kota.-" Erwin memegang dada jasad Dino Reeves. "-Tapi karena seseorang mimpinya lenyap. Aku bersumpah akan membalaskan dendam mu."
Istri Dimo Reeves hanya melongo menatap Erwin dan (Y/N). Kemudian Erwin dan (Y/N) meninggalkan TKP.
Erwin dan (Y/N) dibawa ke kantor Polisi Militer. "Erwin, kenapa kita dibawa kemari?" Tanya (Y/N) yang tak mengerti mengapa di bawa ke Kantor Polisi Militer.
"(Y/N), sekarang kau pergilah dari disini." Erwin menyuruh (Y/N) dengan nada bicara yang sangat lembut.
"A-apa? Pergi? Apa maksudmu? Aku tak mau! Aku ingin menemanimu Erwin." (Y/N) terkekeh.
Salah satu polisi militer membisik pada Erwin. "Aku yakin kau tak akan tega melihat kuku kekasih mu yang cantik itu tercabut."
Erwin yang tak terima melirik polisi militer itu dengan tajam. "Takkan ku biarkan siapapun menyentuhnya."
Erwin menarik lengan (Y/N) untuk berbicara empat mata. "(Y/N), kumohon dengarkan aku. Kau tak boleh berada disini, disini terlalu bahaya untukmu."
"Tapi aku ingin menemanimu Erwin. Aku tak peduli bahaya itu, aku tetap ingin menemanimu." (Y/N) merengek agar di perbolehkan tetap menemani Erwin.
"Sayang, aku tak bisa melindungi mu sepenuhnya saat ini. Sekarang aku, kau dan pasukan pengintai sedang tidak aman. Jadi kumohon dengarkan ucapan ku. Aku tak mau jika kau merasakan sakit atau apapun itu yang membuat mu terluka." Erwin membelai rambut (Y/N).
"T-tapi Erwin."
"Shuttt. Dengan kan ini baik-baik, ku yakin Levi sedang berada di tempat persembunyian yang aman, dan tak banyak orang. Seperti hutan misalnya. Di dekat kota ada hutan, perkiraan ku regu Levi berada di sana. Sekarang kau harus menuju tempat Levi berada dan jangan sampai kau tertangkap oleh polisi militer. Ini perintah."
"B-baiklah." (Y/N) merunduk sedih.
"Sudah, kau jangan bersedih. Kau tak perlu mengkhawatirkan ku. Sekarang kau segara pergi dan jaga dirimu." Erwin memeluk (Y/N) dan mengecup keningnya.
"Ya Erwin. Kumohon jaga dirimu. Aku akan menuju tempat Levi sekarang." (Y/N) berlari meninggalkan markas polisi Militer.
Salah seorang polisi militer akan mengejar (Y/N) tapi di tahan oleh Erwin. "Kurasa aku saja sudah cukup. Biarkan dia pergi."
Polisi militer itu hanya mendecak kemudian segera membawa Erwin menuju penjara bawah tanah untuk di interogasi.
Emang bener-bener nih si polisi militer minta di gigit lambung nya:')
Jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote & komen yaa>\\\\\<
See u next chapter readers-chan (~^▽^~)
Sayonara^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Paradise Island
Любовные романыHari itu umat manusia diperingatkan. Betapa mengerikannya nya 'mereka' dan penghinaan untuk hidup di dalam kurungan. Akan kah (Y/N) berhasil membalaskan dendam nya? Apa yang terjadi pada hari-hari nya setelah kejadian itu? ✿✿✿ ❀Jangan lupa follow ak...