#5 Pesanan Kue

48 8 29
                                    

Zulfa mengayuh sepedanya dengan cepat. Tidak peduli hari sudah malam dan gelap. Ia terus menggerutu karena kejadian tadi, hingga menyebabkan tatapan intimidasi dari adiknya di belakang.

Jika Loki punya sinar laser dimatanya. Mungkin Zulfa sudah terpanggang dari tatapannya itu. Lagipula kenapa mereka harus sehisteris itu saat dengar ia menyatakan cinta sama seseorang. Yah, walaupun dia sekarang ini jomblo, plus dari lahir. Tapi dilubuk hati palingggg~ dalam ia juga ingin mendapatkan pasangan.

"Assalamualaikum!" Zulfa memasuki rumahnya tergesa-gesa setelah menaruh sepedanya di teras lalu menuju kamar.

Brak! Tiba-tiba Loki ikut masuk dengan membanting pintu kamar Zulfa.

"Loki ngapain ikut masuk?" kaget Zulfa dan mencoba mengusir adiknya.

Loki kekeuh tidak mau keluar. "Kak! Beneran? Siapa yg kakak tembak di kafe? Kakak udah pacaran? Sama siapa? Kak! Jangan terlalu gampang kemakan tampang kak. Tampang boleh cakep tapi kita gak tau niat dan hatinya," cerocos Loki bagaikan alur sinetron yang seribu episode.

"Ya Allah, masih dibahas juga itu? Dek, tadi aku udah jelasin, loh. Kalo itu cuma bercanda. Kalian kenapa panik banget, sih. Kayak aku beneran nembak orang pake pistol aja." Zulfa mengusap wajahnya lelah.

"Pokoknya kalo kakak emang punya pacar. Pokoknya dia harus ngadep ke aku dulu. Biarku buka kedok dia," ucap Loki sambil mengulung lengan kemejanya, seolah siap mengintrogasi dengan sadis.

Zulfa menghela napas dan menjatuhkan tubuhnya ke kasur. "Terserah, dek. Kakak capek. Udah sana! Mau isya, awas nanti masbuk." Zulfa mencoba mengusir Loki.

"Kak! Tapi beneran gak nih? Kakak gak pacaran sama barista itu kan?" rengek Loki yang masih penasaran.

"Ya Allah, Ya Rabb! Kamu kenapa sih, dek?"

"Yah, aku harus waspada! Selagi ayah gak ada. Aku yang harus jaga kakak sama ibu. Soalnya banyak kak, laki-laki di luaran sana yang tidak bisa dipercaya! Jangan hanya liat modal tampang dia!" Lagi-lagi Loki berceramah.

"Termasuk kamu gitu? Kamu kan laki?"

"Ah! Pokoknya selain aku, sama ayah juga!"

"Kakek? Om Juna? Rehan? Ojan?" Zulfa menyebutkan Laki-laki di keluarganya dan temannya.

"Mereka juga tapi selain Kak Ojan!"

"Loh? Emang Ojan kenapa? Kan dia mah bisa dipercaya?"

"Pokoknya kakak, jangan langsung percaya sama Kak Ojan! Dia bucin sama kakak!" jelas Loki.

"Hah? Bucin dari mana?" Zulfa mengeryitkan dahi. Setahu dia, selama berteman dengan Ojan. Dia tidak pernah melihat Ojan bucin. Apalagi sama dirinya? Hahaha, mustahil banget.

"Yah, pokoknya dia itu bucin! Jangan percaya! Dan jangan pacaran sama dia!" ancam Loki.

"Dih! Orang kita, mah, temenan. Jadi gak mungkin kali pacaran," jawab Zulfa menatap bingkai fotonya bersama teman-teman.

"Alhamdulillah kalo gitu! Tapi kasian, sih, Kak Ojan di Friendzone-in sama Kakak." Loki bersedekap dan terkekeh kecil.

Tidak lama suara murrotal terdengar dari masjid yang tidak jauh dari rumah mereka. Menandakan adzan isya akan berkumandang. "Pokoknya jangan sampe pacaran sama Kak Ojan!"  Lagi-lagi Loki mengancam sambil keluar kamar.

"Iya! Lagian ketakutan banget aku pacaran sama Ojan, sih," jawab Zulfa memejamkan matanya.

"Emang kenapa, sih? Sampe segitu ketakutannya dia, aku pacaran sama Ojan. Aneh~," gumamnya pada diri sendiri. Tidak lama otaknya pun berpikir dan mengingat suatu kejadian.

Gak Punya Mantan? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang