31 - a story .

112 14 0
                                    

“jadi... malamnya Gaffrion dan adiknya Ghea kembali ke puing yang mereka sebut rumah. malam itu adalah malam yang sangat tak terduga...” lanjutnya kembali menopang dagu dengan lutut sebagai tumpuannya.

Asap dimana-mana, para warga desa begitu cemas dan berlarian kesana-kemari mencoba memadamkam api yang membakar seluruh rumah mereka, serta berteriak meminta bantuan.

suara tangis para anak-anak balita terdengar begitu berisik ditelinga. ditambah lagi para wanita yang berteriak tak jelas karena kehilangan barang-barang berharga mereka.

Gaffrion yang sedang tidur nyenyak di puing-nya, perlahan membuka mata. hawa panas mulai menerpa wajahnya, bau asap yang menyengat sangat menusuk penciumannya. ia terbangun lalu terduduk dengan mata yang masih tertutup.

anak itu sedang mencoba mengumpulkan nyawa, terpaksa ia harus membuka matanya yang masih berat untuk melihat apa yang terjadi malam ini.

lengan kanan miliknya meraba tempat tidur sang adik yang berada disebelah nya.

“Ghea?…” erang nya. manik mata miliknya membelalak ketika mendapati tempat tidur sang adik yang kosong. kemana Ghea?.

panik. satu kata yang menggambarkan perasaan gaffrion saat ini. dengan segera ia bangkit dan melihat keadaan desa yang begitu kacau dipenuhi oleh si jago merah.

“apa yang terjadi?” benaknya bertanya, hatinya gusar saat melihat orang-orang yang berlalu-lalang mencoba memadamkan api. ia juga tak kalah panik saat menyadari adiknya tak ada di sisinya.

Gaffrion menguap seraya merentangkan kedua tangannya keatas. ia melamun sejenak lalu membuang nafas kasar.

Lady... haruskah ku lanjutkan cerita membosankan ini?” tanya gaffrion pada mannequin yang duduk berseberangan dengan nya. bukannya menjawab mannequin itu malah terjatuh kesamping.

melihat hal itu, gaffrion malah tersenyum getir. ia menatap kearah langit yang sedikit mendung dan gelap.

“lihat! bahkan boneka dan langit pun bosan dengan kisah hidupku!” serunya membuat ketiga pelayan yang ada disana terhenyak dibuatnya.

Gaffrion kembali ke posisi semula. menopang dagu dengan lutut sebagai tumpuannya. yang berbeda hanyalah ekspresi nya, kini ia sedikit cemberut.

“yah mau bagaimana lagi... orang tua bilang, kalau bercerita harus tuntas sampai akhir agar si pendengar tidak mati penasaran, terkecuali si pendengar tertidur karena bosan dengan ceritanya..” ocehnya lagi sembari mengangkat bahu acuh.

lagi-lagi para pelayannya hanya diam membisu. tak satupun dari mereka yang menggubris perkataan gaffrion.

“saat kebakaran terjadi.. aku kehilangan adik perempuan ku Ghea. percayalah mencari seseorang dalam keadaan genting itu sangat sulit.” keluhnya lalu menusuk-nusuk kue kering yang tersaji menggunakan pisau perak. ia tak selera memakannya.

para warga desa berlarian kearah kereta kuda yang katanya akan 'menyelamatkan' mereka.

karena terlalu ramai juga langkah mereka yang tergesa-gesa, tak jarang gaffrion terhimpit kesana-kemari membuat nya semakin sulit untuk menemukan adiknya.

“GHEAA!!” teriaknya sekuat tenaga, berharap adik kecilnya itu mendengar suaranya. dan benar saja, seperti yang ia harapkan. adiknya sedang berlari dengan susah payah untuk menghampiri nya.

“KAKAK!!” teriak sang adik sembari terisak. ia begitu bahagia melihat sang kakak baik-baik saja. pun sebaliknya, gaffrion juga bahagia melihat sang adik baik-baik saja.

Make A Contract With Devil  [ NOREN ]✔ Revisi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang