Prolog

12 0 0
                                    

Memang begitu caranya, siapa yang menyuruhmu. Alkisah caranya melakukan dirinya seperti ini untukmu itu. Gilaaaaa caranya mainstream sekali. Sebentar aku sedang berpikir. Zzz bangunkan aku jika terlalu lama tertidur ya, seruku begitu kepada teman kelasku.

" Ya, tidur kebiasaan. " Katanya, pergi dari tempat duduk.

Menghindar dari teman itu hal yang wajar, setiap manusia punya hak tidak perlu diucapkan, kepekaan itu relatif sih kalau pendapatku.

(Bel berbunyi) kring.......

" Sial, baru tidur" dalam hati

Lupa adalah hal yang lumrah bagi setiap manusia, sampai-sampai ini darurat. Sang primadona dimana. Masih di dalam kelas rupanya. Kesempatan ini tidak datang dua kali lipat.

Dia membawa energik positif dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya mengucapkan salam. Ini orang malah siul, bukanya di jawab salam ku.

" Bela" kataku, tersihir magisnya menyala dari mata berkulit sawo.

" Kamu dipanggil imam" kataku lagi. Ia menjawab " kenapa" kesal sepertinya.

" Ayo sholat" acuh itu

" Belum adzan"

" Apa harus dipanggil dulu baru sahut."

" Harus PEKA" kataku lagi

" PKN stan itu dimana" katanya

" Di masjid, ayo ah"

Ada saja, pikirannya STAN saja, memangnya apa itu STAN. Aku saja selama mendekatinya mungkin tidak pernah ada di pikirannya itu.

STAN adalah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Sekolah ikatan dinas dari kementerian keuangan.

Lama sekali iktiar-nya, apa yang di do'akan-nya itu semoga saja seluruh manusia di dunia selalu sehat. Amin

" Kamu tahu, STAN itu"

" Iya, kenapa rupanya"

" Tanya saja"

Sudah tidak asing kalau perempuan adalah makhluk yang gengsi, memang begitu untuk mencintainya. Sengit dalam memilah berhubungan dengan anak IPS.

IPA saja belum tentu bisa menaklukkan isi hati perempuan yang suka membaca novel berkaca mata. Wajar STAN ingin ditaklukkannya.

Pikirku IPDN, dirinya suka akutansi dalam ekonomi, sepertinya. Tugas pemerintah di negara ya IPDN. Sebentar lagi kelas 12. Wajar kalau bela sudah mempersiapkan dirinya masuk PKN-STAN.

Sekarang ini masa depan ditangan masa lalu sepertinya. Ibuku seorang ahli hukum, dan ayah tentara negara Indonesia Polisi militer bagian hukum kemiliteran, Akmil sih seharunya tapi tidak mungkin kedinasan itu sangat sulit dicapai.

Bersyukur sepertinya menikmati apabila itu dicapai dengan caranya sendiri. Karama itu terpilih dari setiap kata-kata bijak yang aku tulis di wat pad.

Sayang sekali aku kepadanya, iya siapa lagi kalau bukan bela negara. Setidaknya ayah berpesan dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 bunyinya "Setiap warga negara wajib membela negara." Itu kalau tidak salah.

Pembelaan kepada bela sudah dilakukan dengan cara semestinya untuk mencintainya dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Terjadinya secara resmi di Karawang tahun 2017 silam. Saat itu aku berusaha mencari tahu tentang bela. Memang tidak penting, yang pasti ini tugas dalam kewarganegaraan penduduk indonesia, tepat sekali guru PPKN itu berbicara tentang kewajiban rakyat untuk negara berintegritas selaku itu WNI.

Kelas 10 itu tidak ada yang sulit. Apapun itu, tugas pelajar hanya untuk belajar dan masuk sekolah. Semester ganjil tidak ada yang sulit mengerjakan tugas dan ulangan. Semerta-merta hanya kacang mengerjakan soal setiap mata pelajaran akademik maupun non akademik, jika belajar mampu, jika tidak belajar maka belajarlah.

Semestinya ini tidak terjadi yang berulang, mendapatkan rangking satu dari Dasar sampai Atas sudah sering terjadi. Nan congkak sekali diriku. Ini penjelasannya untuk mendapatkan rangking satu sudah lumrah diberikan predikat itu. Subjektif berdasarkan raport diatas 90 rata-ratanya.

Sudah-sudah ini bukan punyaku pasti ini punya orang lain bernama martubu itu nama asliku. Membeberkan itu martubu.

" Martubu menjadi peringatan nomor satu di kelas" wali kelasku berseru.

Tetap tenang ini bukan akhir berjuang lagi itu perlu untuk mencapai yang lebih dari ini. Target menjadi PRAJA IPDN itu cita-citaku.

Lanjut PART 2 tapi sepi, jadi malas tulisnya.

Sang BundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang