12. Empek-empek

68 7 1
                                    

Celine menatap ponsel pintarnya, membaca pesan Melati yang mengatakan otw. Setelah membacanya, dia menoleh ke kiri, lalu kembali menoleh pada ponselnya sembari membetulkan topi yang dikenakan.

"Celineee!" Melati langsung memeluk Celine yang menunggu di depan kosannya. "Udah lama nunggunya?"

Celine menggeleng. "Nggak kok. Tapi, tugasmu benar-benar udah selesai kan?"

Melati tersenyum miring, lalu melepas pelukannya. "Udah dong, lagian tugasnya gampang banget."

Celine menanggapi jawaban Melati dengan seulas senyuman kecil. Berpikir mengapa Melati bisa-bisanya mengatakan tugas itu gampang setelah mengeluhkannya kemarin, sepulang dari kampus. Setelah sedikit basa-basi, mereka langsung menuju ke tempat makan yang dimaksud Melati.

"Beneran di dekat sini, Me? Kok Celine nggak tahu?" tanya Celine yang belum sepenuhnya yakin pada sahabat karibnya itu.

"Ya beneran lah, Telin. Mataku nggak pernah salah tangkep."

Entah mengapa setelah mendengarnya Celine jadi agak meragu. Walaupun sebenarnya kata-kata Melati tidak ada salahnya. Ketika ia masih berjalan santai, tiba-tiba saja Melati menarik tangannya, lalu berlari, membawanya ke tempat yang sedari dimaksudnya. Celine yang menatap tempat itu bergeming tak percaya. Dia tak menyangka jika ada rumah makan ini di kawasan tempat tinggalnya. Akan tetapi, mengapa dia bisa tak tahu? Apa karena dia kurang eksplorasi sejak pertama kali pindah?

Sepertinya memang gara-gara itu sih, batin Celine tersenyum kecut.

"Tuhkan, apa aku bilang! Mataku nggak mungkin salah," seru Melati. "Kalau gitu yuk, masuk."

Tanpa berbasa-basi, Melati langsung menarik Celine ke dalam rumah makan. Saat berada di dalam, Celine masih berada di belakang Melati sembari melihat orang-orang yang makan di sana. Cukup sepi, mungkin karena orang-orang akan lebih memilih makan bubur di pagi hari jika dibandingkan empek-empek. Namun, apapun alasannya, hal itu tetap membuat Celine lega, mengingat dia kurang menyukai keramaian. Bukan karena menyukai sunyi, hanya saja ramainya orang terkadang membuatnya tak bisa mengendalikan diri. Dan tentu saja itu hal yang buruk. Sangat buruk.

"Celine," panggil Melati membuyarkan lamunannya. "Mau pesen yang apa?"

Celine membaca daftar menu.

"Yang belah, Me."

"Oke. Minumnya?"

"Teh panas aja."

Melati langsung menyebutkan pesanannya dan pesanan Celine kepada kasir. Setelah itu, Melati kembali mengalihkan perhatiannya pada Celine.

"Celine, mau duduk di mana?" tanya Melati.

Celine langsung memperhatikan tiap bangku kosong. Matanya terhenti ketika melihat bangku kosong yang jauh dari pengunjung lain.

"Di sana," jawab Celine menunjuk bangku paling pojok, membuat Melati tersenyum kecil seolah sudah menebak.

"Oke, kamu ke sana duluan aja, nanti aku bawain empek-empeknya."

"O-oke."

Setelah itu, Celine segera berlari pelan menuju bangku kosong sembari menundukkan wajah dan membetulkan topi—untuk menyembunyikan wajahnya—berjaga-jaga jika ada orang yang mengenalnya. Saat sudah sampai di bangku, dia langsung duduk dan menunggu Melati dengan memainkan ponselnya—mengalihkan perhatian dari pengunjung lain. Dia baru menghentikan aktivitasnya ketika Melati telah datang membawa dua porsi empek-empek berbeda jenis beserta minuman.

Sebelum menyantap, mereka berdoa sebentar.

"Oh iya, Celine, aku boleh nanya?"

Celine mengunyah empek-empeknya sampai habis sebelum menjawab.

"Tanya apa?" Ia menyendokkan sesuap empek-empek.

Melati diam sebentar sebelum mengatakan pertanyaannya.

"Dia udah nggak gangguin kamu 'kan?" tanyanya khawatir.

Celine mengerutkan dahi. "Dia sia—"

Celine tak melanjutkan pertanyaannya ketika melihat sosok yang terlihat familiar tertangkap netranya.

Gadis. Kacamata. Rambut panjang. Poni. Persis seperti sosok yang ada dalam mimpinya.

Tapi, itu tidak mungkin kan?

"Celine?" panggil Melati membuyarkan kepanikan kecil Celine. "Kamu kenapa? Kamu kelihatan ... panik."

Mendengar pertanyaan Melati, Celine tersentak dan berusaha mengalihkan topik. "Anu, tadi Meme tanya apa? Celine lupa."

"Kamu kenapa?"

"Bukan ... tapi, yang sebelumnya."

"Dia udah nggak gangguin kamu 'kan?" tanya Melati mengulangi pertanyaannya yang tak sempat dijawab Celine.

"Udah enggak kok," jawab Celine yang sebenarnya masih tak tahu siapa dia yang dimaksud Melati.

Mendengarnya Melati bernapas lega. Saking leganya mungkin juga membuatnya sampai lupa dengan Celine yang sempat panik tanpa alasan. Dan itu juga membuat Celine bernapas lega, karena ia tak perlu menceritakan tentang gadis itu serta mimpi absurdnya yang pasti juga tak akan dipercayai Melati.

Setelah menjawab pertanyaan Melati, ia kembali memakan empek-empeknya, begitu pula dengan Melati. Walau saat makan, dia masih memperhatikan gadis itu diam-diam. Memikirkan apakah benar gadis itulah yang hadir dalam mimpinya dan apa alasan ia hadir dalam mimpinya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Melati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melati

____________________


4 April 2021

Iya, saya nulisnya pas lagi laper, hehe. Btw, happy weekend, selamat berminggu ria.
(~ ̄³ ̄)~

Silakan beri kritik dan saran kepada penulis! Saran dan kritik kalian akan membangun cerita ini lebih baik ke depannya!

A Lovely Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang