BAB 17 SEPERTI BAYANGAN DALAM CERMIN

69 23 0
                                    

HARI sudah gelap, ketika api kebakaran akhirnya berhasil ditumpas. Tapi penduduk Sky Village masih tetap siaga. Banyak yang masih berdiri di dekat batas api, untuk mengawasi beberapa tempat di mana nyala api masih nampak sedikit pada tunggul-tunggul pohon yang sudah menjadi arang. Soalnya apabila angin berembus dari arah salah, bisa saja ada percikan api diterbangkan ke arah desa.

Di Slalom Inn, Hans dan Konrad sibuk mengurus sepupu mereka. Anna Schmid berbaring di sofa, dengan selimut tebal menutupi tubuhnya. Ia sudah siap untuk menuturkan pengalamannya pada seorang petugas kepolisian yang masih muda, yang sepanjang sore sudah sibuk menjaga rintangan yang dipasang di kaki gunung, serta menyuruh pergi orang- orang yang ingin menonton kebakaran dari dekat.

Petugas kepolisian itu duduk di sebuah kursi berpunggung lurus yang ditempatkan di dekat sofa. Ia menatap Jensen dengan wajah masam. Juru foto gadungan itu kelihatannya sangat senang, sementara laras senapan pembius masih terus diarahkan pada Joe Havemeyer.

Havemeyer sudah siuman kembali. Ia duduk sambil menatap Jensen dengan mata melotot. Wanita dengan rambut pirang bikinan yang

mengaku-ngaku bahwa ia Anna Schmid duduk bertopang dagu di meja makan. Matanya terpejam. Diterangi sinar lampu ia kelihatan sangat capek.

Petugas kepolisian membuka buku catatannya.

"Sebelum kita mulai," katanya sambil menoleh ke arah Jensen, "simpan senjata itu dulu."

"Boleh saja-tapi borgol dulu penjahat ini," balas Jensen. "Ia tadi mencoba melarikan diri. Takkan kubiarkan ia mencoba sekali lagi." "Takkan ada yang masih mau mencoba lari." Petugas kepolisian itu menyentuh pistol yang tergantung di pinggangnya. "Simpan senjata itu, sebelum ada yang cedera karenanya," katanya dengan nada menyuruh. Jensen menggerakkan bahu dengan sikap masa bodoh, lalu pergi ke lemari untuk menyimpan senapan pembius. Kemudian diambilnya sebuah kursi dari meja makan. Diletakkannya kursi itu di muka pintu depan, lalu duduk di situ.

"Itu ide yang bagus," kata Hans, lalu duduk pula di kursi yang ditempatkannya di ambang pintu dapur.

"Kita mulai saja sekarang, setelah semua jalan lari sudah dijaga," kata petugas kepolisian. "Miss Schmid, menurut sepupu-sepupu Anda, Anda hendak mengajukan pengaduan tentang Havemeyer. Coba jelaskan secara tepat, apa kesalahannya?"

"Menculik!" tukas Konrad. "Merampok!" tambah Hans.

"Biar Miss Schmid saja yang bicara," kata petugas kepolisian. "Harap dimulai dari awal." Anna memandang sekilas ke arah Havemeyer.

Tangannya mempermainkan tepi selimut.

"Mulanya dia bersikap sangat ramah. Ia datang ke losmenku, lalu meminta kamar yang paling baik. Ia juga melihat-lihat lift ski-ku. Katanya, ia presiden direktur sebuah perusahaan baru yang membuat mobil salju. Aku diajaknya menanam modal di dalam perusahaannya. Tapi karena aku tidak mau, akhirnya soal itu tidak pernah disinggung- singgungnya lagi. Tapi ia masih tinggal di losmen, selama dua tiga minggu selanjutnya.

"Suatu hari ia melihat aku menghitung uang untuk membayar tagihan yang masuk. Ia mengatakan, aku sebenarnya kan bisa membayar dengan cek. Itu lebih aman, daripada menyimpan uang tunai. Kujawab bahwa uang tunai malah sangat aman, apalagi kusimpan di dalam peti besi di bank. Hanya Anna Schmid sendiri saja yang bisa membuka peti itu. Saat itu ia memandangku dengan cara aneh. Tidak bisa kujelaskan bagaimana caranya memandang itu. Pokoknya aneh-dan secara tiba-tiba aku menjadi gugup."

"Saat itukah anak kunci peti besi Anda sembunyikan?" tanya Jupiter Jones.

Kening Anna berkerut.

"Ya! Aku tidak memperkirakan akan ada kesulitan-tapi ada sesuatu mengenai diri orang ini, yang menyebabkan aku merasa takut." "Ngomong-ngomong, di mana anak kunci itu Anda sembunyikan?" tanya Jupiter.

(20) TRIO DETEKTIF : MISTERI GUNUNG MONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang