Benci, Iya.
Tapi cintaku juga dahsyat luar biasa.
Sepanjang perjalananku dengannya hingga hari ini, dia sudah menghadirkan sekian wanita pesaingku. Rajin kuhitung satu demi satu. Karena tadinya bermaksud untuk memberi batas. Bila sudah sekian, aku akan balas dendam. Tapi sekiannya itu yang tak jelas. Awalnya aku memberi net 3. Muncul lagi maaf dan toleran. Sampai akhirnya sudah angka melebihi jumlah jari tanganku. Tetap maaf dan toleran masih berada di depan luapan marahkuBekas luka masih menganga. Kiranya takan pernah menutup secara utuh. Ibarat kaca yang retak, bahkan hancur, tak bisa dikembalikan lagi utuh ke bentuk semula. Demikian gambaran hati ini. Adakah yang kusesali? Anehnya, tidak sama sekali. Hanya terkadang muncul rasa heran saja, sampai kapan perih luka hati ini akan membuatku jera?
Kuasa Ilahi. Sepertinya itu jawaban pastinya.
Kesalahan kecil sampai besar pernah dia sajikan. Namun tetap terasa kecil dihadapanku, kenapa? Hari ini aku dapat jawaban. Karena Rabbku menyadarkan aku bahwa kesalahanku sepanjang perjalananku sebagai hambaNya juga banyak, banyak sekali. Rabbku selalu memberiku kesempatan bertobat, sepanjang kesempatan bernafas masih kumiliki. Sebesar apapun kesalahanku, tak pernah Rabbku menutup kesempatanku untuk bersimpuh memohon ampunanNya. Maka bila aku sampai menutup pintu maafku untuk dia, alangkah sombongnya aku.Benci dan cinta saling bertabrakan di hati ini? Tidak! Benci dan cinta kukemas apik, hingga satu sama lain saling mengerti. Mereka bersahabat baik dihatiku, selalu kompak. Saling dukung agar yang muncul di wajahku adalah senyum. Senyum manis. Terlebih untuk dia. Kusediakan senyum yang teramat manis... Love you.