30 - Jejak

6 2 0
                                    

Semakin lama menyembunyikan, akan semakin banyak jejak yang membayang.
—Raihan Syahreza Al-Hakim.

Algieba duduk di tempat duduk pinggir kolam renangnya sambil menikmati embusan angin sore. Sudah sangat lama ia tidak merasakan sedamai ini, padahal Algieba sedang berada di rumah Dewa yang menurutnya terasa seperti neraka.

"Den maaf menganggu, di ruang tamu ada Den Raihan," ucap Bi Surti membuyarkan lamunan Algieba.

"Suruh ke sini aja Bi!" perintah Algieba.

"Baik Den."

Lalu datanglah Raihan dengan wajah tidak dapat dideskripsikan, bahkan senyumannya pun belum terukir di wajah tampannya dan jarang sekali ia datang sendirian tanpa mengajak yang lainnya.

"Han? Lah yang lain ga ikut?" tanya Algieba membenarkan posisi duduknya.

"Enggak," balas Raihan datar. Lalu ia duduk tepat di samping Algieba.

"Lah kenapa? Tumben amat,"

Mereka saat ini sangat canggung karena sepertinya Raihan ingin membicarakan sesuatu. Seorang Raihan Al-hakim mengajak Algieba A berbicara empat mata?

"Ada yang mau gua omongin ke lo Al," ucap Raihan menoleh.

"Haha, anjing! Jangan buat gua merinding gitu," ucap Algieba tertawa singkat.

"Masalah apa aja yang masih lo tutupin ke kita?" tanya Raihan memancing.

"Enggak ada! Semua udah gua ceritain,"

"Enggak usah bohong!" ucap Raihan tegas.

"Emang ada cerita lain, yang lo tau?"

"Gua pengen lo dulu yang bahas!"

"Lo mancing gua doang kan, Han?" tanya Algieba.

Raihan memutarkan badannya agar berhadapan dengan Algieba, ia benar-benar muak dengan temannya itu. Bagaimana permasalahan seserius ini tidak ia ceritakan? Mengapa harus Raihan dahulu yang mengetahui?

"Abang lo," ucap Raihan memanas. Ia kembali menatap Algieba penuh kekecewaan, permasalahan ini menjadi beban untuk Raihan, bahkan setiap malam selalu ia pikirkan.

"Kenapa lo ga pernah ceritain tentang ini! Kenapa harus ada orang lain dulu yang tau!" ucap Raihan menekankan kalimatnya.

"Han?! Lo udah tau? ..." Algieba terkejut.

"Iye! Gua udah tau semuanya. Sekarang, gua mau lo yang ceritain!"

"Lo tau dari mana?!" tanya Algieba yang masih tidak percaya.

"Apartemen lo, pas gua ngambil makanan di dapur!"

Flasback On [Part 20 — Brother]

"Lo ga ada makanan?" tanya Raihan kepada Algieba.

"Laper ya anaknya Ayah." ucap Gavino gemas sedangkan Raihan langsung melengos dan memasang wajah jijik.

"Ada Han di dapur, lo bawa sini aja!" balas Algieba kepada Raihan lalu ia langsung menuju dapur.

Sesampainya di dapur, Raihan mengambil beberapa makanan lalu segera kembali ke kamar Algieba. Beberapa langkah ia melihat sebuah kamar yang terbuka setengah dan Raihan berniat untuk menutupnya tetapi setelah ia meraih gagang pintu tiba-tiba Raihan melihat sebuah bingkai foto milik keluarga Algieba dan seseorang yang tak asing.

"Lah itu bukannya?" tanya Raihan sambil menyipitkan mata. "Apa jangan-jangan itu Abangnya Al?" tanya Raihan penasaran, lalu ia segera menutup pintu dan kembali ke kamar.

Flashback Off.

Raihan menceritakan semuanya dengan detail bagaimana awal mula ia bisa mengetahui, sedangkan Algieba hanya membulatkan matanya. Ia benar-benar tak percaya jika pertama yang mengetahui ialah Raihan, sahabatnya yang paling tidak peduli dengan sekitar. "Berarti lo ngeliat semuanya?" tanya Algieba melemas.

"Enggak. Gua cuma liat foto keluarga lo sama foto Abang lo doang,"

"Syukurlah." ucap Algieba dalam hati.

"Sorry Han. Bukannya gua enggak cerita karena enggak percaya sama anak-anak, tapi gua masih belom siap kalo kalian benci ke gua,"

"Anjing tolol! Ngapain kita benci sama lo! Bro kita temenan udah lama, dan disaat lo umpetin semua dari kita, itu semakin ngeliatin kalo lo emang enggak percaya!"

"Jangan buat suatu masalah jadi rumit karena ulah lo sendiri! Gua tunggu niat lo buat jujur ke anak-anak." ucap Raihan lagi lalu meninggalkan Algieba.

Algieba gontai di pinggir kolam renangnya. Belum selesai dengan permasalahannya yang lama, ia sudah disambut dengan masalah baru. Mengapa masalahnya tak kunjung usai?

~~~

Pagi ini Algieba sudah disapa oleh cahaya matahari yang memaksa untuk menembus jendela kamarnya. Ia menggosok-gosok matanya dengan lembut sambil menguap, badanya terasa sangat sakit dan pegal.

Algieba berjalan lunglai menuju meja makan lalu mengambil roti yang berisi selai cokelat. Kemarin dan pagi ini ia tidak melihat sama sekali keberadaan Ayahnya, ia hanya melihat Fanny yang baru saja menyapanya.

Oh ya! Sampai saat ini, Algieba masih belum berbicara banyak kepada Ibu sambungnya itu, hanya bertegur sapa saja lalu Algieba kembali masuk ke kamarnya. Mungkin itu alasannya ia lebih suka menghabiskan waktu di tempat studio musik yang berada tak jauh dari rumahnya, atau bertemu dengan teman-teman dekatnya.

Algieba kembali terdiam di meja makannya karena ucapan Raihan kemarin, Algieba semakin tidak tenang. Ia memikirkan, langkah apa yang harus ia lewati? Apakah semua orang benar-benar akan meninggalkannya setelah mengengetahui yang sebenarnya? Seperti apa yang diucapkan oleh Nalendra beberapa tahun yang lalu?

"Kalo mereka sampe tau, lo bakal ditinggalin sama orang di sekitar lo!" ucap Nalendra beberap tahun yang lalu.

Sampai saat ini, ucapan itu selalu menghantui Algieba. Apakah benar itu akan terjadi? Apakah ia termasuk korban yang sedang melindungi seorang tersangka?

Memang sangat rumit kisah kehidupan Algieba yang penuh dengan permasalahan, mungkin itu adalah alasan mengapa sampai sekarang ia tidak memiliki seorang pasangan. Bahkan ia masih tidak berani untuk mendekat ke dalam kehidupan Aurora, bukan karena Algieba pengecut dan hanya suka menjadi laki-laki yang memberikan harapan saja, tetapi ia takut jika Aurora menjadi korban selanjutnya.

Lagipula ia dan Aurora tidak sejauh itu kan? Bahkan tak ada interaksi yang spesial antara mereka berdua. Algieba juga tidak tahu perasaan apa yang dirasakan oleh Aurora terhadap dirinya.

Belum saja mencoba, tetapi Algieba sudah menerka-nerka.

~~~

Dari part 20 sampek 30 masih belum tau siapa Abangnya Algieba😌 Gapapa yuk, baca terus sampe tuntas hihi.

Semoga di part selanjutnya bakal ketauan ya hehe.

DarahmeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang