Hai, selamat datang di ceritaku. Semoga kalian suka dengan yang aku tulis😉
Jangan sungkan untuk memberikan vote dan komentar meskipun cerita ini nantinya sudah tamat. Karena jujur, dukungan dari kalian melalui vote dan komentar, membuat aku lebih semangat.
Yang sudah membaca cerita ini, memberikan vote maupun komentar, terima kasih atas apresiasinya.
Selamat membaca 🤗
Jangan segan buat nyapa aku, ya.Instagram [at] eriinaa.putrii
Salam hangat,
Erin
🏵️ Flower 🏵️
"Apa cuma gue sekarang yang ngerasa kalo B.I makin deket sama Cia dibanding sama kita?"
B.I yang baru saja mendudukkan pantatnya di atas kasur empuk milik Song menoleh ketika namanya disebut. Ia bisa melihat seperti apa Jay saat melontarkan sindiran tersebut.
"Dia mau nyusul temen lo yang satu tuh." Ju-Ne menunjuk ke arah sofa. Di mana terdapat Song yang sedang fokus dengan gadgetnya sembari tersenyum beberapa kali. Saking fokusnya, Song bahkan tidak menyadari jika dirinya menjadi pusat perhatian teman-temannya dan baru menyadarinya saat DK yang duduk di bawahnya menggoyangkan kakinya.
"Apa?" tanyanya.
"Nggak ada apa-apa, Song. Lanjutin aja. Kita tahu kok kalau kita semua ngontrak, cuma kalian berdua aja yang pemilik tetap," jawab Ju-Ne, membuat kerutan di dahi Song terlihat, tidak paham apa yang Ju-Ne maksud.
Song meletakkan gadgetnya yang baru saja ia beli kemarin. "Dih, nggak jelas."
Ju-Ne hanya mencibir.
"Kenapa? Lo cemburu?" B.I merespon sindiran Jay yang ditujukan untuknya.
"Kagak. Ngapain gue cemburu?"
"Ya kali aja lo diam-diam suka sama Cia."
"Ngaco."
B.I terkekeh mendengarnya. "Kalo suka mah perjuangin dong, Jay," katanya. Semakin semangat untuk menggoda Jay.
"Anaknya kepala sekolah WIN Internasional Senior High School? Ogah. Nyali gue, belum gue asah." Jay menggeleng. Bayangan menjadi menantu dari Pak Brata yang selalu perfeksionis itu membuatnya bergidik ngeri. "Yang sanggup jadi menantunya Pak Brata cuma elo, B.I," tambahnya.
"Iya kalo gue mau."
"Elo mah jelas mau." Song menyahut kemudian mengambil sesuatu dari lacinya dan menyodorkannya pada B.I. "Soal event manggung yang gue bahas di grup semalam. Itu Valen yang ngasih," jelasnya.
Seperti dikomando, kelima cowok yang lain mendekat ke tempat B.I berada. Mereka membaca rincian acara yang tertulis di proposal tersebut.
"Ini dua minggu lagi, kan? Di kampusnya Valen?"
Song membenarkan pertanyaan DK dengan mengangguk. "Acara dies natalis Fakultas Bahasa dan Seni. Mereka ngundang kita buat tampil di acara mereka."
"Kalian tertarik, nggak?" B.I bertanya.
"Siapa coba yang nggak tertarik?" Ju-Ne balik bertanya.
"Ini kesempatan emas lho, guys," ucap Jay.
B.I berpikir sejenak. Menjadi penanggung jawab atau yang biasa disebut leader dari sebuah grup tidaklah mudah. Apalagi grup ini dibentuk atas dasar teman nongkrong yang punya hobi sama, musik. Tanpa di bawah naungan agensi resmi meskipun sudah ada beberapa agensi yang menawarkan, tetapi belum ada satupun dari mereka yang bisa membuat iKON mengiyakan.
YOU ARE READING
iKON [2] Flower - THE END
FanficiKON Series - Kim Hanbin "Kita berada di posisi yang sama-sama saling membutuhkan. Aku butuh kamu untuk menyelesaikan misiku dan kamu butuh aku untuk melancarkan balas dendammu. Bukan begitu?" Kim Hanbin also B.I of iKON. Semua dimulai begitu saja...