07 :: Hukuman

308 52 31
                                    

Karena merasa bosan, Nadira berencana untuk pergi ke minimarket yang ada di seberang gang perumahannya. Ketika kaki jenjang Nadira berhasil menginjak lantai dasar, iris matanya bertemu dengan tatapan dingin milik Reza.

Pria itu nampak masih menyimpan rasa dendam dan amarah pada Nadira.

"Kamu mau kemana malam-malam begini?"

Kepala Nadira tertoleh ke arah Doni yang sedang menikmati kopi serta acara televisi. "Aku mau ke minimarket sebentar, sekalian beli pulpen baru." Jawabnya.

"Yasudah, jangan lama-lama." Doni mengizinkan.

Nadira pun melanjutkan langkahnya menuju keluar rumah. Suasana sunyi terus mendominasi perjalanan Nadira, sesekali gadis itu menendang kerikil kecil yang ada di aspal sambil terus menikmati pikirannya.

Entahlah, semua terasa sangat hampa dan kelabu. Nadira bahkan bingung ingin menjadi apa di masa depan. Haruskah dia hidup di bawah perintah dan siksaan sang ayah terus? Atau mungkin ada seseorang yang akan menyelamatkan dirinya?

TIN!

Tubuh Nadira tersentak kaget setelah mendengar klakson motor dari arah belakang. Jave berhenti dan langsung melepas helm-nya. "Mau kemana sendirian?"

"Mau ke minimarket depan. Lu sendiri mau kemana?"

"Gua baru pulang nongkrong. Mau gua anter gak?"

"Gak usah, pulang aja sana."

Jave menarik pergelangan tangan Nadira lembut. "Naik aja, sekalian gua traktir es krim."

Dengan decihan samar, Nadira pun naik ke boncengan Jave.

.

.

.

Tidak ada pengunjung lain selain Nadira dan Jave

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada pengunjung lain selain Nadira dan Jave. Kini, keduanya menelusuri seluruh rak yang ada di dalam minimarket seraya memilih beberapa cemilan.

"Kalo mau kemana-mana, bilang aja ke gua. Nanti gua temenin." Jave tiba-tiba buka suara.

Nadira menggeleng. "Ga perlu ngerepotin."

Enggan berbasa-basi, Jave mengambil alih ponsel milik Nadira yang ada di genggamannya. Dia memasukkan nomor telepon dan menyimpannya dengan nama 'Calon pacar'

"Ini kontak gua. Gaboleh di ubah apalagi di hapus. Kalo ada apa-apa harus langsung bilang. Ngerti?"

Seolah terhipnotis, kepala Nadira langsung mengangguk pelan.

"Tadi gua ketemu Kenneth di tempat tongkrongan."

Suasana mendadak hening ketika Jave memberi informasi tersebut. Nadira tak menjawab apapun walaupun sebenarnya dia masih penasaran tentang kabar Kenneth.

"Menurut gua lu beneran tolol sih." Jave menggeleng tak habis pikir menatap Nadira.

Nadira menukikkan kedua alis. "Gua? Kok jadi gua? Kenapa?"

(✓) Rumah untuk NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang