DD||36. MAKAN MALAM🍎

696 89 104
                                    

Aloo!! Udah siap baca DD? Jangan lupa selalu patuhi protokol kesehatan yaw😉 vote dan komen jangan lupa! Selamat membaca cerita Alga dan Dinda🍎

Happy reading❤

.
.
.
.
.

Kenapa kalian kembali dan membawa luka yang sama?

~Dinda Clarance Jovita

___________________________________

Setelah beberapa hari tidak pulang ke rumah akhirnya hari ini ia memutuskan untuk kembali ke rumah itu.

Ia pergi ke sana dengan sedikit harapan akan orang tuanya yang akan mememarahinya karena tidak pulang selama beberapa hari.

Tok  ... tok  ... tokk  ...

Dinda mengetuk beberapa kali pintu kayu itu tapi tidak ada yang mau  membukakan pintu untuknya. Dinda menyandarkan tubuhnya pada samping pintu dan memejamkan matanya.

"Eh! Non Dinda, kemana aja atuh? Bibi khawatir sama Non karena gak pulang beberapa hari ini, " ucap Bi Ana.

Dinda tersenyum tipis. Ternyata masih ada yang mengkhawatirkannya, "Dinda ke rumah temen, Bi. Biasalah nginep, " alibi Dinda.

"Ooo, yaudah ayo masuk, " ucap Bi Ana.

Dinda masih diam di tempat, "Papa sama Mama kemana, Bi? " tanya Dinda.

"Ada di dalem Non, lagi nonton TV di ruang tengah sama,Non Fia," ucap Bi Ana.

"Mereka gak nyariin Dinda Bi? " tanya Dinda dengan penuh harapan.

Bi Ana terdiam sejenak, ia merasa tidak enak harus jujur, "e—enggak, Non, " ucap Bi Ana, menundukkan kepalanya.

Dinda mengepalkan kedua tangannya untuk meredakan emosi yang sudah menguasainya. Dinda mencoba tersenyum dihadapan Bi Ana.  Mau bagaimana pun Bi Ana tidak salah dalam hal ini.

"Yaudah, Dinda masuk dulu ya, Bi," ucap Dinda.

Dinda mulai memasuki rumahnya. Ia bisa melihat kedua orang tua dan kakak yang sedang tertawa bersama seolah tidak mempunyai anak lain selain kakaknya itu.

Dinda mengehela napas lelah. Kenapa jalan menuju kamarnya harus melewati ruangan itu? Dinda dengan malas berjalan menuju kamarnya. Tapi, langakahnya terhenti saat Mamanya berbicara.

"Masih ingat rumah kamu? Saya kira enggak, " sindir Vita.

Dinda mengepalkan kedua tangannya. Ia berbalik badan menatap kedua orang tua dan kakaknya yang ternyata menatapnya juga.

Dinda tertawa hambar, "hahah, ternyata kalian masih ingat kalo punya Dinda? Dinda kira udah enggak, " ucap Dinda menirukan gaya bicara Vita.

Ucapan Dinda barusan begitu menohok hati Jonatan—papanya. Jonatan sadar bahwa selama ini ia dan istrinya selalu mengutamakan Fia dari pada Dinda. Padahal mereka berdua anaknya. Apa Dinda sudah benar-benar kecewa dengannya? Tapi mau bagaimana lagi, Fia sangat membutuhkannya.

Dear Dinda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang