Aloo!! Udah siap baca DD? Jangan lupa selalu patuhi protokol kesehatan yaw😉 vote dan komen jangan lupa! Selamat membaca cerita Alga dan Dinda 🍎
Happy reading❤
.
.
.
.
.Jangan pernah memaksa seseorang melakukan sesuatu jika orang itu tidak mau, bisa jadi apa yang kamu suruh itu malah membahayakannya.
~Alicia Nacy Thalia
_________________________________
Jumat ini adalah jadwal olahraga kelas Dinda. Jujur, Dinda sangat malas mengikuti pelajaran ini karena bareng dengan kelas XI IPA 1 yang tak lain adalah kelas Alga.
Dinda berjalan menuju lokernya untuk mengambil kaus olahraga. Ia selalu menyimpannya di sana karena kalau tidak bisa-bisa ia akan mendapatkan khotbah dari Pak Pri karena tidak membawa kaus olahraga.
Setelah mengambil kausnya Dinda segera berlari menuju toilet karena ini sudah telat sekali. Semoga guru berkepala plontos itu tidak marah.
Alga baru sana keluar dari kelasnya dengan pakaian olahraga. Tak lupa di sampingnya ada ketiga sahabat dan satu orang gadis yang membuat Galang uring-uringan sendiri.
Pasalnya gadis itu selalu menempel pada Alga seperti oleh ulat keket.
"Ad, lo nanti mau ikut gue kagak? " tanya Gilang.
Adrian mengeryitkan dahinya heran saja biasanya Gilang langsung mengajaknya tanpa memberitahu dulu.
"Kemana?"tanya Adrian.
" Buang ulet keket! Gedeg gue liatnya," ucap Gilang, menyindir Nia.
Adrian masih belum paham dengan apa yang Gilang bicarakan lantas bertanya, "ulet keket yang mana? Emang di rumah lo ada? " tanya Adrian.
Gilang kemutar bola matanya malas, "banyak banget! Saking banyaknya sampe ikut gue ke sekolah, gatel gue liatnya rasanya pengen bunuh aja, " ucap Gilang, gregetan.
Adrian yang mulai paham pun mengangguk dua kali, "iya, mana suka bikin orang berantem lagi, " sindir Adrian.
"Hooh! Parahnya lagi nih ya, tuh ulet kok bisa rebut cowok orang ya? Hebat banget gak tuh? " tanya Gilang lagi.
Sindir terus!!!!!!
"Yang bener lo? Ah, cowoknya goblok banget ya? Masa cewek sebaik itu dianggurin sih?! Mending buat gue saja,"
"Yoi, goblok banget ya tuh cowok"timpal Gilang.
Alga yang sudah tau bahwa kedua sahabatnya sedang menyendir dirinya dan Nia hanya diam saja. Biarkan saja mulut Gilang dan Adrian berkoar sampe puas.
"Yaudah kita gebet aja yuk, Lang. Noh ceweknya, " ucap Adrian menunjukan keberadaan Dinda yang sedang duduk di pinggir lapangan.
"Gas!! " ucap Gilang.
"Lo berani macem-macem sama dia berurusan sama gue, " ucap Alga, tenang.
Sudah cukup ia sedarin tadi diam. Jika, sudah mengangkut gadisnya ia tidak boleh tinggal diam seperti ini.
"Ya serah kita dong! Kan lo sudah ada si onoh, yaudah Dinda buat gue saja,"ucap Gilang eteng.
Alga diam,"gue sukannya sama Dinda bukan sama dia!"ucap Alga.
"Akhirnya nyadar juga, Lang. Cari mangsa baru aja yok, " ucap Adrian.
Gilang tak menjawab ia memilih berlari menuju tengah lapangan untuk bermain basket. Secara kan dia ketua eskul basket yakali dia tidak ikut main.
"Gilang bangsat! "
🍎🍎🍎🍎🍎
Dinda meremas kedua tangannya saat mengetahui bahwa olahraga kali ini adalah praktek basket.
Bukannya Dinda takut dengan bola. Bukan! Ada alasan tertentu yang membuat Dinda takut dengan itu.
Dinda duduk di tepi lapangan bersama kedua sahabatnya. Fiola yang sadar akan gerak-gerik Dinda pun mengenggam tangan gadis itu.
"Udah gapapa, percaya sama gue. Lo pasti bisa, " ucap Fiola.
Dinda menghembuskan napasnya. Ia mengangguk saja walau pun di dalam hatinya ragu.
Dinda mengalihkan pandangannya ke anak kelas sebelas IPA 1 yang sedang bermain bola di lapangan sebelah.
Dapat Dinda lihat Alga dengan lincah mengiring bola menuju gawang lawan. Dalam satu tendangan bola pun masuk dengan sempurna ke gawang lawan.
Alga menguyar rambutnya ke belakang. Matanya tak sengaja melihat Dinda yang tersenyum ke arahnya.
Alga membalasnya dengan kedipan mata. Ingin rasanya Dinda muntah saat melihatnya. Tapi ia juga senang saat Alga peka dengan dirinya.
"Jijik, " gumam Dinda.
"Sekarang giliran anak cewek yang main. Yang cowok kalian boleh istirahat dulu, " ucap Pak Pri.
"Pak, kalau ke kantin boleh? " tanya Jovan.
"Boleh, " ucap Pak Pri.
Setelah anak-anak cowok menepi kini giliran anak cewek yang berjalan menuju lapangan basket. Dinda sebenarnya ragu untuk ikut tapi ini demi nilainya juga.
"Huh! Dinda semangat! " ucap Dinda.
🍎🍎🍎🍎🍎
Dinda sesekali menyerka peluh di dahinya. Dinda nampak sedang mengatur napasnya yang sudah tidak beraturan.
Dinda memegangi dadanya saat dirasa oksigen di sekitarnya menghilang. Napas Dinda mulai teraengal-sengal. Dinda terus meremas dadanya kala ia semakin sulit untuk bernapas.
"Dinda awas! " pekik Fiola saat sebuah boleh basket melayang ke arahnya.
Tuk!
Bola basket itu sukses menghantam kepala Dinda. Dinda meringis memegangi kepalanya yang terkena bola basket tadi. Dinda memegangi hidungnya saat ada cairan merah yang merembes keluar.
Dinda memandang tangannya yang sudah berlumuran darah itu dengan kosong. Apa ini sudah saatnya? Apakah Tuhan sudah akan menjemputnya akan pulang? Napas Dinda masih teesengal-sengal. Dinda tersenyum saat Fiola berlari menghampirinya.
"Selamat tinggal, dunia, " ucap Dinda sebelum semuanya menjadi gelap.
Bruk!
"Dinda! "
____________________________
Cie gantung, wkwk. Maaf klo sedikit.
Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini supaya rame dan aku semangat updatenya 🍎
See you next part ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Dinda [END]
Ficção AdolescenteDinda Clarence Jovita, salah seorang cewek bar-bar yang masih ada di muka bumi ini. Dari kecil Dinda tidak pernah dapat kasih sayang dari mamah dan papah. Tapi, untung saja masih ada nenek dan kakek yang mau ngerawatnya. Hidup Dinda perlahan beruba...