02

3.3K 512 336
                                    

Pagar rumah baru saja Jaeyun kunci. Sunghoon juga sudah pergi dengan motornya. Perasaannya tidak enak sekarang. Pergi keluar tanpa izin adiknya adalah hal yang paling membahayakan.

Pintu rumah dibuka. Jaeyun buru-buru berjalan, menaiki anak tangga dengan cepat, takut ketahuan Haruto.

"Oh, pulang?"

Tubuh Jaeyun menegang. Di depan pintu kamarnya ada Haruto yang berdiri seraya jemarinya sibuk memainkan ponsel. Entah mengirimkan pesan pada siapa.

Dengan langkah kecil Jaeyun mendekati adiknya, "Kamu kan tadi di luar, makanya kakak—"

"Gunanya hape apa?" Sela Haruto, wajahnya terlihat tidak bersahabat.

Jaeyun gelagapan. "Itu...tapi kan kakak keluarnya sama Sunghoon. Kamu juga kalo keluar nggak pernah izin ke kakak dulu, masa kakak doang yang harus izin ke kamu? Lagian kakak udah gede, harusnya kakak yang marah kalau kamu yang main sampe pagi baru pulang."

Si adik memilih diam. Memasukan ponselnya ke dalam saku celana, lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri yang tepat berada di depan kamar Jaeyun.

Kalau sampai Haruto menyahuti Jaeyun, masalah bisa menjadi besar. Haruto tidak ingin Jaeyun marah walaupun sebenarnya ia tidak menyukai fakta bahwa Jaeyun keluar malam tanpa memberinya kabar.

Setelah mengeluarkan unek-uneknya, Jaeyun diam. Memandangi pintu kamar Haruto yang sudah tertutup.

Perasaannya menjadi lebih buruk lagi. Seharusnya ia diam, seharusnya ia tau bahwa Haruto menjaganya karena kawatir, karena mereka hanya tinggal berdua.

Cklek~

Jaeyun mengintip sedikit dari sela pintu kamar Haruto yang ia buka. Haruto sudah menutup tubuhnya dengan selimut tebal berwarna hitam. Entah pemuda itu sudah terlelap atau tengah menahan rasa kesalnya pada Jaeyun.

Pelan-pelan Jaeyun masuk kedalam kamar Haruto, lalu berdiri di sisi ranjang Haruto. Maniknya menatap Haruto yang terbungkus selimut hingga nyaris menutupi separuh wajahnya.

"Haru, maafin kakak, abisnya kamu nyebelin. Kan kakak cuma mau main doang." Cicitnya yang tidak tau di dengar oleh Haruto atau tidak.

GREB!

Rasanya jantung Jaeyun seperti pindah ke perut karena terkejut. Haruto baru saja menariknya hingga terjatuh di atas ranjang.

Selimut tebal yang Haruto gunakan kini juga melingkupi tubuh Jaeyun. Haruto memeluk nya erat.

"Aku ngga marah kak, cuma kawatir. Takut kakak kenapa-kenapa. Kita cuma berdua di sini." Kata Haruto dengan mata yang terpejam.

Benar, mereka hanya memiliki satu sama lain di sini. Terbiasa melakukan apapun berdua. Dan Haruto merasa resah setiap kali kakaknya itu tidak berada di pandangannya.

Jaeyun hanya diam, memandangi wajah adiknya dari jarak yang begitu dekat. Jaeyun tersenyum kecil, adiknya selalu saja semanis ini.

Tubuh Haruto semakin menempel pada Jaeyun. Kepalanya mendusel ke leher si kakak, memeluk pinggang kakaknya dengan posesif.

"Temenin aku tidur ya kak?"

Si kakak mengangguk, "iya." jawabnya seraya mengusak rambut adiknya.

Jaeyun tidak pernah sadar bahwa semua perilaku Haruto padanya adalah suatu hal yang tidak seharusnya di lakukan sepasang kakak dan adik. Dan Haruto juga tidak sadar bahwa dirinya melewati batas yang seharusnya di jaga.


M I S T A K E


"Gue makin hari makin benci anjing sama Sunghoon, gayanya selangit! Nggak bisa ngasih apa-apa ke Jaeyun gaya banget." Cerocos Haruto begitu sampai di depan lab fisika yang sudah rusak.

mistake •harujake ft. sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang