END (2)

1.2K 109 51
                                    

"Gue boleh duduk sini?"

Sena yang mendengar suara itu langsung tercekat. Bagaimana tidak? Sudah lama sekali mereka berdua tak saling bicara. Tetapi tiba-tiba saja malam ini ia menemuinya dan duduk di sampingnya. Ini benar-benar sangat mengejutkan!

"Bo—boleh!" Jawab Sena sedikit gugup.

Hening. Setelah itu tak ada yang berusaha memulai percakapan. Rasanya begitu canggung dan Sena membencinya.

"Anu..."

"Anu..." ucap mereka berdua bersamaan.

Sena langsung meringis. "Ngomong duluan aja Han."

Jihan mengangguk. "Gimana kabar lo Sen?"

"Baik..."

Gadis itu mengangguk. "Gue turut berduka cita atas kecelakaan yang menimpa keluarga lo Sen. Tapi jujur, gue seneng. Mereka berdua dapat balasan yang setimpal atas apa yang mereka lakuin ke elo," ungkap Jihan dengan jujur.

"Gue juga mau ngucapin selamat atas ketemunya nenek kandung lo Sen. Sorry, gue nggak ada di setiap momen penting itu," lanjut Jihan dengan perasaan sedih.

Sena mengangguk, tak terasa matanya berkaca-kaca. Jujur, ia sebenarnya ingin berbagi kisah itu semua bersama sahabat terbaikny, yaitu Jihan. Namun, tak tahu alasan gadis itu tak muncul sama sekali di waktu-waktu ia terpuruk dan bahagia. Gadis itu menghilang, bak ditelan bumi.

"Maaf gue ngga ada di setiap momen berharga itu. Jujur, gue pengen, tapi gue nggak bisa."

"Kenapa?"

"Gu—gue selama ini ngilang karena gue opname di rumah sakit selama beberapa hari. Gue kena usus buntu."

Sena yang mendengar itu langsung shock. Ia baru sadar bahwa Jihan yang terlihat lebih kurus dari biasanya. Apakah ini karena efek penyakitnya itu? "Trus gimana? Udah baikan?"

Jihan tersenyum lalu mengangguk. "Udah di operasi kok jadi gapapa."

Suara helaan nafas lega terdengar. Sena bersyukur jika Jihan sudah baik-baik saja. Ia turut menyesal baru mengetahui kondisi sahabatnya itu sekarang. Andai saja mereka masih baik-baik saja, mungkin Sena akan menemani gadis itu menjalani operasi yang menakutkan itu.

"Sen, gue ke sini mau jelasin semuanya. Gue minta maaf karena ngga bisa jelasin ini dari dulu. Kak Alex yang ngelarang. Ada suatu hal yang bikin dia ngga bisa jelasin semuanya."

Sena diam, menyimak Jihan yang berbicara.

Jihan mengeluarkan ponsel di sakunya. Gadis itu menggulir aplikasi di benda pipih itu lalu seperti melakukan gerakan scroll ke atas. Jarinya pun berhenti di satu titik, lalu memberikannya ke arah Sena.

Ternyata itu adalah foto keluarga. Tapi tunggu, kenapa ada Alex di sana?

"Ini foto keluarga gue Sen. Ada bokap, nyokap, gue, kakak gue, sepupu, om dan tante, serta keluarga Kak Alex."

"Ka—kalian sekeluarga?"

Jihan menggeleng. Ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal . "Gimana ya jelasinnya. Hmm, dulu waktu SMA, bokap gue, Papa Doni dan Om gue, Om Dino punya temen namanya Om Keylan. Which is itu bokapnya Kak Alex. Bersamaan juga nyokap gue dan tante gue, Mama Maya dan Tante Luna bersahabat pula sama nyokapnya Kak Alex, Tante Dara. Jadi kami itu bukan saudara, juga nggak ada hubungan darah, tapi bisa dibilang kami seperti keluarga. Gue sering main ke rumah Kak Alex begitupula dia. Kadang gue juga manggilnya 'Bang' bukan 'Kak'. Kalo di rumah juga gue lebih manggil 'Bang Bima' bukan 'Kak Alex'. Ini yang gue maksud kenapa hubungan gue dan Kak Alex aka Bang Bima itu spesial. Itu juga yang buat gue selalu tau apa yang dilakukan dia beserta keluarganya," jelas Jihan.

BimaSena✔️ COMPLETED [SEQUEL KEYLANDARA #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang