Gracia berjalan di koridor dengan pandangan yang terus menunduk. Rasanya dia ingin cepat-cepat sampai ke kelas, karena sangat tidak nyaman saat banyak pasang mata yang menatap aneh ke arahnya.
Bisa di katakan Gracia seperti gadis introvert, yang jarang sekali bergabung dengan banyak orang. Tetapi tidak! Sebenarnya Gracia bukan introvert, hanya saja dia memang tidak mempunyai teman sama sekali.
Dan keadaan yang memaksanya untuk menjadi introvert.
dengan Lebih tepatnya tidak ada yang mau berteman dengannya. Setelah kejadian, saat di mana mereka semua tau bahwa Gracia bukan anak dari pasangan yang telah Sah.
mereka menyebutkannya sebagai anak haram!
Gracia sendiri tidak tahu siapa yang membuat berita itu. Sampai sekarang tidak ada yang mau berteman dengannya,
Gemi?
Gracia sempat berpikir, apakah benar Gemi adalah temannya? Rasanya, mereka bukan seperti teman!
Tapi, bolehkah Gracia berharap Gemi mau berteman tulus dengannya?
Kakinya terus berjalan dengan otak yang terus berpikir, setelah cukup lama Gracia menunduk, ternyata lehernya berasa pegal juga. Saat Gracia mengangkat wajahnya dan melihat ke depan, pandangan pertama yang gadis itu lihat adalah ....
Albern, bersama Kaka kelasnya yang Gracia tau bernama, Nadya.
Gracia tau tentang Kaka kelas perempuannya itu, karena selain cantik. Dia juga sangat pintar, dan baik.
Terbukti saat dulu, Gracia pernah di tolong oleh nya saat sedang di bully oleh Alex di lapangan.
Mereka terlihat sedang tertawa, saat sesekali Albern mengucapkan guyonan.
Di mata, Gracia. Mereka terlihat sangat cocok.
Setelah kejadian dimana Albern menyelamatkannya dari preman, Gracia memang tidak pernah bertemu lagi dengan Albern.
Lain dengan Albern yang selalu melihat Gracia dengan banyak cowok.
Mereka berjalan dengan berlawanan arah. Dan sekarang, mengapa mata Gracia tidak bisa di ajak kompromi agar tidak melihat ke arah Albern!
Sejenak, pandangan keduanya bertemu. Namun, setelahnya hati Gracia mencelos saat di mana Albern langsung mengalihkan pandangannya dan melewati Gracia begitu saja seperti tidak pernah mengenal gadis itu sebelumnya.
Ada rasa tak rela saat Albern bersikap begitu. Tapi, setelahnya Gracia sadar! Mungkin memang harusnya seperti ini.
Dan pada akhirnya semuanya akan bersikap seperti semula. Tidak saling mengenal dan tidak bersikap perduli.
••••
Baru saja masuki rumah, Gracia sudah di sambut dengan pemandangan yang memperlihatkan keharmonisan antara anak dan ibu yang sedang asik bercerita di ruang keluarga.
Ferra yang dengan antusiasnya menceritakan pengalaman nya tentang hari ini, dan Laura yang dengan semangatnya mendengarkan semua celotehan Ferra.
"Ferra seneng banget Mah. Akhirnya, Ferra bisa menjadi ketua cheers di hari ini," ujar Ferra, menceritakan tentang dirinya yang baru saja terpilih menjadi ketua, tadi siang.
"Wah, anak Mama pinter banget sih. Mama jadi semakin bangga sama kamu." Laura mengelus kepala Ferra dengan penuh kasih sayang.
"Iya dong. Mama tau ngga Ferra di sekolah itu famous loh. Ngga kaya Gracia, dia introvert banget." Ferra tertawa menceritakan dirinya yang seolah sangat istimewa daripada Gracia.
"Anak itu Memang, Kampungan!" Laura berkata sinis! Dengan kata yang sangat jelas mengisyaratkan ke tidak Sukaannya kepada, Gracia.
Sementara, Gracia yang sedari tadi berdiri di ambang pintu sekaligus mendengar kan percakapan itu hanya menundukkan kepalanya dalam.
Memang! Benar apa yang di katakan Laura.
Dengan kepala yang masih setia menunduk. Gracia menghampiri kedua orang yang tengah berada di ruang keluarga. Yang menjadi dada Gracia sesak adalah saat ini, Ferra yang dengan manjanya berbaring di atas paha Laura dan menjadikan paha ibunya sebagai bantalan. Sedangkan tangan, Laura senantiasa mengelus rambut, Ferra dengan Sayang.
Seumur hidup, Gracia yang anak kandungnya sendiri belum pernah merasakan hal seperti itu!
Sementara Ferra selalu merasakan kasih sayang dengan penuh.
"Mah," panggil Gracia.
Mendengar suara Gracia, Laura yang tadi bersikap sangat manis, dalam sekejap mengubah raut wajahnya menjadi sangat tidak bersahabat.
"Gracia tahun ini ikut olimpiade biologi. Dan, Gracia menang! Mama bangga kan sama Gracia?"
Gracia, mencoba bercerita tentang pengalamannya yang mengikuti olimpiade pada semester satu kemarin, dan baru kali ini Gracia menceritakannya kepada Laura.
Berharap Laura akan bangga punya anak Sepertinya. Sama seperti seorang ibu pada umumnya.
Gracia sangat berharap itu!
"Kamu pikir saya peduli?!" Sudah Gracia tebak jawabannya akan seperti itu. Tetapi tidak apa, Gracia sudah biasa.
"Kalo Mama tidak peduli dengan prestasi Gracia, sekarang Gracia akan bercerita tentang kondisi Gracia."
Gadis itu mendekati Laura dan mulai bercerita.
"Mama tau ngga kalo setiap malam, Gracia selalu menahan rasa sakit sendiri, hidup Gracia hanya bergantung pada obat- obatan yang hanya meredakan sakit sementara, sesak! Nafas Gracia rasanya sesak. Bahan untuk bernafas pun rasanya sangat sulit. Gracia sakit."
"Mah, temenin Gracia ke dokter yah?"
"PERGI DARI HADAPAN SAYA! MAU KAMU MATIPUN SAYA TIDAK PEDULI!!"
"LAURA!!"
Deg.
Seketika tubuh Laura dan Ferra menegang saat mendengar suara yang sangat familiar bagi mereka.
___Game of destiny___
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Of Destiny [END✓]
Novela Juvenilselamat datang di kehidupan Gracia, dimana dunianya hanya seperti 'permainan' hari-harinya yang selalu di penuhi dengan harapan, sedangkan kebahagiaannya hanya seperti khayalan. __________________________ "Pah, Gracia sakit. Papa mau kan peluk Graci...