Kala itu, semua orang bisa dengan jelas melihat bagaimana indahnya langit malam meski hanya ada beberapa bintang yang menghiasinya. Angin malam yang dingin mereka abaikan karena terlarut pada hangatnya kebersamaan."Sumpah! Gue bukan mafia! Gue rakyat biasa, elahh. Noh si Robin, muka muka mafia kenapa gak pada curiga sama dia dari awal dah?!"
"Lo marah, fix lo mafia, Kas."
"Anjir!"
"Udah udah, sekarang tinggal nentuin Lucas dibunuh atau enggak. Satu, dua, tiga!"
Semua orang yang duduk berjejer di atas rumput memberikan jempol yang menghadap ke bawah.
"Lucas, rakyat biasa terbunuh," ucap si pengatur permainan.
"Kan, kan! Gue tuh rakyat biasa, bodooo! Taulah males banget anjir!" Lucas berdiri sambil terus mengumpat. Menendang angin kemudian duduk dengan yang terbunuh sebelumnya.
Bukannya merasa bersalah, semua orang di sana malah tertawa melihat ekspresi Lucas yang terbawa suasana. Apalagi Hyunjin dan Haekal yang malah bertos ria.
Permainan mafia, terdiri atas mafia, polisi, dokter dan rakyat biasa. Dimana semua orang yang terlibat dalam permainan harus menemukan mafia yang sudah ditentukan sebelum permainan, untuk memenangkan permaianan tersebut.
"Kak Lucas ngegas bener dari awal main."
"Biasalah."
"Heh!"
Diantara ramainya malam itu, ada sepasang manusia yang malah asik sendiri. Mengomentari jalannya permainan yang semakin memanas dengan saling berbisik. Tertawa berdua hingga suara menginterupsi keduanya.
"Heh ikan lele! Jauh-jauh lo dari adek gua!"
Robin tak peduli lagi dengan permainan yang masih berlangsung, berdiri kemudian berjalan dan menempatkan diri di tengah-tengah Leo dan Ninda.
"Jangan cari kesempatan dalam kesempitan lo, bujang," bisiknya yang hanya dibalas dengan helaan napas saja. Sedangkan cewek yang bernama Ninda itu hanya menggeleng pelan dengan kelakuan kakaknya.
Malam kedua yang berarti malam terakhir dari kegiatan perkemahan masa tamu untuk peserta didik baru itu berjalan dengan meriah. Meski tengah malam sudah tiba, masih banyak pasang mata yang enggan terpejam.
"Nda?"
"Hem?"
"Kata kak Robin, buruan tidur."
"Iya," ucap Ninda menyimpan ponsel di samping badannya yang terlentang.
Melihat itu, Sasa yang berada di sampingnya juga langsung mengikuti. Menyampingkan badannya menghadap ke arah Ninda.
"Masih dilarang sama Kak Robin?"
"Larang apa?"
"Lo sama Leo."
"Lah? Emangnya gue sama Leo kenapa?"
Yang memulai pembicaraan menekuk alis bingung, "Bukannya lo sama Leo deket ya? Tapi gak direstuin Kak Robin jadi kalian gak jadian."
Ninda menahan tawanya, "Apaan dah, restu restu kayak dah mau nikah aja. Tapi deket si deket aja, emang gak ada niatan pacaran kali, Sa."
"Masa sih?"
"Yaudah kalau gak percaya."
Sasa masih menatap Ninda. Yang ditatap malah merubah posisi tidurnya jadi membelakangi lawan bicaranya.
"Tidur, tidur, besok pulang," ucapnya kemudian.
Sasa mendecak pelan, kemudian menurut saja mulai memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
22 (On Hold)
Hayran KurguLeo, anak basket si bucin game kelahiran 22 November dan Ninda, anak paskibra si bucin Korea kelahiran 22 Desember. Apakah keduanya akan akur jika dipersatukan?