27. She is Gone

36 5 0
                                    

Sepanjang jalan koridor, Refi menampilkan raut sedatar biasanya, tak membalas sapaan-sapaan siswa-siswi di koridor, bahkan saat Fauzan menepuk pundaknya dia abaikan.

"Lo kenapa? Pasti ada masalah."

"Apaan, sih!" Tangan Fauzan ditepis, Refi kembali melangkah, memasuki kelasnya yang sudah cukup ramai. Kelas MIPA 1 memang sudah ramai sebelum pukul setengah tujuh, berbeda dari kelas-kelas lain yang akan ramai menjelang pukul tujuh.

Tas diletakkan secara kasar, langsung duduk di kursi seolah ada beban berat yang dipikulnya. Fauzan langsung menoleh, menepuk-nepuk pundak temannya. "Cerita aja kalau ada masalah, Ref. Kali aja gue bisa bantu."

"Ck, lo nggak bakal bisa bantu." Refi beralih meraih kertas HVS di lacinya, menggambar abstrak, sesuai dengan perasaannya saat ini.

Ikut mengambil kertas di dalam laci, Fauzan menggambar keadaan kelas dengan arsiran hitam putih, senyum tipisnya selalu mengembang saat dia menggambar. "Kali aja beban lo berkurang kalau cerita."

Suara helaan napas terdengar, Fauzan memang akan terus memaksa. "Papa minta gue bawa pasangan di acara ulang tahun perusahaan nanti. Dan lo tau posisi gue."

"Kenapa nggak minta balikan aja sama Jenisa?"

Melirik melalui ekor mata, Refi langsung bangkit dari duduknya. "Jangan gila!"

****

Permintaan Tama, usulan Fauzan, semuanya gila! Refi benci dihantui seperti ini. Langkahnya menyusuri koridor terasa berat, tak sesantai biasanya. Tatapan-tatapan orang yang biasanya dengan mudah dia abaikan sekarang terasa menyebalkan.

Baru saja hendak menuju kamar mandi untuk mencuci muka, lagi dan lagi dia harus terlihat perdebatan antara dua gadis yang terus meributkan tentang dia milik siapa.

Masuk ke toilet perempuan tanpa memedulikan orang yang menatapnya aneh, Refi berdiri di depan Jenisa, memegang pundaknya memenangkan. Sepasang mata hitam itu membuatnya hanyut. Untuk pertama kali dia tak mampu lepas dari tatapan seseorang.

"Dasar cewek gatel!" Liya melempar gayung ke kepala Jenisa yang berada di balik tubuh Refi.

"LIYA, STOP!" Refi menatap Liya yang terlonjak kaget, tubuhnya sampai sedikit mundur ke belakang akibat bentakan Refi. "Lo udah kelewat batas!"

Untuk pertama kali Liya melihat raut kemarahan Refi. Saat dikhianati pun Refi tak sampai semarah ini, saat dia dekati pun Refi mengusirnya tanpa ekspresi. Liya sampai ragu yanh berdiri di depannya ini Refi.

"Lo harus sadar diri lo itu siapa! Lo harus sadar posisi lo sekarang apa! Jangan sok berkuasa, Liya! Itu bikin gue bener-bener muak. Gue udah berusaha usir lo baik-baik, tapi lo minta gue kasarin. Kesabaran gue habis."

Menatap Liya nyalang, Refi maju beberapa langkah, berdiri tepat di depan Liya, lalu mendorong gadis itu kuat sambil menarik Jenisa pergi. Dia tidak jadi mencuci muka hanya karena Liya.

Foreign Accent Syndrome [COMPLETED ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang