Foto area payudara yang menyembul dari balik bra berwarna hitam menghiasi layar ponselnya. Cowok berambut sedikit panjang itu menyingkap rambut yang menutupi matanya ke belakang. Anggara kembali mengscroll aplikasi berwarna biru itu, entah apa yang ia cari di sebuah aplikasi berwarna biru muda.
"Anjir lo cemen amat hari gini masih perjaka!" Teringat ucapan Dion saat kumpul kemarin malam. Memang ia masih perjaka, tapi apa salahnya si? Walau tidak salah juga, tapi ego Anggara yang akrab dipanggil Gara itu tergores sedikit.
Sedikit tidak menyangka kalau teman-temannya ternyata doyan main cewek. Anggara yang notabene dari keluarga terpandang tak pernah memikirkan hal kotor macam itu. Dia bahkan tak tertarik dengan perempuan, bukan berarti di gay.
"Cobain deh, paling lo ketagihan, main ama cewek bayaran aja biar lo ga dikejar-kejar tanggung jawab." Ucap Dion lagi malam itu, yang disambut gelak tawa Edwin dan Adam.
"Gue pernah anjir, ML sama cewek gue malah gue diancem-ancem, mending gue sama lonte lah," ucap Edwin jujur. Memang geng ini tak pernah malu mengungkapkan aib mereka sendiri, apalagi Edwin, cowok paling ganteng di jurusannya. "Tapi untungnya dia ketauan selingkuh si! Untung di gue sebenernya. Males gue sama dia."
"Hah mantan lo yang mana, Ed?" timpal Adam. Yang hanya mengaku pernah berhubungan dengan satu wanita penghibur.
Edwin menyuruh Adam diam, tak usah banyak tanya katanya.
Dari semua percakapan antara teman-temannya malam itu, hanya Gara yang dibully karna belum pernah merasakan wanita. Lah memangnya harus banget kah? Batin Gara.
Jempolnya kembali mengusap layar ponselnya ke atas. Melihat cewek-cewek seksi di aplikasi ini membuat batangnya mengeras sebenarnya. Sudah beberapa menit adik kecilnya itu ia biarkan berdiri tegak tanpa memperdulikannya. Tujuannya kali ini adalah untuk mencari "wanita" yang akan melepaskan keperjakaannya. Tapi ia harus hati-hati, kata Dion, karna tentunya wanita-wanita ini sarang penyakit.
Lelah mencari wanita yang sesuai kriterianya, Gara membuka sedikit celananya dan tanpa ragu menggenggam batangnya yang kian memberontak ingin dipuaskan. Gara memijat-mijat batangnya sendiri sambil menatap beberapa foto sexy di hpnya. Nafasnya memburu seiring kenikmatan yang menjalar di sekujur tubuhnya, tapi belum lama ia merasakan kenikmatan tiba-tiba di hpnya muncul sebuah penawaran baru dari gadis panggilan di aplikasi itu.
Di deskripsinya tertulis Virgin dan umurnya sepantaran dengannya. Fotonya pun hanya foto candid tidak jelas tapi entah mengapa cowok itu segera memencet tombol pesan dan membawanya ke bookingan cewek itu.
Anggara melemparkan hpnya ke kasur dan kembali memaju mundurkan tangannya di batangnya, saat hampir di puncaknya tiba-tiba pintu kamar terbuka dan seorang anak kecil umur 5 tahun memasuki kamarnya.
"Om Gara,,, Tania datang.."
Oh shit.
***
Jadi besok malamnya Anggara sudah siap di sebuah Bar yang jauhnya hanya 10 menit dari rumahnya. Matanya menelusuri tempat remang remang itu, tempat ia dan seseorang yang "dipesannya" janjian.
Gara menatap ke sebuah pojokan bar dan melihat seseorang melambai, dua orang gadis duduk bersebelahan di sofa itu tapi entah mengapa keduanya terlihat terkejut dan saling berbisik. Gara tetap berdiri di sana, menatap kedua wanita itu yang terlihat tidak asing di matanya. Tapi Gara tak perduli, toh katanya kita mempunyai 7 kembaran di muka bumi ini.
"Halo sayang, maaf ya kita janjian di tempat kayak gini," ucap seorang gadis berpakaian minim yang tadi melambai ke arahnya. "Kita minum minum dulu ya."
Suaranya yang sok manja entah mengapa membuat Gara ilfeel, Gara akhirnya duduk di single sofa dan mengamati keduanya dengan tenang. Yang satu terlihat malu-malu walau wajahnya yang ayu terpoles make up tipis, rambutnya panjang bergelombang, dan ia terlihat begitu "biasa" untuk seorang wanita penghibur, beda dengan wanita yang kini menuangkan minum ke gelasnya.
"Ini teman saya, dia masih virgin. Sesuai yang kakak pingin." ucap wanita berambut sebahu itu, menerangkan ke Gara. "Tapi biasalah kalo virgin itu susah, jadi kita lumpuhkan dulu ya," bisik wanita itu pada Gara. Gara hanya mengendikan bahu. Tidak perduli, toh yang dia inginkan hanya melepaskan keperjakaannya. Dengan orang yang benar benar aman.
Gadis yang terlihat lugu itu meminum segelas beer tanpa basa basi. Gara sedikit kagum karna menurutnya gadis itu tidak akan kuat minum alkohol apalagi alkohol itu sudah diberi sesuatu sama temannya, tapi tanpa ragu gadis itu meminumnya seperti meminum segelas susu.
Tak lama kemudian gadis lugu itu terlihat gelisah, kakinya disilangkan dan tangannya mengipas ngipaskan ke wajahnya.
"Ra, panas amat si di sini!" Gara dapat mendengar erangan tertahan dari bibir mungil gadis itu.
Wanita yang dipanggil Ra itu tersenyum manis ke arah Gara, memberikan kode apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
Tibalah mereka di sebuah kamar hotel yang dipesan Ra itu, Gara juga lupa dan tidak perduli akan namanya. Setelah ditinggalkan wanita itu dan menutup pintu. Gara melemparkan tubuh gadis di dekapannya. Segera rok sepanjang lutut tersingkap ke atas dan memamerkan pahanya yang mulus. Anggara menelan ludah.
Anggara mengamati gadis itu yang tengah melenguh sendiri minta dipuaskan. Tak sadar batang kemaluannya ikut berdiri ketika mendengar suara yang sensual itu.
Dengan cepat Gara membuka roknya semakin ke atas semakin memperlihatkan paha jenjang mulus yang di miliki gadis itu. Dengan nalurinya Gara menciumi sepanjang pahanya, dan sampailah dia di depan sebuah kain berbentuk segitiga yang tak mampu menutupi gua yang akan membawanya ke surga dunia.
Perlahan Gara menyingkap celana dalam itu, dan untuk pertama kali dilihatnya secara langsung lubang kenikmatan yang didambakan teman-temannya.
"Pink!" Batin Gara. Tangannya secara perlahan namun pasti membelai tonjolan daging seperti kacang yang berada ditengah kemaluan itu. Akibatnya gadisnya mengerang keenakan.
"Akhh.. enak... lagi..." Erangan itu membuat Gara birahi, diplorotkannya celana dalam berwarna merah muda itu dan dibuangnya ke pojok ruangan. Gara membuka kedua kaki itu selebar lebarnya, hingga lubang kewanitaannya terpampang jelas di depan matanya.
Tak menunggu lama Gara segera menciumi vagina milik gadis itu, melumat, menjilat, dan digigit gigit kecil bagian klitorisnya. Membuat gadis itu mendesah tak karuan.
"Gue masukin!" Ucap Gara semangat. Membuka celana panjang yang ia kenakan memperlihatkan batangnya yang berdiri tegak. Gadis itu tambak terbelalak.
Tanpa melepas baju yang dikenaka gadis yang kini tengah diperawaninya, Gara memosisikan kelaminnya tepat di lubang itu, dan mendorong kejantanannya masuk. "Shh memek lo sempit banget."
Ucapannya hanya dibalas racauan kesakitan. "Sakit banget."
Tapi Gara tak memperdulikan racauan sakit wanita di bawahnya malah menambah tempo sodokannya di dalam vagina itu. "Plok plok plok!" Suara peraduan antar kelamin itu membuat Gara semakin bernafsu.
"M*m*k lo enak banget sumpah."
"Ah.. terus.."
***
"Hei buka bajunya, satu ronde lagi."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SEDUCTIVE (21+)
ChickLit21+ "Gue nggak suka ayam." "Tapi kalo ayam kampus lo suka kan?" Kesialan Difya saat pelanggan pertamanya ternyata teman kelasnya sendiri.