Happy Reading!
❤❤❤
Tiga bulan kemudian...
"Tumben lo pulangnya ngaret?" tanya Putri pada Citra.
"Pak Kumis tadi nggak ngizinin pulang. Dia keasikan jelasin di papan," jawab Citra.
"Pak Kumis?" tanya Nia bingung.
"Itu, guru sejarah. Namanya Pak Abdul, dipanggil sama teman-teman Pak Kumis," jawab Citra.
Nia hanya manggut-manggut.
Setelah itu, mereka keluar dari parkiran SMA Pelita Bakti dengan motor masing-masing. Ya, mereka kini menginjak kelas sepuluh SMA. Mereka berlima diterima di SMA pilihan mereka. Dimana Elisa, Nia, Putri, dan Fauzia diterima di kelas IPA. Sedangkan Citra di terima di IPS.
"Mau langsung ke tempat Zia?" tanya Elisa yang duduk menyamping diboncengan Nia.
"Boleh," jawab Nia. "Yang lain gimana?" tanya Nia.
"Mereka udah tau kok," jawab Elisa yang diangguki oleh Nia.
Mereka berempat menuju rumah sakit tempat Fauzia di rawat dengan Elisa yang dibonceng Nia, Putri dibonceng Citra.
Setelah menempuh perjalan selama hampir dua puluh menit, mereka akhirnya tiba di rumah sakit. Setelah memarkirkan motor mereka, barulah mereka menuju ruang inap yang di tempati Fauzia. Ruangan Fauzia terletak di lantai lima dimana lantai tersebut adalah lantai kelas VIP.
"Naik tangga atau lift?" tanya Putri.
"Kalau mau naik tangga, naik aja sendiri. Gue mah ogah!" balas Citra.
"Ngegas! Gue cuma nanya juga," kesal Putri.
Lift yang mereka naiki sekarang membawa mereka menuju ke lantai lima. Tak berapa lama, mereka pun sampai dan pintu lift terbuka.
Mereka berdiri di depan pintu kamar Fauzia. Nia pun mengetuk pintu kamar sebanyak tiga kali dan kemudian mereka langsung masuk ke dalam ruang inap Fauzia.
Pertama kali masuk, mereka disambut dengan suara mesin elektrokardiogram (EKG). Mesin yang digunakan untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung.
Mereka berempat melihat seorang wanita tengah mengelap tubuh Fauzia menggunakan kain handuk.
"Assalamu'alaikum," sapa mereka berempat serempak.
Wanita itu menoleh, "wa'alaikumsalam," jawabnya. Melihat siapa yang datang, wanita itu tersenyum membuat mereka berempat mendekat ke arah Lisa dan menyalami tangan Lisa satu persatu.
"Kalian baru pulang sekolah?" tanya Lisa.
"Iya, tan. Kami baru pulang sekolah," jawab Citra.
"Kalian pasti capek. Duduk dulu disana, tante beliin camilan dulu," kata Lisa namun dicegah oleh Putri.
"Nggak usah repot-repot, tan. Kita cuma sebentar kok disini. Kita cuma pengen lihat kondisi Zia," ujar Putri.
"Apa ada perkembangan sama Zia, tan?" tanya Nia menyahuti.
Lisa menjawab dengan gelengan kepala. "Masih sama," katanya.
Mereka berempat menatap Fauzia yang terbaring dengan memejamkan matanya. Jangan lupakan perban yang membalut kepalanya.
"Tante nitip Zia sebentar, ya? Tante mau ngambil ponsel tante yang ketinggalan di ruangan," ujar Lisa yang diangguki oleh keempatnya.
"SIAP, TANTE!" jawab mereka kompak membuat Lisa sedikit terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Of Us ✔
General FictionWARNING!!! Siapa sih yang nggak pengen punya sahabat? Mungkin menyenangkan apabila memiliki sahabat yang dapat berbagi segala hal. Yang dapat mengerti dan dimengerti. Seperti kisah ini yang menceritakan tentang kisah persahabatan. Kisah tujuh oran...