19 - Waiting without certainty

19 6 2
                                    

"Kenapa kau setuju, Soobin?" Soobin menoleh begitu Yura akhirnya membuka suara. Sejak mereka saling menunjuk karena terkejut, Yura mulai diam saat itu.

"Aku tidak tahu bahwa anak dari teman ayahku adalah kau. Aku hanya mendengar bahwa kita satu sekolah."

Yura menghela napas, "baiklah, apa aku bisa meminta untuk menyembunyikan hal ini dari siapapun? Kau paham kan maksudku."

Soobin mengangguk, "tentu saja, itu tidak masalah bagiku. Tapi, aku juga butuh sedikit bantuan."

Yura mengalihkan atensinya, ia memutar wajahnya kearah Soobin. "Bantuan?"

"Kau tahu 'kan, ini acara ayahku. Dan banyak yang mengenalku, gadis-gadis yang sumuran dengan kita pasti tidak sedikit."

Yura mengangguk paham, "aku mengerti. Jadi, aku harus selalu bersama mu dan berusaha melawan gadis-gadis menyebalkan agar mereka menjauh darimu?"

Soobin menjetikkan jarinya, "bingo! Kau bisa?"

Sudut bibir Yura terangkat, ia kembali memutar kepalanya menghadap lurus ke depan. Tak lupa dengan tangannya yang terlipat, Yura seperti gadis licik.

"Tenang saja, kau hanya perlu melakukan sedikit bagian."

Soobin tersenyum melihat tingkah Yura, menurutnya Yura terlihat sangat berbeda dibandingkan dengan gadis lain yang dikenalnya. "Baiklah, aku percaya padamu."

-мy ғιancé-

"Hah, akhirnya berakhir juga." Yura mengibaskan tangannya. Di dalam ruangan luas itu sangat sesak baginya. Terlalu banyak gadis-gadis menatapnya tajam. Tapi, meski begitu, Yura tidak peduli. Yura tidak akan sembunyi.

Soobin yang berada disebelahnya hanya terkekeh, seperti inilah Yura yang sebenarnya. Sangat terus terang. "Kau lelah? Apa kita pulang saja?"

Yura menggeleng, "aku bisa dimarahi ayahku, lebih baik setelah mendapatkan izin dari beliau sendiri atau acara ini selesai."

Soobin mengangguk. Matanya melirik kearah Yura, gaun yang gadis itu kenakan sedikit terbuka. Sekarang mereka berada di balkon, sudah sangat larut, udara mulai dingin. Melihat Yura sedang memeluk diri sendiri, Soobin dengan sigap melepaskan jas hitam formal miliknya dan memakaikannya pada Yura.

Yura yang melihat sikap Soobin tersenyum. Ia memegang kedua ujung jas formal milik Soobin, berusaha menutupi dirinya dari angin malam. "Terima kasih."

"Itu sudah menjadi tugasku,"

Melihat perbuatan romantis Soobin, tiba-tiba Yura jadi teringat pada Hueningkai. Entah apa yang pemuda blasteran itu lakukan sekarang.

"Ah, salah satu teman dekat ayahku datang. Kau masih ingin disini?" Yura menoleh dan mengangguk. "Baiklah, aku akan segera kembali."

Soobin pergi meninggalkan Yura sendiri di balkon. Beberapa kali ia memutar gelas yang berada di tangannya. Sesekali ia meminum beberapa tegukan.

"Hah, menyebalkan." Umpat Yura tanpa sadar. Ia membiarkan sikunya menyentuh ujung pembatas balkon, menopang dagunya dengan tangan. Yura sangat bosan sekarang.

Drrt!

Ponsel Yura berbunyi, Yura mengeluarkan ponselnya dari tas dan mengangkat telepon tersebut tanpa melihat siapa yang meneleponnya larut malam.

"Halo,"

"Yura, ini aku. Hueningkai." Yura membulatkan matanya. Suara yang sangat ia rindukan, akhirnya bisa terdengar kembali. "Maaf sudah membuatmu menunggu, apa kau baik-baik saja?"

Ingin mengerjai Hueningkai, Yura berpura-pura terdengar kesal. "Kau masih menanyakan keadaan ku setelah meninggalkan ku cukup lama, kau masih berani?"

мy ғιancée | HueningkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang