Sedari tadi yang dilakukan (Y/N) hanya mondar-mandir, ia akan berjalan perlahan menuju suatu tempat, namun lagi-lagi kakinya menyuruh kembali. Dan itu terjadi sampai sekarang.
Pikirannya dipenuhi Senku dan Aruna, tadi Aruna meminta ijin untuk berbicara empat mata dengan Senku. Awalnya (Y/N) ingin ikut, namun Senku melarangnya. Dan jadilah hanya mereka berdua yang pergi.
Mata (E/C) nya terus melihat kearah seberang, disana terlihat jelas Senku dan Aruna sedang berbicara, wajah mereka terlihat serius. Tapi tetap saja, jantung (Y/N) tidak bisa diajak kerja sama.
"Kenapa lama sekali?" Gumam (Y/N) pelan pada dirinya sendiri. Ia telah menarik nafas dan menghembuskan nya untuk kesekian kalinya. Rasa penat menghantam kakinya.
Tubuh (Y/N) berhenti bergerak saat matanya menangkap tubuh Aruna yang kian mendekat kearah Senku. Matanya memanas, ulu hatinya terasa ditusuk, entah sadar atau tidak. Kaki (Y/N) mendekati mereka dengan sendirinya.
"Saatnya makan siang!" Teriak (Y/N) girang walau dengan nada suara bergetar.
Aruna menghentikan tubuhnya mendekati Senku, ditatapnya (Y/N) tajam. Cih, andai saja tidak ada Senku, pasti sudah Aruna caci maki gadis itu. Namun ia harus jaga image dihadapan Senku pastinya.
"Ahh sudah." Senku menjawab singkat. Ia hanya menatap Aruna sekilas dan kembali memandang gadis tepat disampingnya yang memasang wajah kikuk. Ada apa dengannya?
"Ayo Senku!"
Tangan (Y/N) tanpa izin langsung menarik Senku, seperti yang biasa Senku lakukan pada (Y/N). Namun karena perbuatannya, membuat Senku menyerngit heran, walau disisi lain, lelaki itu juga terlihat senang.
Tak sadar bahwa mereka meninggalkan Aruna sendiri dengan wajah memerah menahan amarah. Beraninya, Aruna harus berpikir keras agar menjauhkan (Y/N) dari Senku. Bagaimana pun caranya!
Kakinya dihentakkan ketanah dengan amat keras, ia pergi dari kerajaan sains tanpa pamitan terlebih dahulu. Meninggalkan Gen yang masih berada disana menemani yang lain. Aruna benar-benar dibuat naik darah oleh (Y/N) teman sekelasnya dulu, padahal gadis itu hanya gadis cupu. Bagaimana caranya dia bisa dekat dengan Senku?
"Cemburu?" Tanya Senku jahil, ia memandang (Y/N) dengan tatapan mengejek.
"Tidak!" Sanggah (Y/N) dengan suara cukup keras, mana mungkin ia mengaku cemburu, bisa-bisa Senku akan mengejeknya sepanjang hari.
"Jadi acara makan siang itu hanya angan-angan mu? Wow! Gadis drama acting mu menakjubkan." Kata Senku sembari bertepuk tangan, setelahnya ia tertawa keras. Astaga gadisnya! Mengapa sangat lucu?
"Kita memang akan makan siang." Bibir (Y/N) mengerucut dengan wajah merona.
(Y/N) mengambil mangkuk dan menuangkan ramen kedalamnya. Setelah itu ia berikan pada Senku, namun Senku tak kunjung juga mengambil mangkuk ditangan (Y/N). Ia lebih memilih duduk tepat dihadapan (Y/N).
"Kita makan bersama." Ucap Senku seraya mengambil sumpitnya sendiri.
(Y/N) terdiam, sedikit harus memutar otak untuk memahami maksud Senku. Tangannya yang lain mengambil mangkuk lain.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Senku yang heran melihat (Y/N) seperti ingin membagi ramen.
"Kau bilang makan bersama kan?"
"Satu mangkuk sayang. Dengan ku."
Senku menekankan setiap kata yang ia ucapkan, (Y/N) menggeleng, ia tetap berniat membagi dua ramen tersebut. Namun aksinya terhenti karena Senku mengenggam tangannya erat. Merasa mengerti, (Y/N) mau tidak mau harus menuruti keinganan Senku.
"Kenapa kau tidak makan bersama Aruna saja?"
(Y/N) bertanya pelan diringi nada mengejek, mangkuk ramen telah berada diantara Senku dan (Y/N).
"Dia tidak ada disini."
Senku mulai menyuapkan ramen kedalam mulutnya, namun ia harus menahan untuk tidak memuntahkan ramen itu. Sialan! Rasanya sangat hambar.
"Jadi jika dia ada disini, kau akan makan dengannya?" Tanya (Y/N) mengebu-ngebu, ia tak sadar jika menjatuhkan kembali mie ramen yang telah ia ambil. Itu membuat Senku menatapnya tajam, menyuruhnya untuk lebih fokus pada makanan.
(Y/N) pun lagi-lagi menurut dan memilih diam, mulutnya mengembung bukan karena kepenuhan, namun kesal karena sikap Senku.
Acara makan mereka berlangsung singkat, saat akan mengambil mie tersisa, sumpit milik (Y/N) berbenturan dengan sumpit milik Senku. Lelaki itu dengan lihai mengambil mie yang tersisa, namun (Y/N) lebih cekatan untuk menghalanginya.
Mata merah maron dan mata (E/C) saling memandang sinis, padahal bisa saja mereka menambah lagi untuk porsi kedua. Namun apa daya, otak mereka seolah tak berfungsi jika sedang berduaan.
"Senku mengalah lah!" Kesal (Y/N), ia ingin mengambil mie namun ditahan dengan Senku. Ramen itu telah berkali-kali jatuh kedalam mangkuk yang sama.
Senku terkekeh pelan, ia mengejek dengan menjulurkan lidah seperti ular. Dan itu membuat (Y/N) bertambah geram, sebenarnya Senku sudah kenyang. Namun tidak ada salahnya kan ingin menjahili gadisnya? Lagipula ia tidak berniat memakan ramen, rasanya hambar. Namun saat melihat wajah kesal (Y/N) membuat nafsu makannnya meningkat.
"Aku makan duluan."
Dengan tidak berperasaan, Senku memasukan ramen itu kedalam mulutnya, ia mengunyah pelan dengan mata mengejek (Y/N). Gadis yang berada dihadapannya hanya bisa mengumpat kesal, ia bersiap akan segera bangkit dan mengambil porsi kedua, namun...
Tangan Senku lebih cepat menarik lengan (Y/N), tanpa ijin dari sang empu, Senku lagi-lagi menyatukan bibir mereka dengan ramen yang belum ia telan. Seperti pertukaran, Senku memberikan ramen yang berada pada mulutnya pada (Y/N).
"Aw!"
Senku memikik karena bibirnya digigit (Y/N), dengan terpaksa ia harus menyudahi ciuman mereka. Ralat! Acara tukar-menukar makanan walau hanya Senku yang melakukannya.
"Kau! Sudah dua kali kau melakukan ini padaku!"
(Y/N) menutup mulutnya dan menatap Senku sinis, yang di tatap malah tidak tahu-menahu. Senku memasang seringai kecil, dengan seksi ia menjilat ujung bibirnya.
"Bukankah terasa enak?"
ASTAGA!
(Y/N) menggigit bibirnya sendiri karena melihat Senku yang begitu tampan. Pantas saja Aruna begitu menyukai lelaki berkepala bawang ini.
"Cih, aku jijik karena harus makan makanan dari bekas mulutmu." Jawab (Y/N) sarkas, tentunya setelah mengatakan itu ia berpaling dan pergi meninggalkan Senku sendiri. Terlihat jika lelaki itu seperti memikirkan sesuatu.
"Padahal dari buku trik cinta yang ku baca, itu adalah adegan yang sangat dianjurkan kepada pasangan." Kata Senku pelan.
Ia memasang wajah kesal karena merasa dibohongi, padahal buku itu sangat laku sekali pada zamannya. Tapi nyatanya, (Y/N) malah mengatainya dan setelah itu pergi. Apakah Senku harus menanyakan nya pada Gen? Lelaki itu sangat pandai dalam trik.
"Kukuku, setidaknya aku berhasil dibeberapa adegan." Kata Senku dengan bangga, ia mengakui dirinya pandai, bahkan pada bidang cinta pun ia bisa melakukannya.
Fakta yang terungkap, kegiatan romantis yang Senku lakukan pada (Y/N) adalah hasil contekkan dari buku yang sebelum umat manusia diubah menjadi batu, buku itu sempat ia baca. Namun nyatanya, tidak semua praktik dan trik didalamnya sesuai eskpetasi.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Science Or Love 《SenkuxReaders》
Short StorySenku tahu betul jika ia sudah terlibat cinta, maka otaknya tidak akan mampu untuk berpikir logis. Karena, semua hal tentang cinta itu tidak ada yang logis dan penuh fantasi. Karena itulah, Senku selalu menghindari kata "Cinta" dalam hidupnya. Bagin...