Sudah 10 hari sejak kepulangannya dari Bali, Talia menjadi tertutup tak mau berbicara kepada siapapun kecuali Reyhan. Makan bersama keluarganya pun Talia enggan, rasanya muak dengan semuanya.
"Natalia cukup!"
Seolah tuli Talia tetap berjalan menghiraukan bentakan sang ayah dan melewatinya begitu saja
"NATALIA BERHENTI! PAPAH BILANG BERHENTI!!" kesabaran Herman sudah tidak bisa ditahan lagi melihat Talia yang seperti ini
"NATALIA APA KAMU AKAN TERUS SEPERTI INI?! KAMU TIDAK SAYANG LAGI SAMA PAPAH HAH??!"
"PAPAH HANYA INGIN YAHG TERBAIK UNTUK KAMU! KAMU SATU-SATUNYA ANAK PEREMPUAN PAPAH! PAPAH HANYA INGIN KAMU MENDAPATKAN PENDAMPING YANG BAIK UNTUK KAMU DAN BISA MENJAGA KAMU LEBIH BAIK DARI PAPAH!" Talia tidak menjawab ia hanya tetap berdiri membelakangi orang tuanya
"PA--PA--- " ucap Herman terbata-bata dengan tangan yang memegangi dadanya rasanya sesak dalam seperkian detik Herman akhirnya ambruk dan kesadarannya pun hilang membuat Renata menjerit histeris
"Papah...kamu kenapa? Pahhhh.. papah bangun" ucap Renata yang sudah bersimpuh disebelah suaminya
"Astaga papah!" Pekik Reyhan yang baru saja datang melihat kondisi papahnya yang sudah tergeletak dilantai
Mendengar jeritan Abang dan juga mamahnya tidak membuat Talia peduli ia hanya menghiraukannya
"Palingan juga akting" ucapnya pelan tapi makin kesini Talia merasa tangisan dan juga sedikit suara rintihan abangnya membuat hati Talia bergetar
Dengan ragu Talia berbalik dan betapa tercengangnya ia ketika melihat sang Papah yang sudah tergeletak tak berdaya di lantai.
"PAPAH?!!"
Talia langsung berlari menghampirinya dengan penuh penyesalan karena telah menghiraukan papahnya
"Pahhhh.. bangun... Hiks" Talia terisak dengan tangan yang sedang memegangi wajah papahnya
Tangan Talia tak henti-hentinya menepuk pipi sang ayah dan memohon untuk segera bangun tapi nihil
"Hiks,, Pah bangun.. Hiks,,ma-maafin Nana pah"
Kini Herman sudah dibawa ke Rumah Sakit. Renata, Reyhan dan juga Talia tampak gelisah di ruang tunggu, sudah 30 menit lamanya tapi dokter yang menangani Herman masih belum keluar dari ruang UGD membuat mereka semakin resah.
Talia terus saja mondar mandir sambil mengigit kuku jarinya di depan ruang UGD
"Pah ce-cepet bangun hiks.. pahh, maafin Nana hiks.."
Melihat Talia, Reyhan langsunh berdiri menghampiri adiknya "Lia duduk dulu yu?" Ajaknya namun Talia hanya menggeleng sebagai jawaban
Reyhan membuang nafasnya kasar "Lia.." ucapnya yang langsung memeluk sang adik, Talia terisak diperlukan Reyhan sejadi-jadinya
"Hiks.. se-semua i-ini sa-salah gue hiks.. "
"Sstt... Bukan salah lo" ucap Reyhan dengan menepuk-nepun punggung Talia
"INI SALAH GUE BANG SALAH GUE!" Teriak Talia dihadapan Reyhan
"Lia jangan teriak ini rumah sakit" ucap Reyhan sedikit berbisik di telinga Talia
"Hiks.. bang papah.." Isak Talia didalam pelukan Reyhan
"Pa-pah" ucap Talia dengan suara yang memelan tiba tiba Talia ambruk di pelukan Reyhan membuat Reyhan dan juga Renata kaget
"Lia!"
"Nana!" Pekik mereka secara bersamaan1 jam berlalu...
Mata Talia mulai terbuka ia mulai siuman, membuat orang yang sedari tadi setia menunggunya tersenyum simpul
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Husband is Teacher
Teen FictionKehidupan yang damai dan tentram yang selalu dijalani Natalia sehari-hari berubah seketika dengan status yang mengubah kehidupannya 180° di hari yang sangat tidak diinginkan,semuanya berlalu begitu cepat dan mengubah statusnya seketika. Natalia tida...